Klasifikasi Batuan Sedimen Klastik
Klasifikasi batuan sedimen klastik
yang umum digunakan adalah berdasarkan ukuran butirnya (menurutukuran butir dari
Wenworth), namun akan lebih baik lagi ditambah mengenai hal-hal lain
yang dapat memperjelas keterangan mengenai batuan sedimen yang dimaksud seperti
komposisi dan strukturalnya. Misalnya batupasir silangsiur, batulempung kerikil,
batupasir kwarsa.
1. Batu pasir kwarsa
- Komposisi didominasi oleh pasirkwarsa dengan demikian berarti transportasinya lebih jauh.
- Sedikit mengandung chert (rijang)
- Semennya adalah karbonat dan silica.
- Kemungkinan mengandung fosil kecil sekali (fosilkarbonat), jika ada kemungkinan karena semennya karbonat (gamping)
- Warnanya agak gelap terang, karena kwarsa berwarna putih.
2. Greywocke
- Istilah pertama digunakan di pegunungan Harz (Jerman)
- Merupakan fragmen batuan (rock fragmen)
- Berumur : devon-karbonatas, juga tersingkap di Skotlandia yang berumur Paleozoikum bawah.
- Dengan adanya rock fragmen ini menyatakan bahwa sedimentasi tak normal (pendek), terjadi di daerah tektonik (dekat continental). Oleh karena pada daerah yang mantap, maka ia akan bersosiasi dengan lava bantal (di laut), batuan erupsi dan rijang (chert) (di darat). Rijang mencerminkan laut dalam, kemungkinan juga terdapat di continental slope besar sekali, yang disebut arus turbbidit.
- Warnanya gelap
- Pemilahannya jelek, karena transportasi pendek.
- Bentuk agak menyudut, karena transportasi jelek.
- Karena arus turbidit maka struktur yang jelas yaitu graded-bedding
- Pengendapan syngenetis (bersama-sama dengan proses genetika)
3. Arkone
- Yang dominan adalah feldspar
- Oleh karena yang dominant adalah feldspar maka ia taktahan lapuk atau tidak stabil
- Ini menunjukkan bahwa batuan ini terjadi pada keadaan transportasi pendek, kesempatan untuk melapuk kecil, iklimerring, relief tajam (pada daerah yang berelief tajam)
- Warnanya terang kemerah-merahan
- Sorting jelek, karena transportasi pendek
- Kebulatan komponen, agak menyudut, karena transportasi pendek.
4. Konglomerat
Batuan klastik yang mempunyai fragmen
batuan dan matrik, dengan batuan fragmen membundar – sangat membundar, kerikil,
kerakal, dan bongkah dapat terdiri bermacam batuan tetapi, kebanyakan biasanya
kaya akan mineral kwarsa. Biasanya ruang antara kerikil dengan pasir tersementasi
dengan silica, lempung, limonite atau kalsit.
5. Breccia (breksi)
Adalah jenis batuan sedimen klastik
yang menyerupai konglomerat, tetapi kebanyakan fragmen batuannya berbentuk
angular sampai meruncing-runcing, ukuran umumnya berkisar dari kerakal sampai berangkal,
sering diantara fragmen ini dijumpai ukuran yang lebih kecil yang disebut matrik,
fragmen dan matrik penyusun breksi ini terikat dengan semen yang berupa
material karbonatan atau lempungan, dari bentuk fragmen yang meruncing, dapat ditafsirkan
bahwa breksi ini diendapkan dengan sumbernya, sehingga tidak terpengaruh suara fisik
oleh jarak transportasi sehingga ingin mencapai cekungan sedimen ukuran
material penyusun breksi lebih besar dari 2 mm.
6. Batupasir
Batuan sediment klastik yang terdiri
dari semen berukuran pasir, massa pasir ini umumnya adalah mineral silika,
feldspar atau pasir karbonat, sedang material pengikat atau semen berupa besi oksida,
silica lempung atau kalsium karbonat. Dengan adanya perubahan yang besar dalam
ukuran butirnya, maka dapat dibedakan ukurannya dari batupasir kasar sampai batulanau.
Pada beberapa batuan, dijumpai ukuran butir yang beragam; jadi dapat dikatakan batupasir
konglomerat atau batulanau pasiran.Warna pada batupasir, terbentuk sebagian besar
oleh variasi butirnya.
7. Arkose
Adalah jenis dari batupasir dengan jumlah
butiran feldspar yang lebih banyak. Kalau komposisi batuan ini terdiri dari kwarsa
dan feldspar dapat diikatakan granit, jadi kemungkinan adanya kesalahan tentang
arkose sangat kecil. Pada arko sebutirnya tidak saling mengunci, butiran membulat
dan dipisahkan dengan material semen dengan butiran yang halus.
8. Batulempung (dapat disebut serpih)
Adalah batuan sediment klastik yang
terbentuk dari hasil pengompakan lempung dan lanau, ukuran butirnya halus sehingga
batuannya terlihat homogen. Batulempung adalah halus dan umumnya terasa lembut,
tetapi beberapa pasir halus atau lanaukasar mungkin membuat terasagriity.
Batulempung umumnya dijumpai pelapisan
sedimen. Batuan yang komposisinya sama tetapi mempunyai ketebalan dan lapisan
yang berbentuk blok dapat disebut batulumpur, warna dari batulempung dan batulumpur
antara ungu, hijau, merah, dan cokelat. Beberapa lapisan yang banyak mengndung karbon
berwarna hitam.
9. Batugamping
Yang mungkin saja termasuk kedalam batuan
sediment klastik atau kimiawi, umumnya terdiri dari kalsit, beberapa mempunyai
impurities atau variasi bagus bahkan keduanya dalam penampakkannya.
Beberapabetugamping yang berbentuk butiran halus mungkin terbentuk secara
presipitasi kimia dengan batuan banyak atau
sedikit organisme kecil, beberapa sedimen pada dasar laut kemungkinan tersingkap
di lapisan awal pada formasi batugamping ukuran halus.
10.Dolostone
Seperti batugamping, juga merupakan batuanse
dimenklastikataun kimiawi yang umumnya tersusun oleh mineral dolomite, CuMg(CO3)2.
Dolomite kelihatan seperti kalsit, oleh karena itu mengapa dolomite dapat dikatakan
sebagai batugamping.
Klasifikasi
Batuan Karbonat Berdasarkan Tekstur Pengendapan Menurut Dunham (1962) dan
Embry &Klovan (1971)
Klasifikasi Dunham (1962) Klasifikasi
ini didasarkan pada tekstur deposisi dari batugamping, karena menurut Dunham
dalam sayatan tipis, tekstur deposisional merupakan aspek yang tetap. Kriteria dasar
dari tekstur deposisi yang diambil Dunham (1962) berbeda dengan Folk (1959).
Kriteria Dunham lebih condong pada fabrik
batuan, misal mud supported atau grain supported bila dibandingkan dengan komposisi
batuan. Variasi kelas-kelas dalam klasifikasi didasarkan pada perbandingan kandungan
lumpur. Dari perbandingan lumpur tersebut dijumpai 5 klasifikasi Dunham (1962).
Nama nama tersebut dapat dikombinasikan dengan jenis butiran dan mineraloginya.
Batugamping dengan kandungan beberapa butir (<10%) di dalam matriks lumpur karbonat
disebut mudstone danbila mudstone tersebut mengandung butiran yang tidak saling
bersinggungan disebut wackestone. Lain halnya apabila antar butirannya saling bersinggungan
disebut packstone / grainstone.
Packstone mempunyai tekstur grain
supported dan punya matriks mud. Dunham punya istilah Boundstone untuk batu gamping
dengan fabrik yang mengindikasikan asal-usul komponen komponennya yang
direkatkan bersama selama proses deposisi.
Klasifikasi Dunham (1962) punya kemudahan
dan kesulitan. Kemudahannya tidak perlu menentukan jenis butiran dengan detail
karena tidak menentukan dasar nama batuan. Kesulitannya adalah di dalam sayatan
petrografi, fabrik yang jadi dasar klasifikasi kadang tidak selalu terlihat jelas
karena di dalam sayatan hanya memberi kenampakan 2 dimensi, oleh karena itu harus
dibayangkan bagaimana bentuk 3 dimensi batuannya agar tidak salah tafsir. Pada klasifikasi
Dunham (1962) istilah-istilah yang muncul adalah grain dan mud.Nama-nama yang
dipakai oleh Dunham berdasarkan atas hubungan antara butir seperti mudstone,
packstone, grainstone, wackestone dan sebagainya. Istilah sparit digunakan dalam
Folk (1959) dan Dunham (1962) memiliki arti yang sama yaitu sebagai semen dan sama-sama
berasal dari presipitasi kimia tetapi arti waktu pembentukannya berbeda.
Sparit pada klasifikasi Folk (1959)
terbentuk bersamaan dengan proses deposisi sebagai pengisipori-pori. Sparit
(semen) menurut Dunham (1962) hadir setelah butiran ternedapkan. Bila kehadiran
sparit memiliki selang waktu, maka butiran akan ikut tersolusi sehingga dapat mengisi
grain. Peristiwa ini disebut post early diagenesis. Dasar yang dipakai oleh
Dunham untuk menentukan tingkat energi adalah fabrik batuan. Bila batuan bertekstur
mud supported di interpretasikan terbentuk pada energi rendah karena Dunham
beranggapan lumpur karbonat hanya terbentuk pada lingkungan berarus tenang.
Sebaliknya grain supported hanya terbentuk pada lingkungan dengan energi gelombang
kuat sehingga hanya komponen butiran yang
dapat mengendap.
Batuan Sedimen
Non Klastik – BATUAN SEDIMEN EVAPORIT
Batuan evaporit atau sedimen evaporit
terbentuk sebagai hasil proses penguapan (evaporation) air laut. Proses
penguapan air laut menjadi uap mengakibatkan tertinggalnya bahan kimia yang
pada akhirnya akan menghablur apabila hampir semua kandungan air manjadi uap.
Proses pembentukan garam dilakukan dengan cara ini. Proses penguapan ini memerlukan
sinar matahari yang cukup lama.
- Batuan garam(Rock salt) yang berupa halite (NaCl).
- Batuan gipsum (Rock gypsum) yang berupa gypsum (CaSO4.2H20)
- Travertine yang terdiri dari Calcium carbonate (CaCO3), merupakan batuan karbonat. Batuan travertine umumnya terbentuk dalam gua batugamping dan juga di kawasan air panas(hot springs).
Sumber :