Rabu, 04 April 2012

laporan sedimentologi


PRAKTIKUM SEDIMENTOLOGI
Acara         : Analisis Ukuran Butir                              Nama    : Muh Fadli
Hari/tgl      : Kamis, 21-03-2012                                   STB       : D611 10 007

I.    Latar Belakang
               Sedimentologi adalah ilmu yang mempelajari sedimen atau endapan (Wadell, 1932). Sedangkan sedimen atau endapan pada umumnya diartikan sebagai hasil dari proses pelapukan terhadap suatu tubuh batuan, yang kemudian mengalami erosi, tertansportasi oleh air, angin, dll, dan pada akhirnya terendapkan atau tersedimentasikan.
Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Sedangkan batuan sedimen adalah suatu batuan yang terbentuk dari hasil proses sedimentasi, baik secara mekanik maupun secara kimia dan organik.
a. Secara mekanik
Terbentuk dari akumulasi mineral-mineral dan fragmen-fragmen batuan. Faktor-faktor yang penting antara lain :
· Sumber material batuan sedimen :
Sifat dan komposisi batuan sedimen sangat dipengaruhi oleh material-material asalnya. Komposisi mineral-mineral batuan sedimen dapat menentukan waktu dan jarak transportasi, tergantung dari prosentasi mineral-mineral stabil dan nonstabil.
· Lingkungan pengendapan :
Secara umum lingkungan pengendapan dibedakan dalam tiga bagian yaitu: Lingkungan Pengendapan Darat, Transisi dan Laut. Ketiga lingkungan pengendapan ini, dimana batuan yang dibedakannya masing-masing mempunyai sifat dan ciri-ciri tertentu.
· Pengangkutan (transportasi) :
Media transportasi dapat berupa air, angin maupun es, namun yang memiliki peranan yang paling besar dalam sedimentasi adalah media air. Selama transportasi berlangsung, terjadi perubahan terutama sifat fisik material-material sedimen seperti ukuran bentuk dan roundness. Dengan adanya pemilahan dan pengikisan terhadap butir-butir sedimen akan memberi berbagai macam bentuk dan sifat terhadap batuam sedimen.
· Pengendapan :
Pengendapan terjadi bilamana arus/gaya mulai menurun hingga berada di bawah titik daya angkutnya. Ini biasa terjadi pada cekungan-cekungan, laut, muara sungai, dll.
· Kompaksi :
Kompaksi terjadi karena adanya gaya berat/grafitasi dari material-material sedimen sendiri, sehingga volume menjadi berkurang dan cairan yang mengisi pori-pori akan bermigrasi ke atas.
· Lithifikasi dan Sementasi :
Bila kompaksi meningkat terus menerus akan terjadi pengerasan terhadap material-material sedimen. Sehingga meningkat ke proses pembatuan (lithifikasi), yang disertai dengan sementasi dimana material-material semen terikat oleh unsur-unsur/mineral yang mengisi pori-pori antara butir sedimen.
· Replacement dan Rekristalisasi :
Proses replacement adalah proses penggantian mineral oleh pelarutan-pelarutan kimia hingga terjadi mineral baru. Rekristalisasi adalah perubahan atau pengkristalan kembali mineral-mineral dalam batuan sedimen, akibat pengaruh temperatur dan tekanan yang relatif rendah.
· Diagenesis :
Diagenesis adalah perubahan yang terjadi setelah pengendapan berlangsung, baik tekstur maupun komposisi mineral sedimen yang disebabkan oleh kimia dan fisika.
b. Secara Kimia dan Organik
Terbentuk oleh proses-proses kimia dan kegiatan organisme atau akumulasi dari sisa skeleton organisme. Sedimen kimia dan organik dapat terjadi pada kondisi darat, transisi, dan lautan, seperti halnya dengan sedimen mekanik.
Masing-masing lingkungan sedimen dicirikan oleh paket tertentu fisik, kimia, dan biologis parameter yang beroperasi untuk menghasilkan tubuh tertentu sedimemen dicirikan oleh tekstur, struktur, dan komposisi properti. Kita mengacu kepada badan-badan khusus seperti endapan dari batuan sedimen sebagai bentuk. Istilah bentuk mengacu pada unit stratigrafik dibedakan oleh lithologic, struktural, dan karakteristik organik terdeteksi di lapangan. Sebuah bentuk sedimen dengan demikian unit batu itu, karena deposisi dalam lingkungan tertentu, memiliki pengaturan karakteristik properti. Lithofacies dibedakan oleh ciri-ciri fisik seperti warna, lithology, tekstur, dan struktur sedimen. Biogfacies didefinisikan pada karakteristik palentologi dasar. Inti penekanannya adalah bahwa lingkungan depositional menghasilkan bentuk sedimen. Karakteristik properti dari bentuk sedimen yang pada gilirannya merupakan refleksi dari kondisi lingkungan deposional.
