Menjalankan
Kursi-Kursi Itu Sesuai Dengan Fungsinya
Kursi
merupakan sebuah benda yang dibuat oleh tangan-tangan manusia yang memiliki
fungsi sebagai tempat duduk dan bersandar ketika merasa lelah dan letih ketika
berjalan ataupun berlari, lebih dari itu kursi memiliki banyak makna dalam
kehidupan keseharian manusia, makna-makna tersebut yang terkandung dari kata
kursi diantaranya adalah kekuasaan, kekuatan dan kedudukan. Berbicara tentang
kursi maka kita akan terbayang beberapa bentuk dan model kursi yang bias kita
temui dalam keseharian kita, entah yang terbayang adalah kursi kayu, rotan,
dari besi, dari plastic dan bahkan tak sedikit pula diantara kita yang mungkin
membayangkan sofa, terlepas dari semua itu kita yakini fungsi dari kursi itu
adalah sarana untuk mengistirahatkan dan merilekskan badan dari kepenatan,
meski mungkin diantara kita ada banyak fungsi-fungsi yang lain dari pada itu.
Berbicara
tentang kursi maka akan banyak kiasan dan makna terpendam yang akan kita temui
sesuai dengan persepsi dan pemahaman kita masing-masing. Dikalangan masyarakat
pada umumnya memandang kursi hanya sebatas tempat untuk duduk dan beristirahat,
dikalangan ahli ekonomi dan bisnis kursi
dipandang sebagai sarana memonopoli pasar dan mengawasi segala aktifitas
didalamnya, dikalangan politisi kursi diibaratkan sebuah singgasana yang nyaman
dan memiliki keistimewaan tersendiri ketika mendudukinya yang mereka pandang
sebagai sarana untuk melakukan pengaruh-pengaruh dalam mengatur jalanya roda
pemerintahan secara baik dan bijak terlepas apakah itu menghasilkan sesuatu
yang positif atau negatif dikalangan masyarakat umum, dikalangan negarawan
memandang bahwa kursi diibaratkan sebagai sarana dalam memahami dan menerapkan
metode kepemimpinan dengan senantiasa mengutamakan prinsip kebaikan bersama dan
mementingkan kepentingan umum, berbeda lagi dengan akademisi yang memandang
kursi sebagai sarana dalam memberikan pengaruh dalam pencerdasan dan
transformasi keilmuan dan dalam pandangan mahasiswa sendiri memandang kursi
sebagai sebuah media untuk aktualisasi diri dalam kepemimpinan sebelum
menjalankan peran sebagai seorang ahli ekonomi, politisi, akademisi atau bahkan
hanya sebagai masyarakat biasa.
Kursi
Sang Ekonom
Idealnya
disebuah Negara berkembang yang menginginkan kemajuan ekonomi ( menjadi Negara
maju) maka dibutuhkan lebih dari 2,5 % pelaku Bisnis dikalangan masyarakatnya
baik bisnis kacil, menengah sampai bisnis besar sehingga kebutuhan-kebutuhan
dalam negeri dapat tercukupi dan bahkan dapan melakukan ekspor kenegara-negara
lainnya. Namun ketika melihat keadaan Negara Indonesia saat ini dengan kondisi ekonomi yang cenderung
stagnan, maka kita harus mempertanyakan keberadaan para pemilik kebijakan
Ekonomi yang ada dibangsa ini, Para ekonom
dan pebisnis ketika mereka mengaku mencintai bangsa ini maka seharusnya
mereka memberikan trobosan yang betul-betul jitu dalam menghadapi problematika
kebangsaan utamanya yang berkaitan dengan perekonomian bangsa ini, karena kemudian
masyarakat kita telah bosan mendengar kicauan-kicauan kosong para ekonom yang
hanya menjadi penghias surat kabar dan sekedar hanya menjadi nyayian yang
meninabobo-kan dimedia elektronik. Wahai para ekonom yang terhormat, kami
sangat rindu akan realisasi kicauan-kicauan anda untuk kemajuan Indonesia
kedepannya.
