Selasa, 17 Maret 2015

Makassar darurat Geng Motor


Geng Motor Perusak Kearifan Lokal Makassar
Sebuah Kota Metropolitan yang menjadi salah satu dari sekian banyak kota yang ada di Indonesia, kota ini menjadi pusat dan symbol kemajuan dari kawasan timur Indonesia. Ketika kawasan Barat Indonesia memiliki kota-kota besar seperti Jakarta, Lampung, Surabaya, Yogyakarta dan beberapa kota-kota lainnya. Maka untuk kawasan timur Indonesia kita akan tertuju pada sebuah kota yang disimbolkan dengan salah satu pahlawan nasional Sultan Hasanuddin, ketika nama kota ini disebut maka kitapun akan teringat dengan selogan “Sekali Layar Berkembang, Pantang Surut Biduk Kepantai”, yah dialah Kota Makassar yang mungkin bagi sebagian masyarakat Indonesia lebih mencitrakannya sebagai daerah yang relatif kasar dari daerah lain yang bedasar dari kata Kassar yang ada di nama Kota ini “MAKASSAR”. Namun tidak sedikit pula diantara masyarakat Indonesia yang banyak mencitrakan Kota ini dengan salah satu budaya dan kearifan lokal “Siri’ na Pacce” yang mengandung makna menjunjung tinggi budaya malu dan budaya kekokohan pendirian/berani.
            Terlepas dari segala citra dan pendapat masyarakat umum tentang kota Makassar sebagai bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kota ini, budaya dan kearifan local masyarakat Makassar semestinya menjadi hal yang kita bisa jaga dan lestarikan dikehidupan bermasyarakat kota Makassar. Beberapa decade silam kita dikenal sebagai masyarakat memiliki budaya menjunjung tinggi rasa malu, yah rasa malu ketika ada anggota masyarakat kita yang melakukakn tindakan dan perilaku yang mencemari nama baik masyarakat, rasa malu ketika ada anggota masyarakat yang mencoba melanggar norma-norma yang ada ditengah-tengah masyarakat dan rasa malu ketika ada diantara anggota keluarga yang bertidak melebihi batas kewajaran, menjaga dan melestarikan kearifan lokal yang berkaitan dengan menjunjung tinggi rasa malu bukan semata-mata menjadi tugas dari pemerintah setempat melainkan menjadi tugas bersama seluruh komponen masyarakat, bukankah ketika ada oknum dan kelompok tertentu yang mencoba melanggar dan mencederai kebudayaan local kita maka secara otomatis kitapun akan mendapatkan dampaknya.
Mencoba menelisik kembali kira-kira sekitar setahun terakhir, kita dikejutkan dengan beredarnya tindakan premanisme jalanan yang ditengarai dilakukan oleh kelompok geng motor, tindakan premanisme jalanan yang dilakukan oleh geng motor telah sampai pada sesuatu yang telah mencederai nilai-nilai kemanusiaan dan telah melanggar ketertiban masyarakat, betapa tidak tidak kurang dari 20 orang masyarakat Makassar dan sekitarnya telah menjadi korban dari kebrutalan geng motor ini. Sekali lagi untuk menjaga dan melestarikan budaya dan kearifan local bukan hanya menjadi tugas pemerintah saja namun menjadi tanggungjawab seluruh lapisan masyarakat, masyarakat umum telah memberikan citra yang baik dan buruknya kepada kota yang kita cintai ini, citra baiknnya kita dianggap daerah dengan budaya menjunjung tinggi rasa malu yang telah mendarah daging dimasyarakat, bukankah dengan fakta kebrutalan geng motor dikota ini telah merusak citra dan budaya siri’ masyarakat Makassar, dan untuk citra buruknya masyarakat telah mencitrakan Makassar dengan budaya primitip yang masih mengedepankan emosi dari pada nalar dan sekali lagi bukankah dengan fakta kebrutalan geng motor telah menambah keyakinan dan bukti bahwa hal tersebut benar adanya.
            Ketika beberapa waktu lalu pemerintah mencanangkan Indonesia darurat teroris dan darurat Narkoba, maka dikota yang kita cintai ini sebaiknya mencanangkan Makassar Darurat Geng Motor, semestinya pemerintah, aparat keamanan dan seluruh lapisan masyarakat dapat saling bahu-membahu dalam menyelesaikan persoalan Darurat geng motor ini. Selama ini kita cenderung untuk menutup diri dan acuh terkait hal ini sehingga menyebabkan jatuhnya korban yang mau tidak mau akan memberikan dampak yang buruk bagi seluruh warga kota Makassar. Sepertinya kita memang mesti merasa Darurat terlebih dahulu agar dapat melakukan tindakan yang lebih nyata.
Untukmu Makassar tanah rantauku, dukamu, sukacitamu, ceritamu dan prestasimu adalah bagian dariku dan aku adalah bagian darimu.