Stratigrafi adalah studi batuan untuk menentukan urutan dan waktu kejadian dalam sejarah bumi. Dua subjek yang dapat dibahas untuk membentuk rangkaian kesatuan skala pengamatan dan interpretasi. Studi proses dan produk sedimen memperkenankan kita menginterpretasi dinamika lingkungan pengendapan. Rekaman-rekaman proses ini di dalam batuan sedimen memperkenankan kita menginterpretasikan batuan ke dalam lingkungan tertentu. Untuk menentukan perubahan lateral dan temporer di dalam lingkungan masa lampau ini, diperlukan kerangka kerja kronologi.
Ilmu bumi secara tradisional telah dibagi kedalam sub-disiplin ilmu yang terfokus pada aspek-aspek geologi seperti paleontologi, geofisika, mineralogi, petrologi, geokimia, dan sebagainya. Di dalam tiap sub-disiplin ilmu ini, ilmu pengetahuan telah dikembangkan sebagai teknik analitik baru yang telah diaplikasikan dan dikembangkannya teori-teori inovatif. Diwaktu yang sama karena kemajuan-kemajuan di lapangan, maka diperkenalkannya integrasi kombinasi ide-ide dan keahlian dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda-beda. Geologi adalah ilmu multidisiplin yang sangat baik dipahami jika aspek-aspek berbeda terlihat berhubungan antara satu dengan lainnya. Sedimentologi perhatiannya tertuju pada pembentukan batuan sedimen. Kemudian batuan sedimen dibahas hubungan waktu dan ruangnya dalam rangkaian stratigrafi di dalam cekungan-cekungan sedimen. Tektonik lempeng, petrologi dan paleontologi adalah topik tambahan.
Metode-metode yang digunakan oleh sedimentologists untuk mengumpulkan data dan bukti pada sifat dan kondisi depositional batuan sedimen meliputi;
·         Mengukur dan menggambarkan singkapan dan distribusi unit batu;
·         Menggambarkan formasi batuan, proses formal mendokumentasikan ketebalan, lithology, singkapan, distribusi, hubungan kontak formasi lain
·         Pemetaan distribusi unit batu, atau unit
II.   Maksud dan Tujuan
a.         Maksud
                Adapun maksud diadakannya praktikum ini adalah sebagai media untuk lebih memahami secara mendetail proses sedimentasi pada batuan serta pengaruh-pengaruh apa saja yang terlibat dalam rangkaian proses transfortasi.
b.        Tujuan
Setelah mengikuti praktikum ini, diharapkan praktikan akan mampu untuk :
1.         Menghitung dan mengukur dimensi terpanjang, dimensi pertengahan dan dimensi terpendek dari suatu material sedimen.
2.         Mengklasifikasikan nilai sphericity berdasarkan metode yang Zinggs, metode Sneed dan Folk serta metode Wadell.
3.         Menentukan proses transfortasi sedimen setelah diketahui nilai dari sphericity berdasarkan tiga metode yang ada.
III.        Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
Ø   Alat tulis menulis.
Ø   Mistar.
Ø   Pensil warna.
Ø   Lap kasar dan lap halus.
Ø   Kalkilator sains.
Ø   Literature (Sam Boggs).
Ø   Spidol permanen.
Ø   Kantong sampel.
Ø   Alat pengayak.
Ø   Cawan.
Ø   Kompor elektronik.
Ø   Surat kabar
Ø   Grafik semilog.
Ø   Beberapa kertas dan surat kabar bekas.
IV.       Teori Ringkas.
              Sedimen yang di jumpai di dasar lautan dapat berasal dari beberapa sumber yang menurut Reinick (Dalam Kennet, 1992) dibedakan menjadi empat yaitu :
1. Lithougenus sedimen yaitu sedimen yang berasal dari erosi pantai dan material hasil erosi daerah up land. Material ini dapat sampai ke dasar laut melalui proses mekanik, yaitu tertransport oleh arus sungai dan atau arus laut dan akan terendapkan jika energi tertransforkan telah melemah.