Kursi
Sang Politisi
Politisi
sebagaimana idealnya didalam suatu Negara, merupakan pihak yang memiliki peran
serta yang tidak sedikit, entah kita sadari atau tidak politisi merupakan
komponen bangsa ini yang menjadi penentu segala segi kehidupan dibangsa ini,
mulai dari pemerintahan, pendidikan, ekonomi, social, budaya dan bahkan agama
menjadi topic yang tidak terpisahkan dalam ruang lingkup pembagian kerja dari
politisi. Dari politisilah lahir undang-undang, kebijakan-kebijakan dan juga
langka-langka oprasional yang dijalankan suatu pemerintahan. Ketika berbicara
tentang politik maka didalam pikiran orang-orang awam yang telah terjangkit
virus mematikan yang namanya KETIDAK PERCAYAAN, maka sungguh kita akan melihat
suatu realita yang sangat memiriskan bangsa ini, ketika ada orang atau
sekelompok orang yang masuk dalam kanca perpolitikan bangsa ini maka sungguh
mereka akan dihadapkan pada cacian, makian, tuduhan dan anggapan-anggapan
negatif yang sangat menyesatkan meski mereka tidak melakukan kesalahan yang
berarti, hal ini lagi-lagi disebabkan oleh suatu virus mematikan yang namanya
KETIDAK PERCAYAAN, ketidak percayaan ini menjadikan para politisi kita baik
ditatanan Pemerintah, Eksekutif dan yudikatif cenderung serba salah dalam
mengambil kebijakan dan keputusan karena anggapan masyarakat yang kadangkala
tidak lagi mementingkan analisa pikiran dan logika sehingga cenderung untuk
mengutamakan analisa perasaan, padahal suatu yang sangat berarti ketika
politisi yang memiliki kategori ideal menempati jabatan strategis dalam suatu
pemerintahan, maka sungguh pemerintahan akan mampu berjalan dengan baik dan
bijak serta mampu memberikan rasa aman dihati masyarakatnya. Namun dibalik
semua itu maka kitapun akan melihat begitu banyak cacat dan keburukan yang
dapat ditimbulkan oleh oknum-oknum politisi yang tidak bertanggungjawab
terhadap amanah dan tugasnya dalam merealisasikan kepentingan rakyat.
Kursi
Sang Akedemisi
Dalam
kondisi bangsa yang ideal maka kebaradaan para akademisi merupakan syarat yang
harus terpenuhi, betapa tidak : akademisi itu bertindak sebagai control social
kemasyaratan serta sebagai tenaga ahli yang mestinya memiliki tingkat kepekaan
yang tinggi terhadap permasalahan dan dinamika yang sedang dihadapi oleh bangsa
ini, melalui tangan para akademisi inilah lahir gagasan-gagasan dan solusi
akademis terhadap permasalahan-permasalahan yang ada, mulai dari masalah
budaya, ekonomi, social, politik, pangan, transportasi dan masalah-masalah yang
lainnya, semua itu menjadi tanggung jawab para akademisi untuk memberikan
solusi dan serta menjadi kewajiban bagi para politisi dalam mengeksekusi segala
problematika kebangsaan berdasarkan arahan dan analisis para akademisi. Namun
melihat kondisi bangsa yang memiliki kecenderungan yang sangat jauh dari kata ideal
maka kita akan melihat maraknya akademisi yang cenderung terkungkung oleh
pengaruh dan kekuasaan para politisi, yang ketika akademisi memiliki metode dan
solusi terhadap permasalahan kebangsaan maka akan terhalang dan terbatasi oleh
kebijakan para politisi yang ketika metode dan solusi itu diterapkan akan
mempertimbangkan asas manfaat yang diperoleh. Sehingga dalam hal ini kebebasan
dan eksistensi dari akademisi haruslah diperkuat agar betul-betul kebijakan
yang akan dibuat sebelumnya telah terencana dengan baik.
Entah
itu ekonom, politisi ataupun akademisi untuk mencapai tingkatan bernegara yang
ideal haruslah memiliki visi yang sama dengan senantisa mempertimbangkan asas
manfaat bagi semua golongan masyarakat. Hal ini dikarenakan ketika sinergitas
antara ekonom, politisi dan akademisi telah berjalan dengan baik dan bijak maka
berjalannya roda perekonomian, pendidikan serta pemerintahan akan semakin
teratur, sehingga iklim bernegarapun akan semakin harmonis.
Sambut Indonesia yang
lebih baik profesi apapun yang anda geluti, dengan kerja nyata kita sebagai
bentuk kecintaan terhadap Negara.
Muh. Fadli
Staf Binsat KAMMDA Makassar
Staf Binsat KAMMDA Makassar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar