KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
FAKULTAS
TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
DASAR-DASAR PERPETAAN
PENGGUNAAN WATER PASS DALAM PEMBUATAN SKETSA SUATU AREA
MUH. FADLI
D 611 10 007
MAKASSAR
2010
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Kita umumnya mengenal peta sebagai gambar rupa muka bumi
pada suatu lembar kertas dengan ukuran yang lebih kecil. Rupa bumi yang
digambarkan pada peta meliputi unsur-unsur alamiah dan unsur-unsur buatan
manusia. Kemajuan dalam bidang teknologi yang berbasiskan komputer telah
memperluas wahana dan wawasasan mengenai peta. Peta tidak hanya dikenali
sebagai gambar pada lembaran kertas tetapi juga penyimpangan, pengolahan,
analisa dan penyajian dalam mode dijital komputer.
Rupa bumi diperoleh dengan melakukan
pengukuran-pengukuran pada dan di antara titik-titik di permukaan bumi yang
meliputi besaran-besaran itu di peroleh: (1) dari pengukuran-pengukuran
langsung di lapangan maka dikatakan pemetaan dengan cara teristris dan (2)
sebagain dari pengukuran tidak langsung seperti cara fotogrametris dan
penginderaan jauh dikatakan sebagai pemetaan cara ekstrateristris. Data hasil
pengukuran diolah, dihitung dan direduksi ke bidang datum sebelum diproyeksikan
ke dalam bantuk bidang datar menjadi peta.
Prinsip kerja pengukuran untuk pembuatan peta yaitu
pertama membuat kerangka dasar peta mencakup seluruh daerah pemetaan dengan
ketelitian pengukuran paling tinggi dibandingkan dengan pengukuran-pengukuran
lainnya, kemudian dilanjutkan dengan pengukuran-pengukuran kerangka dasar
peta untuk mendapatkan bentuk rupa bumi
yang diinginkan. Berdasarkan konsep ini maka titik-titik pengukuran di
kelompokkan menjadi titik-titik kerangka dasar dan titik-titik detil. Titik
kerangka dasar digunakan untuk rujukan pengikatan dan pemeriksaan pengukuran
detil.
I.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum ini yaitu:
1.
Mampu
mengetahui cara penggunaan alat ukur sudut ruang yaitu theodolit.
2.
Mampu
membaca rambu ukur
3.
Mampu
dalam pengambilan data dan pengolahan data
4.
Mampu
memplot dan membuat kontur.
I.3
Ruang Lingkup
Dalam
praktikum ini akan dilakukan pengukuran-pengukuran pada dan diantara
titik-titik dimuka bumi(survefing). Menghimpung dan menghitung hasil ukuran.
Kemudian memindahkannya pada bidang datar(peta). Menafsirkan fakta-fakta yang
ada dipermukaan bumi dan menggambarkannya dengan simbol-simbol, misalnya:
sungai, tambak, irigasi, bangunan, dan lain-lain.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.
PETA
Perpetaan merupakan media untuk menyimpan dan menyajikan informasi
tentang rupa dengan penyajian pada skala tertentu. Bila kawasan di petakan
tidak luas, maka kemungkinan peta daerah itu bisa disajikan dalam satu lembar
saja pada skala tertentu tetapi bila kawasan pemetaan luas atau skala
penyajiannya besar, maka diperlukan beberapa lembar peta untuk menyajikannya.
Pembagian lembar peta bisa dibuat berdasarkan acakupan kawasan administratif,
batas cakupan geigrafis atau efisiensi penyajian jumlah lembar. Untuk
memudahkan pengolahan dan pencarian, dibuat indeks peta dalam bentuk teks atau
grafis. ( Purworhardjo 1986)
Pembagian Peta
1.
Peta
luas adalah peta yang menggambarkan suatu daerah yang luas seperti peta dunia,
peta daerah amerika utara, peta benua, peta samudra, peta kutub dan sebagainya.
2.
Peta
sempit adalah peta yang hanya menampilkan sebagian kecil suatu area. Contoh
peta sempit yaitu peta desa atau pedesaan, peta kota atau perkotaan, peta
gorong-gorong kampung, peta gedung, denah rumah, dan lain sebagainya.
Bentuk Lain Dari Peta
1.
Atlas
adalah gabungan dari beberapa peta yang dikumpulkan dalam sebuah buku yang
memiliki judul atlas serta jenis-jenis atlas yang ada di buku tersebut.
2.
Globe
atau bola dunia adalah suatu bentuk tiruan bola bumi yang dibuat dalam skala
yang kecil untuk dapat lebih memahami bentuk asli planet bumi.
Syarat-syarat yang wajib ada pada peta
1.
Judul
peta
2.
Skala
peta
3.
Lambang
peta: jalan, sungai, ibu kota, pelabuhan, batas wilayah, dan lain-lain.
4.
Garis
pinggir peta
5.
Petunjuk
arah mata angin: utara, selatan, timur, barat, dan lain-lain.
Jenis skala pada peta
1.
Skala
angka/skala pecahan
Contoh seperti 1 : 1000 yang berarti 1 cm di peta sama dengan 1000 cm jarak
asli di dunia nyata.
2.
Skala
Satuan
Misalnya seperti 1 inchi to 5 miles dengan arti 1 inch di peta adalah sama
dengan 5 mil pada jarak sebenarnya.
3.
Skala
garis
Skala garis menampilkan suatu garis dengan beberapa
satuan jarak yang menyatakan suatun jarak pada tiap satuan jarak yang ada.
2. kontur
Sifat garis Kontur
Ø garis kontur selalu tegak lurus arah kemiringan
lerengnya.
Ø Semakin landai suatu lereng, maka garis konturnya akan
semakin jarang . Sedangkan semakin curam suatu lereng, maka garis konturnya
akan semakin rapat.
Ø Garis kontur tidak bercabang.
Ø Garis-garis kontur yang berbeda tidak akan berpotongan.
Ø Garis kontur yang memotong sungai akan melengkung kearah
sungai.
Ø Garis kontur yang memotong jalan akan melengkung kearah
turunnya jalan.
Ø Garis kontur yang memotong bangunan akan dibelokkan dan
mengelilingi/sejajar batas bangunan.
Salah
satu unsur yang penting pada suatu peta topografi adalah informasi tentang tinggi suatu tempat
terhadap rujukan tertentu. Untuk menyajiakan variasi ketinggian suatu tempat
pada peta topografi, umumnya digunakan garis kontur. Garis kontur adalah garis
yang menghubungkan titik-titik dengan ketinggian sama. Nama lain garis kontur
adalah garis tranhes, garis tinggi dan garis lenggkung horisontal.
Garis
kontur +25 m, artinya garis kontur ini menghubungkan titik-titik yang mempunyai
ketinggian sama +25 m terhadap referensi tinggi tertentu. Garis kontur dapat
dibentuk dengan membuat prroyeksi tegak garis-garis perpotongan bidang datar
dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat
dengan skala tertentu, maka bentuk garis kontur ini juga akan mengalami
pengecilan sesuain skala peta.
Kegunaan gasis Kontur
Selain menunjukkan bentuk ketinggian permukaan tanah,
garis kontur juga dapat digunakan untuk:
1. Menentukan potongan memanjang antara dua tempat
2. Menhitung luas daerah genangan dan volume suatu
bendungan.
3. Menentukan route/trace dengan kelandaian tertentu.
4. Menentukan kemungkinan dua titik di lapangan sama tinggi
dan saling terlibat.(Wongsotjitro dan
Soetomo, 1980)
3. Waterpass
Waterpass digunakan untuk mengukur beda tinggi suatu titik
di atas permukaan bumi. Bagian-bagiannya antara lain :
b. lensa teropong
c. cermin
d. nivo
e. alat penggerak halus
Waterpass terdiri atas dua lensa, yaitu lensa obyektif dan
lensa okuler. Di samping itu terdapat lensa pembalik yang membuat jalannya
sinar dari obyek ke pengamat lurus. Fungsi cermin dipakai untuk mengawasi nivo
oleh pengamat sambil mengarahkan teropong ke obyek yang dituju. Untuk
mengontrol posisi pesawat apakah sudah datar atau belum digunakan nivo.
Sedangkan untuk mengatur teropong sehingga pembacaan titik menjadi jelas
digunakan alat penggerak halus.
Gambar . Waterpass
Keterangan gambar waterpass :
1. Sekrup penggerak lensa teropong
2. Lensa okuler
3. Cermin pemantul bidang nivo tabung
4. Nivo tabung
5. Sekrup penyetel
6. Klem pengunci
7. Penyetel arah sudut
8. Lensa obyektif
4.
Rambu
gambar. Rambu
Bentuk rambu mirip dengan
mistar kayu yang besar, dilengkapi dengan skala pembacaan tiap satu sentimeter
dan skala besarnya merupakan huruf E. Panjang rambu adalah tiga meter. Bahan
rambu ada yang dari kayu maupun alumunium. Rambu berguna untuk membantu water pass dalam menentukan jarak secara
optis. Hal yang perlu diperhatikan adalah dalam memegang rambu harus tegak
lurus terhadap titik yang ditinjau.
5.
Payung
Gambar 3.6. Payung
Payung digunakan untuk melindungi
water pass dan anggota yang bertugas
memegang rambu ukur dari sinar matahari dan hujan. Sebaiknya payung tersebut
bukan terbuat dari bahan logam.
6.
Pendulum
Gambar 3.7. Pendulum
Alat ini digunakan untuk membantu
dalam meletakkan alat dalam kondisi tegak lurus terhadap titik yang ditinjau.
Karena salah satu syarat utama dalam pengukuran sudut adalah sumbu vertikal
harus tegak lurus sumbu horisontal. Untuk peralatan modern pendulum diganti
dengan cara optis dengan bantuan teropong.
7.
Roll Meter
Gambar 3.8. Roll Meter
Alat ini
digunakan untuk mengukur jarak antar titik dan juga untuk mengukur tinggi alat.
Roll Meter yang dipergunakan ini mempunyai panjang 50 m.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
III.1 Lokasi dan Waktu Pengukuran
Lokasi pengukuran
dilakukan di parkiran Fakultas Kedokteran Unhas. Praktikum ini dilaksanakan
pada hari Minggu, 4 Desember 2010 pukul 09.00 – 14.00.
III.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan
dalam praktikum nini antara lain :
1. Water pass berfungsi sebagai alat utama yang digunakan
untuk mengukur sudut horizontal dan vertikal serta jarak antara satu titik
lainnya.
2. Statif (kaki tiga) berfungsi sebagai tempat meletakkan
water pass dimana pada ketiga kakinya dilengkapi dengan sekrup penyetel untuk
mengukur tinggi rendahnya alat.
3. Bak ukur berfungsi sebagai tempat pembacaan jarak atau
ketinggian suatu titik melalui pembacaan benang pada waterpass.
4. Roll meter berfungsi sebagai alat pengukur jarak antara
dua titik yang akan diukur.
5. Payung berfungsi untuk melindungi water pass dan anggota
yang bertugas memengang rambu ukur dari sinar matahari dan hujan.
6. Kompas berfungsi sebagai alat untuk mengetahui
arah/azimuth utara pada awal pengukuran setiap stasium.
7. GPS berfungsi untuk menentukan koordinat suatu titik.
III. 2.2 Bahan dan fungsinya
Adapun
bahan yang digunakan adalah:
1. Patok digunakan sebagai stasiun pengukuran beda tinggi
dan juga sebagai tanda dimana bak ukur atau alat ditempat pada saat pengukuran
2. Tabel lapangan digunakan untuk mencatat/menulis data
diambil selama pengukuran berlangsung.
3.
Polpen
digunakan untuk mencatat/menulis data pada tabel lapangan.
III.3. Prosedur Pengukuran
III.3. Pelaksanaan
1. Menentukan lokasi tempat pengukuran berlangsung.
2. Mempersiapkan semua alat yang akan digunakan selama
praktikum berlangsung.
3. Menetapkan titik /stasiun-stasiun pengamatan dan
selajutnya merencanakan jalur polygon.
4. Memasang peralatan sesuai dengan kondisi dan kedudukan
sehubungan dengan fungsi masing-masing peralatan. Seperti patok diletakkan
sebagai penanda stasiun.
5. Menulai dengan pengukuran awal dan melanjutkannya hingga
akhir. Disini digunakan 6 stasiun dimana setiap stasium terdiri dari beberapa detail.
6. Memperhatikan kondisi yang memungkinkan dalam hal ini
ditemui kendala keterbatasan area polygon
7.
Mengusahakan
dalam pengambilan data perlum diperhatikan ketelitian dan kecermatan dalam
pengukuran.
III.3.1 Tata Cara Pengunaan Alat
Tata cara pengunaan serta
peralatan pendukun survei , dilakukan dengan tahap-tahap berikut:
1. Memasang statif pada patok tertentu dan mengusahakan agar
berada pada posisi mendatar agar mudah mengstabilkan nivo waterpass.
2. Memasang theodolit di atas piringan statif dan
menstabilkan nipo pesawat.
3. Mengatur sedemikian rupa nivo dengan memutar sekrup
penyetelan(menghindari pemutaran full, kencang/longgar).
4. Mengarahkan pesawat pada arah utara dengan mengunakan
kompas.
5. Menolekkan sudut derajat horizontal pada water pass.
6. Memasang bak ukur pada patok belakang dan mengarahkan
pesawat untuk pengamatan.
7. Mengatur/memutar pengatur cahaya sampai rambu ukur
terlihat jelas dengan pembacaan benang atas(BA), benang tengah(BT), benang
bawah(BB), dan sudut horizontal dan vertikal yang kemudian mencatatnya pada
tabel pengamatan yang telah disediakan.
8. Mengukur jarak penembakan dari stasiun ke titik yang
dijadikan patokan (stasiun lain atau detail). Masin-masing stasiun terdiri dari
beberapa detail.
IV
.2 PEMBAHASAN
Praktikum dilakukan di
kampus Unhas tetapnya sekitar area fakultas Pertanian. Praktikum kali ini kita
menggunakan alat yaitu theodolit digital. Sebelum menggunakan theodolit kita
harus mengkalibrasi yaitu mengutarakannya dan mengukur ketinggian alat.
Setelah alat terpasang
dengan baik kita menentukan pos-pos penembakan yang terdiri dari beberapa
detail. Kita juga harus melakukan penembakan balik data yang diperoleh dari
penembakan kita masukkan kedalam tabel, dan menghitung sudut vertikal dan
horisontal dan ketinggian.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
V.1
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari hasil praktikum perpetaan ini
adalah sebagai berikut:
·
semakin
rapat titik yang diamati, maka semakin teliti informasi yang tersajikan dalam
peta.
·
Garis
kontur menghubungkan titik-titik dengan ketinggian yang sama.
·
Pada
daerah yang landai garis kontur jarang dan semakin rapat pada daerah yang
semakin terjal.
·
Berdasarkan
pola kontur bisa diinterpretasikan kondisi fisik rupabumi.
·
Dari
garis kontur pada peta dapat diketahui bentuk ketinggian permukaan tanah.
·
Semakin
besar skala peta, jadi semakin banyak informasi yang tersajikan, interval
kontur semakin kecil.
Sebaiknya
pada praktikum perpetaan ini sebelum mengadakan pengukuran kelapangan terlebih
dahulu dilakukan pengenalan alat agar pada saat melakukan pengukuran dilapangan
praktikan tidak kesulitan lagi dalam mengambil data selain itu persiapan fisik
pada setiap surfever juga harus senantiasa di perhatikan.