Selasa, 17 Maret 2015

Makassar darurat Geng Motor


Geng Motor Perusak Kearifan Lokal Makassar
Sebuah Kota Metropolitan yang menjadi salah satu dari sekian banyak kota yang ada di Indonesia, kota ini menjadi pusat dan symbol kemajuan dari kawasan timur Indonesia. Ketika kawasan Barat Indonesia memiliki kota-kota besar seperti Jakarta, Lampung, Surabaya, Yogyakarta dan beberapa kota-kota lainnya. Maka untuk kawasan timur Indonesia kita akan tertuju pada sebuah kota yang disimbolkan dengan salah satu pahlawan nasional Sultan Hasanuddin, ketika nama kota ini disebut maka kitapun akan teringat dengan selogan “Sekali Layar Berkembang, Pantang Surut Biduk Kepantai”, yah dialah Kota Makassar yang mungkin bagi sebagian masyarakat Indonesia lebih mencitrakannya sebagai daerah yang relatif kasar dari daerah lain yang bedasar dari kata Kassar yang ada di nama Kota ini “MAKASSAR”. Namun tidak sedikit pula diantara masyarakat Indonesia yang banyak mencitrakan Kota ini dengan salah satu budaya dan kearifan lokal “Siri’ na Pacce” yang mengandung makna menjunjung tinggi budaya malu dan budaya kekokohan pendirian/berani.
            Terlepas dari segala citra dan pendapat masyarakat umum tentang kota Makassar sebagai bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kota ini, budaya dan kearifan local masyarakat Makassar semestinya menjadi hal yang kita bisa jaga dan lestarikan dikehidupan bermasyarakat kota Makassar. Beberapa decade silam kita dikenal sebagai masyarakat memiliki budaya menjunjung tinggi rasa malu, yah rasa malu ketika ada anggota masyarakat kita yang melakukakn tindakan dan perilaku yang mencemari nama baik masyarakat, rasa malu ketika ada anggota masyarakat yang mencoba melanggar norma-norma yang ada ditengah-tengah masyarakat dan rasa malu ketika ada diantara anggota keluarga yang bertidak melebihi batas kewajaran, menjaga dan melestarikan kearifan lokal yang berkaitan dengan menjunjung tinggi rasa malu bukan semata-mata menjadi tugas dari pemerintah setempat melainkan menjadi tugas bersama seluruh komponen masyarakat, bukankah ketika ada oknum dan kelompok tertentu yang mencoba melanggar dan mencederai kebudayaan local kita maka secara otomatis kitapun akan mendapatkan dampaknya.
Mencoba menelisik kembali kira-kira sekitar setahun terakhir, kita dikejutkan dengan beredarnya tindakan premanisme jalanan yang ditengarai dilakukan oleh kelompok geng motor, tindakan premanisme jalanan yang dilakukan oleh geng motor telah sampai pada sesuatu yang telah mencederai nilai-nilai kemanusiaan dan telah melanggar ketertiban masyarakat, betapa tidak tidak kurang dari 20 orang masyarakat Makassar dan sekitarnya telah menjadi korban dari kebrutalan geng motor ini. Sekali lagi untuk menjaga dan melestarikan budaya dan kearifan local bukan hanya menjadi tugas pemerintah saja namun menjadi tanggungjawab seluruh lapisan masyarakat, masyarakat umum telah memberikan citra yang baik dan buruknya kepada kota yang kita cintai ini, citra baiknnya kita dianggap daerah dengan budaya menjunjung tinggi rasa malu yang telah mendarah daging dimasyarakat, bukankah dengan fakta kebrutalan geng motor dikota ini telah merusak citra dan budaya siri’ masyarakat Makassar, dan untuk citra buruknya masyarakat telah mencitrakan Makassar dengan budaya primitip yang masih mengedepankan emosi dari pada nalar dan sekali lagi bukankah dengan fakta kebrutalan geng motor telah menambah keyakinan dan bukti bahwa hal tersebut benar adanya.
            Ketika beberapa waktu lalu pemerintah mencanangkan Indonesia darurat teroris dan darurat Narkoba, maka dikota yang kita cintai ini sebaiknya mencanangkan Makassar Darurat Geng Motor, semestinya pemerintah, aparat keamanan dan seluruh lapisan masyarakat dapat saling bahu-membahu dalam menyelesaikan persoalan Darurat geng motor ini. Selama ini kita cenderung untuk menutup diri dan acuh terkait hal ini sehingga menyebabkan jatuhnya korban yang mau tidak mau akan memberikan dampak yang buruk bagi seluruh warga kota Makassar. Sepertinya kita memang mesti merasa Darurat terlebih dahulu agar dapat melakukan tindakan yang lebih nyata.
Untukmu Makassar tanah rantauku, dukamu, sukacitamu, ceritamu dan prestasimu adalah bagian dariku dan aku adalah bagian darimu.

Selasa, 30 September 2014

Teori singkat tentang Prinsip Stratigrafi



PRINSIP STRATIGRAFI
            Ada beberapa prinsip dasar yang berlaku didalam pembahasan mengenai stratigrafi, yaitu:
 1. Hukum atau prinsip yang dikemukakan oleh Steno (1669), terdiri dari:

  • Prinsip Superposisi (Superposition Of Strata)

         Didalam suatu urutan perlapisan batuan maka lapisan paling bawah relatif lebih tua umurnya daripada lapisan yang berada diatasnya selama belum mengalami deformasi. Konsep ini berlaku untuk perlapisan berurutan.

  • Prinsip Kesinambungan Lateral (Lateral Continuity)

         Lapisan yang diendapkan oleh air terbentuk terus-menerus secara lateral dan hanya membaji pada tepian pengendapan pada masa cekungan itu terbentuk.

  • Prinsip Akumulasi Vertikal (Original Horizontality) 

         Lapisan sedimen pada mulanya diendapkan dalam keadaan mendatar (horizontal), sedangkan akumulasi pengendapannya terjadi secara vertikal (principle of vertical accumulation).
2. Hukum yang dikemukakan oleh James Hutton (1785)
Hukum atau prinsip ini lebih dikenal dengan azasnya yaitu uniformitarisme
          yaitu proses-proses yang terjadi pada masa lampau mengikuti hukum yang berlaku pada proses-proses yang terjadi sekarang, atau dengan kata lain “masa kini merupakan kunci dari masa lampau” (“the present is the key to the past”). Maksudnya adalah bahwa proses-proses geologi alam yang terlihat sekarang ini dipergunakan sebagai dasar pembahasan proses geologi masa lampau.
3. Hukum Intrusi/Penerobosan (Cross Cutting Relationship) oleh AWR Potter dan H. Robinson.
        Suatu intrusi (penerobosan) adalah lebih muda daripada batuan yang diterobosnya
4. Hukum Urutan Fauna (Law of Fauna Succession) oleh De Soulovie (1777)
          Dalam urut-urutan batuan sedimen sekelompok lapisan dapat mengandung kumpulan fosil tertentu dengan sekelompok lapisan di atas maupun di bawahnya.
5. Prinsip William Smith (1816)
          Urutan lapisan sedimen dapat dilacak (secara lateral) dengan mengenali kumpulan fosilnya yang didiagnostik jika kriteria litologinya tidak menentu.
6. Prinsip Kepunahan Organik oleh George Cuvier (1769-1832)
            Dalam suatu urutan stratigrafi, lapisan batuan yang lebih muda mengandung fosil yang mirip dengan makhluk yang hidup sekarang dibandingkan dengan lapisan batuan yang umurnya lebih tua.
Didalam penyelidikan stratigrafi ada dua unsur penting pembentuk stratigrafi yang perlu di ketahui, yaitu:
 1. Unsur batuan
            Suatu hal yang penting didalam unsur batuan adalah pengenalan dan pemerian litologi. Seperti diketahui bahwa volume bumi diisi oleh batuan sedimen 5% dan batuan non-sedimen 95%. Tetapi dalam penyebaran batuan, batuan sedimen mencapai 75% dan batuan non-sedimen 25%. Unsur batuan terpenting pembentuk stratigrafi yaitu sedimen dimana sifat batuan sedimen yang berlapis-lapis memberi arti kronologis dari lapisan yang ada tentang urut-urutan perlapisan ditinjau dari kejadian dan waktu pengendapannya maupun umur setiap lapisan.
 Dengan adanya ciri batuan yang menyusun lapisan batuan sedimen, maka dapat dipermudah pemeriannya, pengaturannya, hubungan lapisan batuan yang satu dengan yang lainnya, yang dibatasi oleh penyebaran ciri satuan stratigrafi yang saling berhimpit, bahkan dapat berpotongan dengan yang lainnya.
 2. Unsur perlapisan
           Unsur perlapisan merupakan sifat utama dari batuan sedimen yang memperlihatkan bidang-bidang sejajar yang diakibatkan oleh proses-proses sedimetasi. Mengingat bahwa perlapisan batuan sedimen dibentuk oleh suatu proses pengendapan pada suatu lingkungan pengendapan tertentu, maka Weimer berpendapat bahwa prinsip penyebaran batuan sedimen tergantung pada proses pertumbuhaan lateral yang didasarkan pada kenyataan, yaitu bahwa:

  • Akumulasi batuan pada umumnya searah dengan aliran media transport, sehingga kemiringan endapan mengakibatkan terjadinya perlapisan selang tindih (overlap) yang dibentuk karena tidak seragamnya massa yang diendapkannya.

  • Endapan di atas suatu sedimen pada umumnya cenderung membentuk sudut terhadap lapisan sedimentasi di bawahnya.

PERKEMBANGAN KLASIFIKASI STRATIGRAFI
International Stratigraphic Guides, 1994 dan International Subcommission for Stratigraphic Classification. (R.P.Koesoemadinata)
1. Perkembangan klasifikasi stratigrafi dalam dunia internasional memperlihatkan kecenderungan untuk  memisahkan kategori klasifikasi deskriptif dan interpretatif. Stratigrafi didasarkan padafakta yang terlihat di lapangan dan tidak secara interpretatif.
2. Penamaan satuan yang bersifat interpretatif sebaiknya dihindari, satuan tersebut dinyatakan sebagai satuan tidak resmi (contoh: Seismik Stratigrafi, Sikuen Stratigrafi).
3. Kategori deskriptif dibatasi pada kriteria litologi dan kandungan fosilnya, sedangkan criteria sifat-sifat fisik, kimia cenderung hanya dibatasi pada sifat yang dapat menentukan waktu atau umur , seperti paleomagnetic polarity. Satuan berdasarkan karakteristik log, penampang seismik tidak dapat dinyatakan sebagai satuan resmi, walaupun diakui keberadaannya
4. Kategori yang bersifat interpretatif : penafsirannya dibatasi pada hal-hal yang menyangkut waktu/ umur. Kategori satuan stratigrafi yang bersifat interpretative seperti lithogenetic units, satuan lingkungan pengendapan, cyclothems tidak dapat diterima sebagai satuan stratigrafi resmi
5. Keberadaan satuan tidak resmi dapat diakui walaupun sangat tidak dianjurkan.
Satuan litostratigrafi merupakan tubuh batuan sedimen, beku, metasedimen atau metammorf yang dibedakan berdasarkan karakteristik litologi. Satuan litostratigrafi ini dapat dikenal berdasarkan karakteristik batuan yang dapat diteliti. Batas antar setiap satuan yang berbeda dapat diidentifikasi secara jelas dengan adanya kontak atau dapat dideskripsikan secara arbitrer karena bersifat gradasional. Pembedaan satuan stratigrafi ini didasarkan oleh stratotipe (tipe satuan yang ditentukan), dapat terdiri dari batuan yang ada, lokasi penemuan singkapan, penggalian, daerah tambang, yang mana semuanya mengacu pada kriteria batuan.
Pada saat dilapangan, satuan stratigrafi yang terdiri dari hanya satu litologi saja jarang ditemukan. Umumnya satuan-satuan tersebut terdiri dari beberapa litologi yang saling berhubungan dan berbatasan. Hal yang penting adalah membedakan dan memahami kontak antar litologi tersebut secara vertikal dan lateral.
Satuan litostratigrafi yang paling mendasar diantaranya :
Ø  Formasi, merupakan suatu stratigrafi yang secara litologi dapat dibedakan dengan jelas dan dengan skala yang cukup luas cakupannya untuk dipetakan dipermukaan atau ditelusuri dibawah permukaan. Formasi dapat terdiri dari satu litologi atau beberapa litologi yang berbeda.
Ø  Anggota, merupan bagian dari formasi (formasi dapat terbagi menjadi beberapa satuan stratigrafi yang lebih kecil yang disebut anggota).
Ø  Perlapisan, merupakan bagian dari anggota (anggota dapat terbagi menjadi beberapa satuan stratigrafi yang lebih kecil yang disebut perlapisan).
Ø  Kelompok/Grup, kombinasi dari beberapa formasi.
Ø  Supergrup, kombinasi dari beberapa kelompok.