2. Biogeneuos sedimen yaitu sedimen yang bersumber dari sisa-sisa organisme yang hidup seperti cangkang dan rangka biota laut serta bahan-bahan organik yang mengalami dekomposisi.
3. Hidreogenous sedimen yaitu sedimen yang terbentuk karena adanya reaksi kimia di dalam air laut dan membentuk partikel yang tidak larut dalam air laut sehingga akan tenggelam ke dasar laut, sebagai contoh dan sedimen jenis ini adalah magnetit, phosphorit dan glaukonit.
4. Cosmogerous sedimen yaitu sedimen yang berasal dari berbagai sumber dan masuk ke laut melalui jalur media udara/angin. Sedimen jenis ini dapat bersumber dari luar angkasa, aktifitas gunung api atau berbagai partikel darat yang terbawa angin. Material yang berasal dari luar angkasa merupakan sisa-sisa meteorik yang meledak di atmosfir dan jatuh di laut. Sedimen yang berasal dari letusan gunung berapi dapat berukuran halus berupa debu volkanik, atau berupa fragmen-fragmen aglomerat. Sedangkan sedimen yang berasal dari partikel di darat dan terbawa angin banyak terjadi pada daerah kering dimana proses eolian dominan namun demikian dapat juga terjadi pada daerah subtropis saat musim kering dan angin bertiup kuat. Dalam hal ini umumnya sedimen tidak dalam jumlah yang dominan dibandingkan sumber-sumber yang lain. (Sugeng Widada)
Dalam suatu proses sedimentasi, zat-zat yang masuk ke laut berakhir menjadi sedimen. Dalam hal ini zat yang ada terlibat proses biologi dan kimia yang terjadi sepanjang kedalaman laut. Sebelum mencapai dasar laut dan menjadi sedimen, zat tersebut melayang-layang di dalam laut. Setelah mencapai dasar lautpun, sedimen tidak diam tetapi sedimen akan terganggu ketika hewan laut dalam mencari makan. Sebagian sedimen mengalami erosi dan tersuspensi kembali oleh arus bawah sebelum kemudian jatuh kembali dan tertimbun. Terjadi reaksi kimia antara butir-butir mineral dan air laut sepanjang perjalannya ke dasar laut dan reaksi tetap berlangsung penimbunan, yaitu ketika air laut terperangkap di antara butiran mineral. (Agus Supangat dan Umi muawanah)
Era oseanografi secara sistematis telah dimulai ketika HMS Challenger kembali ke Inggris pada tanggal 24 Mei 1876 membawa sampel, laporan, dan hasil pengukuran selama ekspedisi laut yang memakan waktu tiga tahun sembilan bulan. Anggota ilmuan yang selalu menyakinkan dunia tentang kemajuan ilmiah Challenger adalah John Murray, warga Kanada kelahiran Skotlandia. Sampel-sampel yang dikumpulkan oleh Murray merupakan penyelidikan awal tentang sedimen laut dalam.
Distribusi Sedimen Laut :
Sedimen yang masuk ke dalam laut dapat terdistribusi pada :
1. Daerah perairan dangkal, seperti endapan yang terjadi pada paparan benua (Continental Shelf) dan lereng benua (Continental Slope).
Dijelaskan oleh Hutabarat (1985) dan Bhatt (1978) bahwa ‘Continental Shelf’ adalah suatu daerah yang mempunyai lereng landai kurang lebih 0,4% dan berbatasan langsung dengan daerah daratan, lebar dari pantai 50 – 70 km, kedalaman maksimum dari lautan yang ada di atasnya di antara 100 – 200 meter.
‘Continental Slope’ adalah daerah yang mempunyai lereng lebih terjal dari continental shelf, kemiringannya anatara 3 – 6 %.
2. Daerah perairan dalam, seperti endapan yang terjadi pada laut dalam.
Endapan Sedimen pada Perairan Dangkal :
Pada umumnya ‘Glacial Continental Shelf’ dicirikan dengan susunan utamanya campuran antara pasir, kerikil, dan batu kerikil. Sedangkan ‘Non Glacial Continental Shelf’’ endapannya biasanya mengandung lumpur yang berasal dari sungai. Di tempat lain (continental shelf) dimana pada dasar laut gelombang dan arus cukup kuat, sehingga material batuan kasar dan kerikil biasanya akan diendapkan.
Sebagian besar pada ‘Continental slope’ kemiringannya lebih terjal sehingga sedimen tidak akan terendapkan dengan ketebalan yang cukup tebal. Daerah yang miring pada permukaannya dicirikan berupa batuan dasar (bedrock) dan dilapisi dengan lapisan lanau halus dan lumpur. Kadang permukaan batuan dasarnya tertutupi juga oleh kerikil dan pasir.
