Selasa, 30 September 2014

Teori singkat tentang Prinsip Stratigrafi



PRINSIP STRATIGRAFI
            Ada beberapa prinsip dasar yang berlaku didalam pembahasan mengenai stratigrafi, yaitu:
 1. Hukum atau prinsip yang dikemukakan oleh Steno (1669), terdiri dari:

  • Prinsip Superposisi (Superposition Of Strata)

         Didalam suatu urutan perlapisan batuan maka lapisan paling bawah relatif lebih tua umurnya daripada lapisan yang berada diatasnya selama belum mengalami deformasi. Konsep ini berlaku untuk perlapisan berurutan.

  • Prinsip Kesinambungan Lateral (Lateral Continuity)

         Lapisan yang diendapkan oleh air terbentuk terus-menerus secara lateral dan hanya membaji pada tepian pengendapan pada masa cekungan itu terbentuk.

  • Prinsip Akumulasi Vertikal (Original Horizontality) 

         Lapisan sedimen pada mulanya diendapkan dalam keadaan mendatar (horizontal), sedangkan akumulasi pengendapannya terjadi secara vertikal (principle of vertical accumulation).
2. Hukum yang dikemukakan oleh James Hutton (1785)
Hukum atau prinsip ini lebih dikenal dengan azasnya yaitu uniformitarisme
          yaitu proses-proses yang terjadi pada masa lampau mengikuti hukum yang berlaku pada proses-proses yang terjadi sekarang, atau dengan kata lain “masa kini merupakan kunci dari masa lampau” (“the present is the key to the past”). Maksudnya adalah bahwa proses-proses geologi alam yang terlihat sekarang ini dipergunakan sebagai dasar pembahasan proses geologi masa lampau.
3. Hukum Intrusi/Penerobosan (Cross Cutting Relationship) oleh AWR Potter dan H. Robinson.
        Suatu intrusi (penerobosan) adalah lebih muda daripada batuan yang diterobosnya
4. Hukum Urutan Fauna (Law of Fauna Succession) oleh De Soulovie (1777)
          Dalam urut-urutan batuan sedimen sekelompok lapisan dapat mengandung kumpulan fosil tertentu dengan sekelompok lapisan di atas maupun di bawahnya.
5. Prinsip William Smith (1816)
          Urutan lapisan sedimen dapat dilacak (secara lateral) dengan mengenali kumpulan fosilnya yang didiagnostik jika kriteria litologinya tidak menentu.
6. Prinsip Kepunahan Organik oleh George Cuvier (1769-1832)
            Dalam suatu urutan stratigrafi, lapisan batuan yang lebih muda mengandung fosil yang mirip dengan makhluk yang hidup sekarang dibandingkan dengan lapisan batuan yang umurnya lebih tua.
Didalam penyelidikan stratigrafi ada dua unsur penting pembentuk stratigrafi yang perlu di ketahui, yaitu:
 1. Unsur batuan
            Suatu hal yang penting didalam unsur batuan adalah pengenalan dan pemerian litologi. Seperti diketahui bahwa volume bumi diisi oleh batuan sedimen 5% dan batuan non-sedimen 95%. Tetapi dalam penyebaran batuan, batuan sedimen mencapai 75% dan batuan non-sedimen 25%. Unsur batuan terpenting pembentuk stratigrafi yaitu sedimen dimana sifat batuan sedimen yang berlapis-lapis memberi arti kronologis dari lapisan yang ada tentang urut-urutan perlapisan ditinjau dari kejadian dan waktu pengendapannya maupun umur setiap lapisan.
 Dengan adanya ciri batuan yang menyusun lapisan batuan sedimen, maka dapat dipermudah pemeriannya, pengaturannya, hubungan lapisan batuan yang satu dengan yang lainnya, yang dibatasi oleh penyebaran ciri satuan stratigrafi yang saling berhimpit, bahkan dapat berpotongan dengan yang lainnya.
 2. Unsur perlapisan
           Unsur perlapisan merupakan sifat utama dari batuan sedimen yang memperlihatkan bidang-bidang sejajar yang diakibatkan oleh proses-proses sedimetasi. Mengingat bahwa perlapisan batuan sedimen dibentuk oleh suatu proses pengendapan pada suatu lingkungan pengendapan tertentu, maka Weimer berpendapat bahwa prinsip penyebaran batuan sedimen tergantung pada proses pertumbuhaan lateral yang didasarkan pada kenyataan, yaitu bahwa:

  • Akumulasi batuan pada umumnya searah dengan aliran media transport, sehingga kemiringan endapan mengakibatkan terjadinya perlapisan selang tindih (overlap) yang dibentuk karena tidak seragamnya massa yang diendapkannya.

  • Endapan di atas suatu sedimen pada umumnya cenderung membentuk sudut terhadap lapisan sedimentasi di bawahnya.

PERKEMBANGAN KLASIFIKASI STRATIGRAFI
International Stratigraphic Guides, 1994 dan International Subcommission for Stratigraphic Classification. (R.P.Koesoemadinata)
1. Perkembangan klasifikasi stratigrafi dalam dunia internasional memperlihatkan kecenderungan untuk  memisahkan kategori klasifikasi deskriptif dan interpretatif. Stratigrafi didasarkan padafakta yang terlihat di lapangan dan tidak secara interpretatif.
2. Penamaan satuan yang bersifat interpretatif sebaiknya dihindari, satuan tersebut dinyatakan sebagai satuan tidak resmi (contoh: Seismik Stratigrafi, Sikuen Stratigrafi).
3. Kategori deskriptif dibatasi pada kriteria litologi dan kandungan fosilnya, sedangkan criteria sifat-sifat fisik, kimia cenderung hanya dibatasi pada sifat yang dapat menentukan waktu atau umur , seperti paleomagnetic polarity. Satuan berdasarkan karakteristik log, penampang seismik tidak dapat dinyatakan sebagai satuan resmi, walaupun diakui keberadaannya
4. Kategori yang bersifat interpretatif : penafsirannya dibatasi pada hal-hal yang menyangkut waktu/ umur. Kategori satuan stratigrafi yang bersifat interpretative seperti lithogenetic units, satuan lingkungan pengendapan, cyclothems tidak dapat diterima sebagai satuan stratigrafi resmi
5. Keberadaan satuan tidak resmi dapat diakui walaupun sangat tidak dianjurkan.
Satuan litostratigrafi merupakan tubuh batuan sedimen, beku, metasedimen atau metammorf yang dibedakan berdasarkan karakteristik litologi. Satuan litostratigrafi ini dapat dikenal berdasarkan karakteristik batuan yang dapat diteliti. Batas antar setiap satuan yang berbeda dapat diidentifikasi secara jelas dengan adanya kontak atau dapat dideskripsikan secara arbitrer karena bersifat gradasional. Pembedaan satuan stratigrafi ini didasarkan oleh stratotipe (tipe satuan yang ditentukan), dapat terdiri dari batuan yang ada, lokasi penemuan singkapan, penggalian, daerah tambang, yang mana semuanya mengacu pada kriteria batuan.
Pada saat dilapangan, satuan stratigrafi yang terdiri dari hanya satu litologi saja jarang ditemukan. Umumnya satuan-satuan tersebut terdiri dari beberapa litologi yang saling berhubungan dan berbatasan. Hal yang penting adalah membedakan dan memahami kontak antar litologi tersebut secara vertikal dan lateral.
Satuan litostratigrafi yang paling mendasar diantaranya :
Ø  Formasi, merupakan suatu stratigrafi yang secara litologi dapat dibedakan dengan jelas dan dengan skala yang cukup luas cakupannya untuk dipetakan dipermukaan atau ditelusuri dibawah permukaan. Formasi dapat terdiri dari satu litologi atau beberapa litologi yang berbeda.
Ø  Anggota, merupan bagian dari formasi (formasi dapat terbagi menjadi beberapa satuan stratigrafi yang lebih kecil yang disebut anggota).
Ø  Perlapisan, merupakan bagian dari anggota (anggota dapat terbagi menjadi beberapa satuan stratigrafi yang lebih kecil yang disebut perlapisan).
Ø  Kelompok/Grup, kombinasi dari beberapa formasi.
Ø  Supergrup, kombinasi dari beberapa kelompok.

Senin, 15 September 2014

Pengabdian itu kami namakan KKN



Pengabdian itu kami namakan KKN 
Amanat Tridarma perguruan tinggi mengingatkan kita akan berbagai bentuk usaha dan kegiatan dalam memberikan kontribusi yang nyata dari masyarakat kampus sendiri sebagai pengayom bagi perkembangan bangsa, negara,  masyarakat dan pemerintahan terhadap bidang ekonomi, ilmu pengetahuan, sosial, politik, kemasyarakatan, pertanian dan dibidang-bidang yang terkait didalamnya, dimana Kontribusi-kontribusi tersebut seyogyanya dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa melihat strata sosial dan strata ekonomi yang mengikat dimasyarakat itu sendiri.
Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian masyarakat merupakan pokok dari tridarma perguruan tinggi yang dijadikan acuan dalam mengemban tugas pengembangan masyarakat untuk kemajuan bangsa, Negara dan masyarakat.
Pendidikan sebagai pilar yang menopang perkembangan masyarakat haruslah mendapatkan porsi yang cukup besar ketika kita akan melaksanakan tugas sebagai pengayom masyarakat yang pada hakekatnya tidak hanya dibutuhkan oleh insan insan terdidik dalam hal ini sivitas akademika universitas/perguruan tinggi namun juga harus diimbangi oleh pemahaman dan pengertian masyarakat  dalam penerapannya dilapangan agar tidak terjadi kesalahan dan kekeliruan.
Penelitian dalam tridarma perguruan tinggi bagi segenap sivitas akademika universitas/perguruan tinggi juga memiliki posisi yang strategis dalam mengemban amanah sebagai pengayom masyarakat, betapa tidak perkembangan teknologi, pendidikan, seni dan budaya dimasyarakat juga harus senantiasa dijadikan acuan dalam menganalisa dan melihat problematika-problematika yang terjadi didalam masyarakat. Sehingga dalam kaitannya dengan pendidikan dan penelitian untuk pengembangan masyarakat dapat sejalan dalam merumuskan berbagai solusi terhadap masalah-masalah yang ada dalam masyarakat.
Pengabdian masyarakat dalam bingkai Kuliah Kerja Nyata (KKN) telah menjadi suatu agenda wajib bagi pelaksanaan Pendidikan diperguruan tinggi, hal ini didasarkan pada peraturan presiden pada tahun 1971 dengan inisiasi tiga perguruan tinggi negeri, diantaranya ; Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Hasanuddin (Unhas) dan Universitas Andalas (Unand).
Universitas Hasanuddin sendiri sebagai pelopor pelaksanaan pengabdian masyarakat dalam  bentuk kuliah kerja nyata (kkn) telah menginjak paruh waktu 43 tahun dalam pelaksanaannya serta telah menginjak pada angkatan yang ke 87. Pada pelaksanaan KKN angkatan ke 87 ini mengambil tema “Inovasi Bagi Masyarakat Untuk Menjadi Universitas Berstandar Internasional” diikuti oleh lebih dari 3000 orang mahasiswa yang terbagi atas KKN regular, KKN tematik, KKN kebangsaan dan KKN Internasional.
Kuliah Kerja Nyata telah menjadi agenda utama yang harus diselesaikan oleh seorang mahasiswa sebelum menginjakkan kaki kedunia kerja dan sebelum memberikan pengabdian sesungguhnya kepada masyarakat luas sesuai dengan bidang dan konsentrasi yang tengah digeluti. Terlebih lagi sebagai sivitas akademika Universitas Hasanuddin, kami dalam hal ini peserta KKN angkatan 87 memiliki tantangan tersendiri untuk membuktikan jiwa merah dan semangat membara Universitas Hasanuddin sebagai almamater tercinta kami.
Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) reguler Universitas Hasanuddin pada angkatan 87 tahun 2014 ini mengambil tiga Kabupaten besar yang ada di provinsi Sulawesi-selatan sebagai daerah observasi dan pengembangan, diantaranya adalah : Kabupaten Bone, Kabupaten Pinrang dan Kabupaten Enrekang. Hal tersebut juga menjadi bagian yang semakin membuat kami tertantang untuk membuktikan pengabdian terbaik bagi setiap daeran pengembangan yang menjadi tugas dan tanggung jawab kami, terlebih lagi ketika paserta yang bersangkutan merupakan putra daerah.
Menganalisa masalah-masalah yang ada dimasyarakat dan memberikan solusi-solusi kreatif merupakan sasaran strategis yang seharusnya ditawarkan dan dikerjakan oleh seluruh peserta Kuliah Kerja Nyata (KKN). Solusi yang ditawarkan berupa program kerja sebisa mungkin memberikan perubahan bagi masyarakat kearah yang lebih baik sebagai bentuk kontribusi dan pengabdian mahasiswa KKN untuk masyarakat, dengan prinsip bagaimanapun keadaannya, sesingkat apapun waktunya dan seberapapun dananya kami tetap akan mengapdi untuk masyarakat.
Pengabdian masyarakat merupakan salah satu pilar penting dalam tridarma perguruan tinggi. Sebagai sebuah institusi, perguruan tinggi memiliki tugas dalam menghasilkan dan mencetak insan akademik yang nantinya akan membangun dari segala segi kehidupan masyarakat dalam berbangsa dan bernegara. Sebelum perguruan tinggi menghasilkan dan mencetak insan akademik yang tangguh dalam mengembangkan masyarakat, dibutuhkan beberapa proses yang nantinya akan membentuk jiwa akademisi-akademisi yang memiliki kepekaan sosial dalam melihat dan memecahkan permasalahan yang ada di tengah-tengah masyarakat. Proses-proses pembentukan tersebut bermula dari karakter dasar yang dimiliki oleh manusia sejak kecil berlanjut ketahap pendidikan dibangku sekolah (SD, SMP dan SMA) dan berakhir ditahapan proses pengembangan dan penguatan karakter di bangku perguruan tinggi.
Proses pembentukan jiwa dengan kepekaan sosial yang baik dan penguatan karakter harus senantiasa sejalan dengan perkembangan kekinian masyarakat secara umum. Hal ini didasarkan pada kesadaran bahwa masyarakat akan cenderung berkembang dari segi pemikiran dan teknologi dari masa ke masa. Sehingga kepakaan yang dimiliki oleh insan akademik juga harus senantiasa diasah dan diperkuat dengan landasan kekinian.
Pengabdian masyarakat dalam bingkai Kuliah Kerja Nyata (KKN) telah menjadi agenda rutin untuk melihat bagaimana tingkat kepedulian dan kepekaan masyarakat (civitas) akademika perguruan tinggi terhadap permasalahn yang dihadapi oleh masyarakat. Kemampuan untuk melihat permasalahan, membaca situasi dan memberikan solusi yang solutif terhadap kendala masyarakat dalam menjalankan roda bermasyarakat merupakan kemampuan dasar yang senantiasa harus ada dalam diri setiap insan akademik perguruan tinggi. KKN sendiri sebagai sarana untuk menguji dan melihat bagaimana masyarakat kampus dalam memberikan pengabdian kepada masyarakat juga akan menjadi ajang eksistensi perguruan tinggi ditengah-tengah masyarakat, kesan masyarakat terhadap pelaksanaan KKN juga harus menjadi catatan tersendiri bagi para penyelenggara dan peserta Kuliah Kerja Nyata. Sebagai contoh kampus merah Universitas Hasanudin Makassar. Ketika berbicara tentang prestasi nasional dan internasional maka kampus merah adalah sebuah kampus terbesar dan terbaik dikawasan Indonesia timur dan bahkan merupakan perguruan tinggi negeri dengan status akreditasi A yang mana hanya ada empat perguruan tinggi negeri se indonesia yang berstatus sama. Setidaknya sebagai perguruan tinggi negeri program KKN Unhas lebih kreatif dan solutif disbanding perguruan tinggi lainnya terhadap pemasalahan yang dihadapi oleh masyarakat setempat.
Beberapa waktu lalu secara pribadi penulis bertemu dan berbincang dengan salah seorang alumni Unhas yang telah bekerja disalah satu media local yang ada di kabupaten Bone. Dalam perbincangan tersebut, selaku peserta KKN dari Unhas saya sedikit terusik dengan perkataan alumni unhas tersebut, beliau sempat mengatakan “ketika mahasiswa KKN unhas hanya melakukan agenda yang sama dengan mahasiswa KKN perguruan tinggi lainnya yang ada disulawesi mau dikemanakan prestasi internasional dan nasional yang telah diraih unhas selama ini”. Lebih lanjut beliau mengatakan “kalau hanya sekedar program pembangunan fisik, mahasiswa dari kampus manapun bisa melakukannya, bahkan kalau hanya sekedar pengecetan batas desa murid sekolah dasarpun mampu melakukannya, katanya unhas ingin menjadi Wordl Class University…?”. Secara pribadi sebagai mahasiswa KKN Unhas saya merasa terusik  dengan perkataan tersebut, tapi memang benar adanya. Beliau juga memberi masukan agar program kerja yang sifatnya pembangunan fisik bisa diminimalisir dan lebih menonjolkan pengembangan masyarakat dari segi mental dan pemahaman.
Pengembangan masyarakat dari segi pendidikan dan pemahaman akan jauh lebih bermakna ketimbang pembangunan sarana fisik. Untuk seluruh mahasiswa terkhusus untuk teman-teman peserta KKN Unhas yang notabene mamiliki sedikit keunggulan dibidang prestasi dibanding perguruan tinggi lainnya. Hal ini disetidaknya bisa memotivasi kita semua dalam melakukan agenda pengembangan masyarakat kearah yang lebih baik, tidak sekedar melaksanakan program-program rutin yang cenderung umum dilakukan oleh mahasiswa KKN namun bisa memberikan efek yang besar bagi perkembangan masyarakat kedepannya.  Kita berKKN tidak hanya sekedar melaksanakan dan menyelesaikan tahapan akademik, namun sarana inilah yang akan mengembangan kemampuan dan kepekaan kita terhadap persoalan-persoalan yang ada dimasyarakat, kita mungkin akan berpikir bahwa sarana ini bisa kita manfaatkan untuk sekedar menunaikan kewajiban atau hanya sekedar agenda rutinitas yang harus diselesaikan sebelum meninggalkan perguruan tinggi, namun lebih jauh dari hal tersebut, berKKN merupakan ajang kita untuk bermasyarakat, menjadi masyarakat dan berbakti untuk masyarakat.
Kita harus senantiasa memegang prinsip bahwa; bagaimanapun keadaannya, sesingkat apapun waktunya dan seberapapun dananya kami tetapakan mengapdi untuk masyarakat.
Muh.Fadli
Teknik Geologi 2010
Pengurus KAMMI Daerah Makassar