Senin, 15 September 2014

Pengabdian itu kami namakan KKN



Pengabdian itu kami namakan KKN 
Amanat Tridarma perguruan tinggi mengingatkan kita akan berbagai bentuk usaha dan kegiatan dalam memberikan kontribusi yang nyata dari masyarakat kampus sendiri sebagai pengayom bagi perkembangan bangsa, negara,  masyarakat dan pemerintahan terhadap bidang ekonomi, ilmu pengetahuan, sosial, politik, kemasyarakatan, pertanian dan dibidang-bidang yang terkait didalamnya, dimana Kontribusi-kontribusi tersebut seyogyanya dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa melihat strata sosial dan strata ekonomi yang mengikat dimasyarakat itu sendiri.
Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian masyarakat merupakan pokok dari tridarma perguruan tinggi yang dijadikan acuan dalam mengemban tugas pengembangan masyarakat untuk kemajuan bangsa, Negara dan masyarakat.
Pendidikan sebagai pilar yang menopang perkembangan masyarakat haruslah mendapatkan porsi yang cukup besar ketika kita akan melaksanakan tugas sebagai pengayom masyarakat yang pada hakekatnya tidak hanya dibutuhkan oleh insan insan terdidik dalam hal ini sivitas akademika universitas/perguruan tinggi namun juga harus diimbangi oleh pemahaman dan pengertian masyarakat  dalam penerapannya dilapangan agar tidak terjadi kesalahan dan kekeliruan.
Penelitian dalam tridarma perguruan tinggi bagi segenap sivitas akademika universitas/perguruan tinggi juga memiliki posisi yang strategis dalam mengemban amanah sebagai pengayom masyarakat, betapa tidak perkembangan teknologi, pendidikan, seni dan budaya dimasyarakat juga harus senantiasa dijadikan acuan dalam menganalisa dan melihat problematika-problematika yang terjadi didalam masyarakat. Sehingga dalam kaitannya dengan pendidikan dan penelitian untuk pengembangan masyarakat dapat sejalan dalam merumuskan berbagai solusi terhadap masalah-masalah yang ada dalam masyarakat.
Pengabdian masyarakat dalam bingkai Kuliah Kerja Nyata (KKN) telah menjadi suatu agenda wajib bagi pelaksanaan Pendidikan diperguruan tinggi, hal ini didasarkan pada peraturan presiden pada tahun 1971 dengan inisiasi tiga perguruan tinggi negeri, diantaranya ; Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Hasanuddin (Unhas) dan Universitas Andalas (Unand).
Universitas Hasanuddin sendiri sebagai pelopor pelaksanaan pengabdian masyarakat dalam  bentuk kuliah kerja nyata (kkn) telah menginjak paruh waktu 43 tahun dalam pelaksanaannya serta telah menginjak pada angkatan yang ke 87. Pada pelaksanaan KKN angkatan ke 87 ini mengambil tema “Inovasi Bagi Masyarakat Untuk Menjadi Universitas Berstandar Internasional” diikuti oleh lebih dari 3000 orang mahasiswa yang terbagi atas KKN regular, KKN tematik, KKN kebangsaan dan KKN Internasional.
Kuliah Kerja Nyata telah menjadi agenda utama yang harus diselesaikan oleh seorang mahasiswa sebelum menginjakkan kaki kedunia kerja dan sebelum memberikan pengabdian sesungguhnya kepada masyarakat luas sesuai dengan bidang dan konsentrasi yang tengah digeluti. Terlebih lagi sebagai sivitas akademika Universitas Hasanuddin, kami dalam hal ini peserta KKN angkatan 87 memiliki tantangan tersendiri untuk membuktikan jiwa merah dan semangat membara Universitas Hasanuddin sebagai almamater tercinta kami.
Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) reguler Universitas Hasanuddin pada angkatan 87 tahun 2014 ini mengambil tiga Kabupaten besar yang ada di provinsi Sulawesi-selatan sebagai daerah observasi dan pengembangan, diantaranya adalah : Kabupaten Bone, Kabupaten Pinrang dan Kabupaten Enrekang. Hal tersebut juga menjadi bagian yang semakin membuat kami tertantang untuk membuktikan pengabdian terbaik bagi setiap daeran pengembangan yang menjadi tugas dan tanggung jawab kami, terlebih lagi ketika paserta yang bersangkutan merupakan putra daerah.
Menganalisa masalah-masalah yang ada dimasyarakat dan memberikan solusi-solusi kreatif merupakan sasaran strategis yang seharusnya ditawarkan dan dikerjakan oleh seluruh peserta Kuliah Kerja Nyata (KKN). Solusi yang ditawarkan berupa program kerja sebisa mungkin memberikan perubahan bagi masyarakat kearah yang lebih baik sebagai bentuk kontribusi dan pengabdian mahasiswa KKN untuk masyarakat, dengan prinsip bagaimanapun keadaannya, sesingkat apapun waktunya dan seberapapun dananya kami tetap akan mengapdi untuk masyarakat.
Pengabdian masyarakat merupakan salah satu pilar penting dalam tridarma perguruan tinggi. Sebagai sebuah institusi, perguruan tinggi memiliki tugas dalam menghasilkan dan mencetak insan akademik yang nantinya akan membangun dari segala segi kehidupan masyarakat dalam berbangsa dan bernegara. Sebelum perguruan tinggi menghasilkan dan mencetak insan akademik yang tangguh dalam mengembangkan masyarakat, dibutuhkan beberapa proses yang nantinya akan membentuk jiwa akademisi-akademisi yang memiliki kepekaan sosial dalam melihat dan memecahkan permasalahan yang ada di tengah-tengah masyarakat. Proses-proses pembentukan tersebut bermula dari karakter dasar yang dimiliki oleh manusia sejak kecil berlanjut ketahap pendidikan dibangku sekolah (SD, SMP dan SMA) dan berakhir ditahapan proses pengembangan dan penguatan karakter di bangku perguruan tinggi.
Proses pembentukan jiwa dengan kepekaan sosial yang baik dan penguatan karakter harus senantiasa sejalan dengan perkembangan kekinian masyarakat secara umum. Hal ini didasarkan pada kesadaran bahwa masyarakat akan cenderung berkembang dari segi pemikiran dan teknologi dari masa ke masa. Sehingga kepakaan yang dimiliki oleh insan akademik juga harus senantiasa diasah dan diperkuat dengan landasan kekinian.
Pengabdian masyarakat dalam bingkai Kuliah Kerja Nyata (KKN) telah menjadi agenda rutin untuk melihat bagaimana tingkat kepedulian dan kepekaan masyarakat (civitas) akademika perguruan tinggi terhadap permasalahn yang dihadapi oleh masyarakat. Kemampuan untuk melihat permasalahan, membaca situasi dan memberikan solusi yang solutif terhadap kendala masyarakat dalam menjalankan roda bermasyarakat merupakan kemampuan dasar yang senantiasa harus ada dalam diri setiap insan akademik perguruan tinggi. KKN sendiri sebagai sarana untuk menguji dan melihat bagaimana masyarakat kampus dalam memberikan pengabdian kepada masyarakat juga akan menjadi ajang eksistensi perguruan tinggi ditengah-tengah masyarakat, kesan masyarakat terhadap pelaksanaan KKN juga harus menjadi catatan tersendiri bagi para penyelenggara dan peserta Kuliah Kerja Nyata. Sebagai contoh kampus merah Universitas Hasanudin Makassar. Ketika berbicara tentang prestasi nasional dan internasional maka kampus merah adalah sebuah kampus terbesar dan terbaik dikawasan Indonesia timur dan bahkan merupakan perguruan tinggi negeri dengan status akreditasi A yang mana hanya ada empat perguruan tinggi negeri se indonesia yang berstatus sama. Setidaknya sebagai perguruan tinggi negeri program KKN Unhas lebih kreatif dan solutif disbanding perguruan tinggi lainnya terhadap pemasalahan yang dihadapi oleh masyarakat setempat.
Beberapa waktu lalu secara pribadi penulis bertemu dan berbincang dengan salah seorang alumni Unhas yang telah bekerja disalah satu media local yang ada di kabupaten Bone. Dalam perbincangan tersebut, selaku peserta KKN dari Unhas saya sedikit terusik dengan perkataan alumni unhas tersebut, beliau sempat mengatakan “ketika mahasiswa KKN unhas hanya melakukan agenda yang sama dengan mahasiswa KKN perguruan tinggi lainnya yang ada disulawesi mau dikemanakan prestasi internasional dan nasional yang telah diraih unhas selama ini”. Lebih lanjut beliau mengatakan “kalau hanya sekedar program pembangunan fisik, mahasiswa dari kampus manapun bisa melakukannya, bahkan kalau hanya sekedar pengecetan batas desa murid sekolah dasarpun mampu melakukannya, katanya unhas ingin menjadi Wordl Class University…?”. Secara pribadi sebagai mahasiswa KKN Unhas saya merasa terusik  dengan perkataan tersebut, tapi memang benar adanya. Beliau juga memberi masukan agar program kerja yang sifatnya pembangunan fisik bisa diminimalisir dan lebih menonjolkan pengembangan masyarakat dari segi mental dan pemahaman.
Pengembangan masyarakat dari segi pendidikan dan pemahaman akan jauh lebih bermakna ketimbang pembangunan sarana fisik. Untuk seluruh mahasiswa terkhusus untuk teman-teman peserta KKN Unhas yang notabene mamiliki sedikit keunggulan dibidang prestasi dibanding perguruan tinggi lainnya. Hal ini disetidaknya bisa memotivasi kita semua dalam melakukan agenda pengembangan masyarakat kearah yang lebih baik, tidak sekedar melaksanakan program-program rutin yang cenderung umum dilakukan oleh mahasiswa KKN namun bisa memberikan efek yang besar bagi perkembangan masyarakat kedepannya.  Kita berKKN tidak hanya sekedar melaksanakan dan menyelesaikan tahapan akademik, namun sarana inilah yang akan mengembangan kemampuan dan kepekaan kita terhadap persoalan-persoalan yang ada dimasyarakat, kita mungkin akan berpikir bahwa sarana ini bisa kita manfaatkan untuk sekedar menunaikan kewajiban atau hanya sekedar agenda rutinitas yang harus diselesaikan sebelum meninggalkan perguruan tinggi, namun lebih jauh dari hal tersebut, berKKN merupakan ajang kita untuk bermasyarakat, menjadi masyarakat dan berbakti untuk masyarakat.
Kita harus senantiasa memegang prinsip bahwa; bagaimanapun keadaannya, sesingkat apapun waktunya dan seberapapun dananya kami tetapakan mengapdi untuk masyarakat.
Muh.Fadli
Teknik Geologi 2010
Pengurus KAMMI Daerah Makassar

Sabtu, 01 Maret 2014

Menjalankan Kursi-Kursi Itu Sesuai Dengan Fungsinya

Menjalankan Kursi-Kursi Itu Sesuai Dengan Fungsinya
Kursi merupakan sebuah benda yang dibuat oleh tangan-tangan manusia yang memiliki fungsi sebagai tempat duduk dan bersandar ketika merasa lelah dan letih ketika berjalan ataupun berlari, lebih dari itu kursi memiliki banyak makna dalam kehidupan keseharian manusia, makna-makna tersebut yang terkandung dari kata kursi diantaranya adalah kekuasaan, kekuatan dan kedudukan. Berbicara tentang kursi maka kita akan terbayang beberapa bentuk dan model kursi yang bias kita temui dalam keseharian kita, entah yang terbayang adalah kursi kayu, rotan, dari besi, dari plastic dan bahkan tak sedikit pula diantara kita yang mungkin membayangkan sofa, terlepas dari semua itu kita yakini fungsi dari kursi itu adalah sarana untuk mengistirahatkan dan merilekskan badan dari kepenatan, meski mungkin diantara kita ada banyak fungsi-fungsi yang lain dari pada itu.
Berbicara tentang kursi maka akan banyak kiasan dan makna terpendam yang akan kita temui sesuai dengan persepsi dan pemahaman kita masing-masing. Dikalangan masyarakat pada umumnya memandang kursi hanya sebatas tempat untuk duduk dan beristirahat, dikalangan ahli  ekonomi dan bisnis kursi dipandang sebagai sarana memonopoli pasar dan mengawasi segala aktifitas didalamnya, dikalangan politisi kursi diibaratkan sebuah singgasana yang nyaman dan memiliki keistimewaan tersendiri ketika mendudukinya yang mereka pandang sebagai sarana untuk melakukan pengaruh-pengaruh dalam mengatur jalanya roda pemerintahan secara baik dan bijak terlepas apakah itu menghasilkan sesuatu yang positif atau negatif dikalangan masyarakat umum, dikalangan negarawan memandang bahwa kursi diibaratkan sebagai sarana dalam memahami dan menerapkan metode kepemimpinan dengan senantiasa mengutamakan prinsip kebaikan bersama dan mementingkan kepentingan umum, berbeda lagi dengan akademisi yang memandang kursi sebagai sarana dalam memberikan pengaruh dalam pencerdasan dan transformasi keilmuan dan dalam pandangan mahasiswa sendiri memandang kursi sebagai sebuah media untuk aktualisasi diri dalam kepemimpinan sebelum menjalankan peran sebagai seorang ahli ekonomi, politisi, akademisi atau bahkan hanya sebagai masyarakat biasa.
Kursi Sang Ekonom
Idealnya disebuah Negara berkembang yang menginginkan kemajuan ekonomi ( menjadi Negara maju) maka dibutuhkan lebih dari 2,5 % pelaku Bisnis dikalangan masyarakatnya baik bisnis kacil, menengah sampai bisnis besar sehingga kebutuhan-kebutuhan dalam negeri dapat tercukupi dan bahkan dapan melakukan ekspor kenegara-negara lainnya. Namun ketika melihat keadaan Negara Indonesia saat ini dengan kondisi ekonomi yang cenderung stagnan, maka kita harus mempertanyakan keberadaan para pemilik kebijakan Ekonomi yang ada dibangsa ini, Para ekonom  dan pebisnis ketika mereka mengaku mencintai bangsa ini maka seharusnya mereka memberikan trobosan yang betul-betul jitu dalam menghadapi problematika kebangsaan utamanya yang berkaitan dengan perekonomian bangsa ini, karena kemudian masyarakat kita telah bosan mendengar kicauan-kicauan kosong para ekonom yang hanya menjadi penghias surat kabar dan sekedar hanya menjadi nyayian yang meninabobo-kan dimedia elektronik. Wahai para ekonom yang terhormat, kami sangat rindu akan realisasi kicauan-kicauan anda untuk kemajuan Indonesia kedepannya.
Kursi Sang Politisi
Politisi sebagaimana idealnya didalam suatu Negara, merupakan pihak yang memiliki peran serta yang tidak sedikit, entah kita sadari atau tidak politisi merupakan komponen bangsa ini yang menjadi penentu segala segi kehidupan dibangsa ini, mulai dari pemerintahan, pendidikan, ekonomi, social, budaya dan bahkan agama menjadi topic yang tidak terpisahkan dalam ruang lingkup pembagian kerja dari politisi. Dari politisilah lahir undang-undang, kebijakan-kebijakan dan juga langka-langka oprasional yang dijalankan suatu pemerintahan. Ketika berbicara tentang politik maka didalam pikiran orang-orang awam yang telah terjangkit virus mematikan yang namanya KETIDAK PERCAYAAN, maka sungguh kita akan melihat suatu realita yang sangat memiriskan bangsa ini, ketika ada orang atau sekelompok orang yang masuk dalam kanca perpolitikan bangsa ini maka sungguh mereka akan dihadapkan pada cacian, makian, tuduhan dan anggapan-anggapan negatif yang sangat menyesatkan meski mereka tidak melakukan kesalahan yang berarti, hal ini lagi-lagi disebabkan oleh suatu virus mematikan yang namanya KETIDAK PERCAYAAN, ketidak percayaan ini menjadikan para politisi kita baik ditatanan Pemerintah, Eksekutif dan yudikatif cenderung serba salah dalam mengambil kebijakan dan keputusan karena anggapan masyarakat yang kadangkala tidak lagi mementingkan analisa pikiran dan logika sehingga cenderung untuk mengutamakan analisa perasaan, padahal suatu yang sangat berarti ketika politisi yang memiliki kategori ideal menempati jabatan strategis dalam suatu pemerintahan, maka sungguh pemerintahan akan mampu berjalan dengan baik dan bijak serta mampu memberikan rasa aman dihati masyarakatnya. Namun dibalik semua itu maka kitapun akan melihat begitu banyak cacat dan keburukan yang dapat ditimbulkan oleh oknum-oknum politisi yang tidak bertanggungjawab terhadap amanah dan tugasnya dalam merealisasikan kepentingan rakyat.
Kursi Sang Akedemisi
Dalam kondisi bangsa yang ideal maka kebaradaan para akademisi merupakan syarat yang harus terpenuhi, betapa tidak : akademisi itu bertindak sebagai control social kemasyaratan serta sebagai tenaga ahli yang mestinya memiliki tingkat kepekaan yang tinggi terhadap permasalahan dan dinamika yang sedang dihadapi oleh bangsa ini, melalui tangan para akademisi inilah lahir gagasan-gagasan dan solusi akademis terhadap permasalahan-permasalahan yang ada, mulai dari masalah budaya, ekonomi, social, politik, pangan, transportasi dan masalah-masalah yang lainnya, semua itu menjadi tanggung jawab para akademisi untuk memberikan solusi dan serta menjadi kewajiban bagi para politisi dalam mengeksekusi segala problematika kebangsaan berdasarkan arahan dan analisis para akademisi. Namun melihat kondisi bangsa yang memiliki kecenderungan yang sangat jauh dari kata ideal maka kita akan melihat maraknya akademisi yang cenderung terkungkung oleh pengaruh dan kekuasaan para politisi, yang ketika akademisi memiliki metode dan solusi terhadap permasalahan kebangsaan maka akan terhalang dan terbatasi oleh kebijakan para politisi yang ketika metode dan solusi itu diterapkan akan mempertimbangkan asas manfaat yang diperoleh. Sehingga dalam hal ini kebebasan dan eksistensi dari akademisi haruslah diperkuat agar betul-betul kebijakan yang akan dibuat sebelumnya telah terencana dengan baik.
Entah itu ekonom, politisi ataupun akademisi untuk mencapai tingkatan bernegara yang ideal haruslah memiliki visi yang sama dengan senantisa mempertimbangkan asas manfaat bagi semua golongan masyarakat. Hal ini dikarenakan ketika sinergitas antara ekonom, politisi dan akademisi telah berjalan dengan baik dan bijak maka berjalannya roda perekonomian, pendidikan serta pemerintahan akan semakin teratur, sehingga iklim bernegarapun akan semakin harmonis.
Sambut Indonesia yang lebih baik profesi apapun yang anda geluti, dengan kerja nyata kita sebagai bentuk kecintaan terhadap Negara.
Muh. Fadli
Staf Binsat KAMMDA Makassar