Endapan Sedimen pada Perairan Laut Dalam
Sedimen laut dalam dapat dibagi menjadi 2 yaitu Sedimen Terigen Pelagis dan Sedimen Biogenik Pelagis.
1. Sedimen Biogenik Pelagis
Dengan menggunakan mikroskop terlihat bahwa sedimen biogenik terdiri atas berbagai struktur halus dan kompleks. Kebanyakan sedimen itu berupa sisa-sisa fitoplankton dan zooplankton laut. Karena umur organisme plankton hannya satu atau dua minggu, terjadi suatu bentuk ‘hujan’ sisa-sisa organisme plankton yang perlahan, tetapi kontinue di dalam kolam air untuk membentuk lapisan sedimen. Pembentukan sedimen ini tergantung pada beberapa faktor lokal seperti kimia air dan kedalaman serta jumlah produksi primer di permukaan air laut. Jadi, keberadan mikrofil dalam sedimen laut dapat digunakan untuk menentukan kedalaman air dan produktifitas permukaan laut pada zaman dulu.
2. Sedimen Terigen Pelagis
Hampir semua sedimen Terigen di lingkungan pelagis terdiri atas materi-materi yang berukuran sangat kecil. Ada dua cara materi tersebut sampai ke lingkungan pelagis. Pertama dengan bantuan arus turbiditas dan aliran grafitasi. Kedua melalui gerakan es yaitu materi glasial yang dibawa oleh bongkahan es ke laut lepas dan mencair. Bongkahan es besar yang mengapung, bongkahan es kecil dan pasir dapat ditemukan pada sedimen pelagis yang berjarak beberapa ratus kilometer dari daerah gletser atau tempat asalnya.
Angin merupakan alat transportasi penting untuk memindahkan materi langsung ke laut. Lempung pelagis yang ada di laut dibawa terutama oleh tiupan angin (aeolian). Ukuran lempung ini
Komponen utama debu yang terbawa angin adalah kuarsa dan mineral lempung. Pada skala global, jumlah masuknya materi Vulkanologi ke sedimen laut dalam adalah kecil. Letusan besar dapat mengeluarkan abu dan debu dalam jumlah yang banyak dengan ketinggian 15-50 km, dan partikel terkecil berukuran 1-<1µm>
Selain pengertian sedimen di atas ada pengertian lain tentang sedimen yaitu batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk oleh proses sedimentasi. Sedangkan sedimentasi adalah proses pengendapan sediemen oleh media air, angin, atau es pada suatu cekungan pengendapan pada kondisi P dan T tertentu.
Dalam batuan sedimen dikenal dengan istillah tekstur dan struktur. Tekstur adalah suatu kenampakn yang berhubungan erat dengan ukuran, bentuk butir, dan susunan kompone mineral-mineral penyusunnya. Studi tekstur paling bagus dilakukan pada contoh batuan yang kecil atau asahan tipis.
Struktur merupakan suatu kenampakan yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan keadaan energi pembentuknya. Pembentukannya dapat pada waktu atau sesaat setelah pengendapan. Struktur berhubungan dengan kenampakan batuan yang lebih besar, paling bagus diamati di lapangan misal pada perlapisan batuan. (Sugeng Widada : 2002)
V.        Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
Ø  Memilih sampel material yang akan diukur dari satu sisi test pet.
Ø  Mempersiapkan alat dan bahan.
Ø  Mengerinkan material pasir.
Ø  Memisahkan material pasir dengan sekat silang intuk mendapatkan hasil yang refresentatif.
Ø  Mengambil material pasir yang telah dipisahkan dengan ukuran berat 100 gram.
Ø  Setelah diukur material batuan kemudian dimasukkan kedalam alat pengayak dengan waktu ayakan sekitar 10 menit..
Ø  Setelah dilakukan pengayakan , material kemudian dipisahkan berdasarkan ukuran dari setiap mesh.
Ø  Mengukur berat dari setiap material berdasarkan ukuran mesh.
Ø  Selanjutnya untuk setiap lapisan dilakukan urutan perlakuan yang sama.
Kemudian data yang telah diperoleh tersebut kemudian diolah kedalam grafik yang ada pada Sam Boggs khusus untuk grafik semilog  untuk mendapatkan jenis dari material tersebut.
Contoh data hasil analisis laboratorium.
Untuk lapisan 1.
No. Sampel
Mesh (mm)
Berat (gr)
Berat komolatif (100%)
1
>20
5,5
5
2
10
5,5
2
3
8
6,5
2
4
4
5
2,3
5
2
5,5
2,3
6
1
4,5
3
7
0,5
4,5
15


