Sabtu, 01 Maret 2014

Menjalankan Kursi-Kursi Itu Sesuai Dengan Fungsinya

Menjalankan Kursi-Kursi Itu Sesuai Dengan Fungsinya
Kursi merupakan sebuah benda yang dibuat oleh tangan-tangan manusia yang memiliki fungsi sebagai tempat duduk dan bersandar ketika merasa lelah dan letih ketika berjalan ataupun berlari, lebih dari itu kursi memiliki banyak makna dalam kehidupan keseharian manusia, makna-makna tersebut yang terkandung dari kata kursi diantaranya adalah kekuasaan, kekuatan dan kedudukan. Berbicara tentang kursi maka kita akan terbayang beberapa bentuk dan model kursi yang bias kita temui dalam keseharian kita, entah yang terbayang adalah kursi kayu, rotan, dari besi, dari plastic dan bahkan tak sedikit pula diantara kita yang mungkin membayangkan sofa, terlepas dari semua itu kita yakini fungsi dari kursi itu adalah sarana untuk mengistirahatkan dan merilekskan badan dari kepenatan, meski mungkin diantara kita ada banyak fungsi-fungsi yang lain dari pada itu.
Berbicara tentang kursi maka akan banyak kiasan dan makna terpendam yang akan kita temui sesuai dengan persepsi dan pemahaman kita masing-masing. Dikalangan masyarakat pada umumnya memandang kursi hanya sebatas tempat untuk duduk dan beristirahat, dikalangan ahli  ekonomi dan bisnis kursi dipandang sebagai sarana memonopoli pasar dan mengawasi segala aktifitas didalamnya, dikalangan politisi kursi diibaratkan sebuah singgasana yang nyaman dan memiliki keistimewaan tersendiri ketika mendudukinya yang mereka pandang sebagai sarana untuk melakukan pengaruh-pengaruh dalam mengatur jalanya roda pemerintahan secara baik dan bijak terlepas apakah itu menghasilkan sesuatu yang positif atau negatif dikalangan masyarakat umum, dikalangan negarawan memandang bahwa kursi diibaratkan sebagai sarana dalam memahami dan menerapkan metode kepemimpinan dengan senantiasa mengutamakan prinsip kebaikan bersama dan mementingkan kepentingan umum, berbeda lagi dengan akademisi yang memandang kursi sebagai sarana dalam memberikan pengaruh dalam pencerdasan dan transformasi keilmuan dan dalam pandangan mahasiswa sendiri memandang kursi sebagai sebuah media untuk aktualisasi diri dalam kepemimpinan sebelum menjalankan peran sebagai seorang ahli ekonomi, politisi, akademisi atau bahkan hanya sebagai masyarakat biasa.
Kursi Sang Ekonom
Idealnya disebuah Negara berkembang yang menginginkan kemajuan ekonomi ( menjadi Negara maju) maka dibutuhkan lebih dari 2,5 % pelaku Bisnis dikalangan masyarakatnya baik bisnis kacil, menengah sampai bisnis besar sehingga kebutuhan-kebutuhan dalam negeri dapat tercukupi dan bahkan dapan melakukan ekspor kenegara-negara lainnya. Namun ketika melihat keadaan Negara Indonesia saat ini dengan kondisi ekonomi yang cenderung stagnan, maka kita harus mempertanyakan keberadaan para pemilik kebijakan Ekonomi yang ada dibangsa ini, Para ekonom  dan pebisnis ketika mereka mengaku mencintai bangsa ini maka seharusnya mereka memberikan trobosan yang betul-betul jitu dalam menghadapi problematika kebangsaan utamanya yang berkaitan dengan perekonomian bangsa ini, karena kemudian masyarakat kita telah bosan mendengar kicauan-kicauan kosong para ekonom yang hanya menjadi penghias surat kabar dan sekedar hanya menjadi nyayian yang meninabobo-kan dimedia elektronik. Wahai para ekonom yang terhormat, kami sangat rindu akan realisasi kicauan-kicauan anda untuk kemajuan Indonesia kedepannya.
Kursi Sang Politisi
Politisi sebagaimana idealnya didalam suatu Negara, merupakan pihak yang memiliki peran serta yang tidak sedikit, entah kita sadari atau tidak politisi merupakan komponen bangsa ini yang menjadi penentu segala segi kehidupan dibangsa ini, mulai dari pemerintahan, pendidikan, ekonomi, social, budaya dan bahkan agama menjadi topic yang tidak terpisahkan dalam ruang lingkup pembagian kerja dari politisi. Dari politisilah lahir undang-undang, kebijakan-kebijakan dan juga langka-langka oprasional yang dijalankan suatu pemerintahan. Ketika berbicara tentang politik maka didalam pikiran orang-orang awam yang telah terjangkit virus mematikan yang namanya KETIDAK PERCAYAAN, maka sungguh kita akan melihat suatu realita yang sangat memiriskan bangsa ini, ketika ada orang atau sekelompok orang yang masuk dalam kanca perpolitikan bangsa ini maka sungguh mereka akan dihadapkan pada cacian, makian, tuduhan dan anggapan-anggapan negatif yang sangat menyesatkan meski mereka tidak melakukan kesalahan yang berarti, hal ini lagi-lagi disebabkan oleh suatu virus mematikan yang namanya KETIDAK PERCAYAAN, ketidak percayaan ini menjadikan para politisi kita baik ditatanan Pemerintah, Eksekutif dan yudikatif cenderung serba salah dalam mengambil kebijakan dan keputusan karena anggapan masyarakat yang kadangkala tidak lagi mementingkan analisa pikiran dan logika sehingga cenderung untuk mengutamakan analisa perasaan, padahal suatu yang sangat berarti ketika politisi yang memiliki kategori ideal menempati jabatan strategis dalam suatu pemerintahan, maka sungguh pemerintahan akan mampu berjalan dengan baik dan bijak serta mampu memberikan rasa aman dihati masyarakatnya. Namun dibalik semua itu maka kitapun akan melihat begitu banyak cacat dan keburukan yang dapat ditimbulkan oleh oknum-oknum politisi yang tidak bertanggungjawab terhadap amanah dan tugasnya dalam merealisasikan kepentingan rakyat.
Kursi Sang Akedemisi
Dalam kondisi bangsa yang ideal maka kebaradaan para akademisi merupakan syarat yang harus terpenuhi, betapa tidak : akademisi itu bertindak sebagai control social kemasyaratan serta sebagai tenaga ahli yang mestinya memiliki tingkat kepekaan yang tinggi terhadap permasalahan dan dinamika yang sedang dihadapi oleh bangsa ini, melalui tangan para akademisi inilah lahir gagasan-gagasan dan solusi akademis terhadap permasalahan-permasalahan yang ada, mulai dari masalah budaya, ekonomi, social, politik, pangan, transportasi dan masalah-masalah yang lainnya, semua itu menjadi tanggung jawab para akademisi untuk memberikan solusi dan serta menjadi kewajiban bagi para politisi dalam mengeksekusi segala problematika kebangsaan berdasarkan arahan dan analisis para akademisi. Namun melihat kondisi bangsa yang memiliki kecenderungan yang sangat jauh dari kata ideal maka kita akan melihat maraknya akademisi yang cenderung terkungkung oleh pengaruh dan kekuasaan para politisi, yang ketika akademisi memiliki metode dan solusi terhadap permasalahan kebangsaan maka akan terhalang dan terbatasi oleh kebijakan para politisi yang ketika metode dan solusi itu diterapkan akan mempertimbangkan asas manfaat yang diperoleh. Sehingga dalam hal ini kebebasan dan eksistensi dari akademisi haruslah diperkuat agar betul-betul kebijakan yang akan dibuat sebelumnya telah terencana dengan baik.
Entah itu ekonom, politisi ataupun akademisi untuk mencapai tingkatan bernegara yang ideal haruslah memiliki visi yang sama dengan senantisa mempertimbangkan asas manfaat bagi semua golongan masyarakat. Hal ini dikarenakan ketika sinergitas antara ekonom, politisi dan akademisi telah berjalan dengan baik dan bijak maka berjalannya roda perekonomian, pendidikan serta pemerintahan akan semakin teratur, sehingga iklim bernegarapun akan semakin harmonis.
Sambut Indonesia yang lebih baik profesi apapun yang anda geluti, dengan kerja nyata kita sebagai bentuk kecintaan terhadap Negara.
Muh. Fadli
Staf Binsat KAMMDA Makassar