Senin, 24 Desember 2012

Ketika Idelisme Itu Tidak Lagi Terealisasi


Ketika Idelisme Itu Tidak Lagi Terealisasi

Sebagai bagian dari perubahan bangsa yang pada hakekatnya menjadi generasi yang bertindak sebagai agen perubahan menuju kemajuan dan kejayaan bangsa, sudah sepatutnyalah pemuda memiliki sikap yang jauh lebih baik ketimbang dengan komponen bangsa yang lain baik dari segi pemikiran, tindakan maupun perilaku. Salah satu komponen pemuda yang sering menamakan diri mereka sebagai agen perubahan, agen pengontrol sosial dan sebagai penjaga moral bangsa, ya itulah mahasiswa. Sejak menginjakan kaki ditingkat perguruan tinggi siswa/siswi yang baru melepaskan status kesiswaan mereka menjadi seorang mahasiswa, mereka telah mendapatkan berbagai doktrin dan pemikiran-pemikiran bahwasanya mereka adalah komponen yang paling menentukan apakah suatu bangsa dapat tetap eksis dan menjadi negara yang maju atau sebaliknya.

Yang menjadi fenomena yang sangat mengherankan adalah meskipun dunia dan kehidupan ini senantiasa bergerak dan berkembang namun pada hakekatnya mahasiswa sebagai agen peruhan dan sosial kontrol masih saja ada oknum mahasiswa yang mempertahankan tradisi lama mereka yang memandang mereka adalah bagian dari kehidupan yang memiliki kebebasan yang sebebas-bebasnya dalam melakukan segala tindakan dengan alasan HAM, kebebasan bereksprsi dan kebebasan menyampaikan pendapat. Lain lagi dengan tradisi yang telah turun temurun diturunkan antara senior kejunior bahwa menentang senior adalah sebuah kesalahan yang amat fatal meski itu bertentangan dengan hati nurani, sehingga muncullah aturan-aturan konyol yang menyesatkan, pasal 1 senior tidak pernah bersalah, pasal 2 jika senior bersalah kembali kepasal 1, yang secara tersirat menegaskan apapun yang terjadi seorang senior tidak bisa disalahkan atas segala tindakan yang dilakukannya. Sehingga hal tersebut kemudian memunculkan oknum-oknum mahasiswa yang bertindak seenaknya sehingga menjadi menonjol dalam dunia pergerakan mahasiswa. Ketika ditanya, apakah oknum mahasiwa yang seperti itukah yang diharapkan sebagai agen perubahan oleh bangsa ini.? Namun juga yang menjadi permasalahan kemudian adalah golongan mahasiswa yang masih memiliki idealisme yang murni dan dapat diandalkan sebagai agen perubahan serta pemuda-pemudi harapan bangsa tidak mendapatkan posisi yang baik dan strategis dalam sebuah pergerakan mahasiswa, sehingga kemudian tersisihkan dan hanya bisa menjadi penonton tak bersuara di depan panggung pergerakan.

Kalau melihat fenomena yang terjadi pada saat ini didalam dunia kemahasiswaan seakan-akan kita akan menemukan sebuah implikasi yang sangat menonjol bahwa pola gerakan sebagian oknum mahasiswa dalam berdinamika cenderung hedonis, pragmatis & individualis. Ketika suatu agenda kemahasiswaan diadakan yang tujuannya sangat bermanfaat mereka akan berpikir panjang dan bahkan tidak berpikir untuk turut berkontribusi didalamnya, jangankan berkontribusi menyukseskan agenda kegiatan sekedar menjadi peserta saja mereka akan cenderung menolak. Sebuah pertanyaan kemudian apakah pemuda seperti itu yang diharapkan bangsa ini sebagai agen perubahan.? Jangankan merubah bangsa kearah yang lebih baik, memperbaiki diri saja mereka tidak akan mampu jika hanya terus-menerus berpikir demikian.

Ketika bangsa ini menuntut kepada mahasiswa yang masih memiliki idealisme yang kuat untuk dapat membangun bangsa ini, tergerakkah hati kita untuk bangun dan bergerak menjadi pioner perubahan.?

Nama ; MUH FADLI