VI.          Pengolahan Data
Dari data yang kami peroleh saat melakukan pengamata untuk setiap material batuan berdasarkan ukuran mesh, berat material dan berat komulatif material dapat dijelaskan pada tabel-tabel berikut yang kemudian disajikan dalam bentuk grafik semilog.
Untuk lapiran ke-1.

No. Sampel
Mesh (mm)
Berat (gr)
Berat komulatif (100%)
1
2
0,021
0,020
2
1
0,55
0,542
3
0,5
0,228
0,224
4
0,25
2,651
2,612
5
0,125
48,369
47,664
6
0,063
48,88
48,17
7
PAN
0,78
0,769

Untuk lapisan ke-2.
No. Sampel
Mesh (mm)
Berat (gr)
Berat komulatif (100%)
1
2
0,052
0,052
2
1
0,986
0,98
3
0,5
4,198
4,18
4
0,25
9,412
9,38
5
0,125
34.251
34,1
6
0,063
51,192
51,03
7
PAN
0,225
0,224

Untuk lapiran ke-3.

No. Sampel
Mesh (mm)
Berat (gr)
Berat komulatif (100%)
1
2
-
-
2
1
0,286
0,286
3
0,5
0,045
0,045
4
0,25
11,369
11,4
5
0,125
51,803
51,96
6
0,063
36,178
36,96
7
PAN
0,128
0,128

Untuk lapisan ke-4.


No. Sampel
Mesh (mm)
Berat (gr)
Berat komulatif (100%)
1
2
-
-
2
1
0,576
0,57
3
0,5
3,615
3,59
4
0,25
19,767
19,67
5
0,125
48,606
48,36
6
0,063
27,778
27,64
7
PAN
10,195
0,19

Untuk lapiran ke-5.

No. Sampel
Mesh (mm)
Berat (gr)
Berat komulatif (100%)
1
2
0,014
0,013
2
1
0,109
0,109
3
0,5
0,011
0,011
4
0,25
2,514
2,508
5
0,125
34,271
34,202
6
0,063
63,159
63,03
7
PAN
0,233
0,232


Untuk lapisan ke-6.

No. Sampel
Mesh (mm)
Berat (gr)
Berat komulatif (100%)
1
2
0,001
0,001
2
1
0,752
0,752
3
0,5
4,492
4,492
4
0,25
18,435
18,435
5
0,125
55,828
55,828
6
0,063
20,075
20,025
7
PAN
0,046
0,046
Untuk lapiran ke-7.

No. Sampel
Mesh (mm)
Berat (gr)
Berat komulatif (100%)
1
2
-
-
2
1
0,871
0,870
3
0,5
3,131
3,13
4
0,25
13,374
13,369
5
0,125
50,515
50,5
6
0,063
31,542
31,56
7
PAN
0,218
0,219

Untuk lapisan ke-8.


No. Sampel
Mesh (mm)
Berat (gr)
Berat komulatif (100%)
1
2
0,216
0,216
2
1
2,507
2,507
3
0,5
6,241
6,241
4
0,25
15,682
16,682
5
0,125
47,161
47,161
6
0,063
28,043
28,043
7
PAN
0,15
0,15
VII.     Hasil dan Pembahasan
Berikut akan dijelaskan mengenai hasil serta pembahasan yang telah diperoleh setelah melakukan analisis pengukuran ukuran butir.
VII.1  Hasil
Berdasarkan pengamatan dan analisis yang telah kami lakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut :
v  Nilai untuk grafik mean
M2 =  =  = = 3
v  Nilai untuk grafik intrusif
Ϭ=
   =
   =
   = 0,25 + 0,27 = 0,52
v  Grafik intrusif Skewnes
Sk=
    =
    =  = 0
v Grafik kortosis
    KG = 
         =
        =


v Grafik semilog

Description: mi

VII.2. Pembahasan
Ø  Hal yang mentebabkan terjadinya perbedaan tingkat kebundaran adalah jarak tranfortasi dan waktu transfortasi yang dialami suatu material sedimen.
Ø  Berdasarkan hasil dari perhitungan grafik mean (M2) atau nilai rata-rata dari material adalah 3 yang diperoleh dari penambahan Q16+Q50+Q84 yang kemudian dibagi dengan 3.
Ø  Nilai yang diperoleh dari grafik intrusif(Ϭ) adalah 0,52.
Ø  Berdasarkan rumus yang telah ditentukan untk mendapatkan hasil dari grafik intrusif skewnes ; Sk=  diperoleh hasil yang berupa 0 (nol).
Ø  Adapun untuk nilai grafik kortosis (KG)yang diperoleh berdasarkan rumus : =   adalah 0,92.
Ø  Pada ukuran mesh -1 atau pada ukuran panjang 2 mm butiran yang ditemukan relatif lebih sedikit yang memiliki data kuantitatif sebanyak 0,05 % disbanding dengan seluruh material pada setiap lapisan yang dianalisis.
Ø  pada ukuran mesh 5 atau pada skala panjang 0,0625 data kuantitatif yang ditemukan relative lebih banyak dibanding seluruh ukuran mesh yang lainnya dimana jumlahnya adalah sebanyak 95 % dari keseluruhan lapisan material yang dianalisis.

VIII.   Kesimpulan dan Saran.
VIII.1. Kesimpulan
Berdasarkan hal-hal yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.     Nilai kuantitatif yang paling besar yang diperoleh dari hasil analisis ukuran butir pada material sedimen dilaboratorium adalah pada ukuran mesh 5 atau skala 0,0625 mm.
2.    Nilai kuantitatif yang paling kecil yang diperoleh dari hasil analisis ukuran butir pada material sedimen dilaboratorium adalah pada ukuran mesh -1 atau skala 2 mm.
VIII.2. Saran
       Sebaiknya perlengkapan yang ada di laboratorium dirawat sebaik-baiknya, dan sangat perlu untuk kemudian kita jaga Karena peralatan yang akan digunakan dalam sebuah praktikum haruslah mengutamakan keamanan , kenyamanan dan kesterilan agar data yang didapatkan dapat menghasilkan hasil yang seideal mungkin.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar