BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mineral adalah suatu bahan atau
unsur kimia, gabungan kimia atau suatu campuran dari gabungan-gabungan kimia
anorganis, sebagai hasil dari proses-proses fisis dan kimia khusus secara
alami. Mineral merupakan suatu bahan yang homogen dan mempunyai susunan atau
rumus kimia tertentu. Bila kondisi memungkinkan, mendapat suatu struktur yang
sesuai, di mana ditentukan bentuknya dari kristal dan sifat-sifat fisiknya. Bumi
tersusun dari beberapa jenis batuan dan batuan terdiri dari mineral-mineral dan
sejumlah kecil bahan lain seperti bahan organik. Mineral sendiri terdiri dari
unsur-unsur yang bersenyawa. Unsur dalam hal ini adalah benda yang tak dapat
lagi dipisahkan secara kimia. Atom adalah partikel terkecil dari suatu unsur
yang memiliki sifat-sifat unsur tersebut dan terlalu kecil untuk dapat dilihat
meskipun menggunakan mikroskop.
Pengamatan yang dilakukan salah
satunya berupa pengamatan mineral melalui nikol silang dan nikol sejajar dan
penganatan konoskop. pengamatan ini sangat penting sebab dalam pengamatan ini
akan diketahui sifat-sifat optik mineral, sehingga dapat ditentukan nama
mineral dari hasil pengamatan. Beberapa hal diatas merupakan faktor yang
melatar belakangi dilaksanakannya praktikum acara mineral inosilikat dan
nesosilikat.
1.2.
Maksud dan Tujuan
Maksud diadakannya praktikum ini yaitu untuk
mengaplikasikan apa yang didapatkan proses belajar mengajar atau dalam
perkuliahan. Sedangkan tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu diharapkan
praktikan dapat:
1)
Menentukan sifat-sifat optik
mineral dalam pengamatan nikol sejajar, nikol silang dan pengamatan konoskop
2)
Menentukan nama mineral dari
sifat-sifat optik yang diamati
3)
Dapat membedakan antara pengamatan
nikol sejajar, nikol silang, dan pengamatan konoskop
4) Mampu menentukan sifat optik mineral yang diamati antara mineral
inosilikat dan nesosilikat
1.3. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan
dalam Praktikum ini yaitu :
1. kertas A4
2. Lembar kerja praktikum
3. Alat tulis menulis
4. Lap kasar
5. Lap halus
6. Mikroskop polarisasi
7. Sayatan mineral
8. Pensil warna
9. Penuntun praktikum
1.4. Prosedur Kerja
Prosedur kerja dalam pengamatan ortoskop
nikol sejajar dan nikol silang untuk menentukan sifat-sifat optik mineral
adalah sebagai berikut:
a) Meletakkan
mikroskop polarisasi di atas meja dengan cara memegang lengan Mikroskop
Polarisasi sedemikana rupa sehingga mikroskop berada dihadapan Pemakai.
b) Menyentringkan
mikroskop
c) Menentukan
nomor urut sampel
d) Menentukan
nomor peraga dengan cara malihat nomor yang ada pada sampel mineral yang
diamati
e) Menentukan
perbesaran lensa objektif, lensa okuler dan perbesaran total dengan cara
malihat perbesaran lenda objektif dan lensa okuler.
f) Menentukan
bilangan skala
g) Menentukan
kedudukan mineral (X,Y) dengan cara melihat kedudukan mineral pada skala sumbu
absis dan sumbu ordinat
h) Menentukan
ukuran mineral dengan cara menentukan panjang mineral dengan menggunakan benang
silang berskala (mm) kemudian hasilnya dikalikan dengan bilangan skala
i)
Menentukan warna
mineral dengan cara diamati langsung warna yang nampak pada mikroskop
j)
Menentukan pleokroisme
dengan cara mengamati perubahan warna mineral pada ortoskop tanpa nikol atau
nikol sejajar bila meja objek diputar 90o. Pleokroisme lemah jika
perbedaan warna yang terjadi sangat kontras
k) Menentukan
intensitas
l)
Menetukan indeks bias
mineral dengan cara:
1. Menutup
sebagian jalan masuknya cahaya kedalam mineral dengan menggunakan benda yang
tidak tembus cahaya
2. Apabila
bayangan gelap nampak pada posisi yang berlawanan dengan arah posisi
penutupnya, maka n min < n cb
3. Sebaliknya
jika terlihat bayangan gelap nampak pada posisi yang searah dengan arah penutup
datangnya sinar, maka n min> n cb
m) Menentukan
belahan mineral dengan cara: jika pada mineral terdapat berupa garis-garis
lurus yang sejajar satu dengan yang lainnya maka belahannya satu arah
n) Menentukan
pecahan pada mineral dengan cara:
1) Jika
pecahan memperlihatkan gelombang yang melengkung di permukaanya maka pecahannya
adalah concoidal
2) Jika
pecahanya memperlihatkan permukaan bidang pecah kecil-kecil dengan bidang
pecahan yang masih mendekati bidang data maka pecahanya adalah even
3) Jika
pecahan memperlihatkan permukaan yang tidak teratur dengan ujung-ujung yang
runcing maka pecahannya adalah hackly
4) Jika
pecahan memperlihatkan pecahan kasar dengan permukaan yang tidak teratur dengan
ujung-ujung yang runcing maka pecahanya adalah uneven
5) Jika
pecahan memperlihatkan pecahan yang halus kecil-kecil yang tajam menyerupai
benang atau serabut maka pecahannya adalah splintery
o) Menentukan
bentuk mineral dengan cara:
I.
Melihat bentuk mineral
dengan kondisi dua dimensi
II.
Jika kristal dibatasi
oleh bidnag kristalnya sendiri maka bentuk mineralnya euhedral
III.
Jika kristalnya
dibatasi oleh sebagian kristalnya sendiri maka bentuk mineralnya subhedral
IV.
Jika kristalnya sama
sekali tidak dibatasi oleh bidang-bidang kristalnya sendiri maka bentuk
mineralnya Anhedral
p)
Menentukan relief
mineral dengan cara: semakin besar indeks bias, maka semakin tinggi relief
mineral tersebut.
q)
Menentukan inklusi
mineral
r)
Menentukan W.I.
maksimum mineral
s)
Menentukan bias rangkap
mineral
t)
Menentukan kembaran
mineral
u)
Menentukan sudut gelap dengen
cara:
I.
Memutar meja objek ke
kiri hingga terang maksimum dan mencatat skala noniusnya
II.
Memutar lagi meja objek
ke kanan hingga gelapnya maksimum dan mencatat skala noniusnya
v)
Menentukan jenis
gelapnya dengan cara:
1. Jika
sudut gelapnya 0o atau 90o, maka gelapnya adalah gelapa
sejajar (paralel).
2. Jika
sudut gelapnya 45o, maka gelapnya dalah gelap simetris
3. Jika
sudut gelapnya 1o-44o atau 46o-89o
maka gelapnya adalah gelap miring.
4. Jika
sudut gelapnya 3o maka gelapnya bergelombang.
w)
Menentukan TRO dengan
cara:
I.
Memasukkan komparator
keping gips
II.
Jika terjadi gejala adisi,
gambar kedudukan sumbu indikatrik mineral
III.
Melihat posisi sumbu
indikatrik mineral terhadap sumbu panjang kristalografi mineral
IV.
Jika Z sejajar atau
kurang dari 45o terhadap sumbu panjang kristalografi, maka tanda
rentang optikalnya adalah length-slow
V.
Jika sumbu X sejajar
atau 45o terhadap sumbu panjang kristalografi, maka orientasinya
adalah length-fast
x)
Menentukan sumbu optik
y)
Menentukan tanda optik
mineral
z)
Menentukan gambar
interferensi :
I.
Penentuan isogir
II.
Penentuan gelang warna
III.
Penentuan sudut 2V
aa)
Menentukan nama mineral.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Struktur Silikat
Golongan silikat merupakan
mineral yang terpenting mengingat bahwa 25% dari mineral-mineral yang diketahui
berupa silikat. Mereka ini membentuk 90% lithosfer. Satuan struktur dasar dari
semua silikat ialah tetrareader dimana atom-Si dikelilingi oleh 4 atom-O.
didalam tetrareader bola-bola-O dengan radius 1,32 AE (satuan Angstrom)
terdapat ion-Si+, dengan radius 0,39 AE.
Silikat-silikat
brupa kisi ion-ion (ionentralies), dimana anion-anionnya Si-O atau Si-Al-O
sedangkan kation-kationnya ialah unsur-unsur elektro-positif. Telah lama
diketahui bahwa perbandingan Si : O dalam silikat dapat mempunyai macam-macam
nilai. Dalam silikat-silikat, maka tetrareader-tetrareader-SiO4 dapat berada
dalam 4 cara yang berbeda-beda:
a.
Dalam gugus-gugusan.
b.
Dalam bentuk rantai.
c.
Dalam bentuk lapisan-lapisan.
d. Dalam bentuk susunan kisi berdimensi tiga.
STRUNZ (1941) membagi
silikat-silikat dalam beberapa golongan yaitu:
1. Inosilikat
2. Nesosilikat
3. Tektosilikat
4. Sorosilikat
5. Phyllosilikat
6.
Siklosilikat.
Dalam pembahasan ini
khusus akan membahas tentang Inosilikat dan Nesosilikat.
1. Inosilikat
Inosilikat
(Chain Structure) (inos = serabut) dimana tetrareader-tetrareader-SiO4
membentuk rantai yang rendah dan tidak terbatas panjangnya. Jika dua dari oksigen digunakan bersama dalam
suatu cara untuk membuat satu rantai panjang terhubung SiO4 tetrahedral, kita
mendapat satu rantai silikat atau inosilikat. Dalam hal ini dasar unit
struktural Si2O6-4 atau SiO3-2. Kelompok ini merupakan dasar bagi kelompok
piroksin mineral, seperti orthopiroksin (Mg, Fe)SiO3 atau klinopiroksin
Ca(Mg,Fe)Si2O6.
Terdapat
dua macam perluasan berdimensi satu yang terdiri atas
tetrareader-tetrareader-SiO4 yang saling berhubungan.
1)
Rantai SiO4 yang tunggal/sederhana
Rantai
disini merupakan keseluruhan panjang dari suatu Kristal.
Contoh-contoh
mineralnya yaitu:
a.
Golongan Amfibol
·
Anthophyllit
·
Deret tremolo-actinolit
a.
Tremolit
b.
Actinolit
c.
Deret hornblende
d.
Hornblende
e.
Arfvedsonit
b. Golongan piroksin
a)
Deret enstatit
b)
Enstatit
c)
Hyperstene
d)
Deret diopsit
e)
Diopsit
f)
Augit
g)
Aegirit
h)
Jadeit
i)
Spodumen
Rhodonit
MnSiO3
Wallastonit CaSiO3
Pectolit Ca2NaSiO8(OH)
Chrysocolla CuSiO3.2H2O
2) Rantai SiO4 yang
majemuk/ganda
Keadaan
ini terdapat pada amfibol-amfibol (Si4O11)6-. Pita-pita disini merupakan
penyambungan-penyambungan dari (SiO4O11). Dalam segi-6 yang dibentuk ion-ion O
terdapat cukup tempat bagi gugusan-OH yang tidak memerlukan yang lebih luas
daripada ion-ion-O (1,32 AE) tetapi juga untuk ion-F” dimana radiusnya sebesar
1,33 AE. Bila Al menduduki sebagian daripada tempat Si maka dalam kisi kristal
akan terikat ion-ion positif yang bervalensi satu seperti ion-K, sehingga akan
netral lagi sifat kisi Kristal tadi.
Sudut-sudut
belahannya sebesar 87o pada piroksin-piroksin dan 124o pada amfibol-amfibol,
ditentukan oleh tipe/jenis rantai yang berbeda-beda ini. Keadaan ini berjalan
sejajar dengan sumbu-c kristalografis. Hubungan rantai yang satu dengan yang
lain disambung logam. Pengikat ini ternyata lebih lemah daripada ikatan
rantai-SiO4 sehingga bidang belahannya selalu terjadi diantara
rantai-rantainya. (lihat gambar 2.3)
2. Nesosilikat
Nesosilikat
(Independent Tetrahedral Structure) (neso = pulau) dimana
tetrareader-tetrareader-SiO4 tunggal pada ujung-ujungnya dihubungkan oleh
kation-kation. Jika sudut oxygens tidak dibagi dengan SiO4-4 tetrahedrons,
setiap tetrahedron akan terisolasi. Dengan demikian, kelompok ini sering
disebut sebagai pulau grup silikat. Unit struktural dasar kemudian SiO4-4.
Dalam kelompok ini dibagi dengan oxygens kelompok oktahedral yang mengandung
kation lain seperti Mg+2, Fe+2, atau Ca+2. Olivin merupakan contoh yang baik
(Mg,Fe)2SiO4.
Orthosilikat-orthosilikat
yang sederhana mengandung gugusan-gugusan SiO4 yang diduduki oleh
kation-kation. Struktur modelnya dapat dilihat pada gambar 2.2, dimana
tetrareader ini dibayangkan terdiri atas 4 bola-O dengan radius 1,32 AE dan
pada titik beratnya terdapat bola-bola Si dengan radius 0,39 AE.
Contoh-contoh
mineral:
1)
Sillimanite
Sillimanite adalah ortorombik dengan baik (010)
belahan dada. Hal ini biasanya terjadi pada kristal berserat panjang yang
panjang lambat, dengan kepunahan sejajar dengan (010) belahan dada. Di bagian
berbaring di (001) yang menunjukkan berkembang dengan baik (110) bentuk,
perpecahan biasanya terlihat memotong kristal seperti yang ditunjukkan di sini.
Birefringence
maksimum umumnya dipandang antara 2O kuning ke 2O merah. Biaxial Sillimanite
adalah positif dengan 2V dari 21 – 310.
2)
Andalusite
Andalusite juga ortorombik,
tetapi menunjukkan karakter cepat panjang. Hal ini biasanya cenderung terjadi
sebagai kristal kuning euhedral dengan birefringence maksimum tipis 1O bagian
antara 1O kuning dan merah. Kadang-kadang menunjukkan lemah Pleochroism dengan
a = merah muda, b = g = kuning kehijauan. Beberapa varietas menunjukkan salib,
disebut chiastolite salib, yang terdiri dari. Karbon kecil kristalografi
inklusi berorientasi sepanjang arah (lihat ilustrasi di halaman 492 dari Klein
& Dutrow). Andalusite umumnya terjadi sebagai Kristal dengan euhedral
hampir persegi prisma. Itu Biaxial negatif dengan 2V = 73 – 860.
3)
Kyanite
Kyanite adalah triclinic dan
dengan demikian menunjukkan kepunahan cenderung relative terhadap yang baik
(100) dan (010) perpecahan dan (001) perpisahan. Di tangan specimen kyanite
umumnya berwarna biru pucat, tetapi jelas pucat biru di bagian tipis. Karena
perpecahan dan perpisahan yang baik, dua perpecahan atau partings terlihat di
setiap orientasi kristal di bagian tipis. Perpecahan ini berpotongan di
sudut-sudut selain 90o dan dengan demikian tampak seperti Genjang dalam dua
dimensi. Karena telah Kyanite lega tinggi dibandingkan dengan mineral lain
dengan yang biasanya terjadi, ia berdiri di bagian tipis dan kadang-kadang
tampaknya memiliki warna kecoklatan. Warna ini lebih karena lega yang tinggi
dan banyak perpecahan bukan karena penyerapan selektif. Biaxial Kyanite adalah
negatif dengan 2V = 78-830
2.2. Pengamatan Konoskop
Cahaya pada kenampakan konoskop adalah cahaya konvergen, karena lensa
kondensor akan menghasikan cahaya mengkuncup yang menghasilkan suatu titik yang
terfokus pada sayatan mineral. Cahaya tersebut kemudian melewati sayatan
kristal dan kemudian ditangkap oleh lensa obyektif.
1.
Sumbu Optik
Cahaya terpolarisir yang melewati
mineral anisotrop, akan dibiaskan menjadi dua sinar yang bergetar kesegala arah
dengan kecepatan yang berbeda. Tetapi pada arah sayatan tertentu sinar akan
dibiaskan kesegala arah dengan kecepatan sama. Garis yang tegak lurus dengan
arah sayatan tersebut di.kenal sebagai Sumbu Optik.
Pada mineral-mineral yang
bersisitim kristal tetragonal, hexagonal dan trigonal terdapat dua sumbu
indikatrik (sumbu arah getar sinar), yaitu sumbu dari sinar ordiner (biasa) dan
sinar ekstra ordiner (luar biasa). Pada mineral yang bersistim kristal
tersebut, hanya ada satu kemungkinan arah sayatan, dimana sinar yang terbias
bergetar ke segala arah dengan kecepatan sama. Oleh karena itu, mineral-mineral
yang bersistin Kristal tetragonal, hexagonal dan trigonal mempunyai Sumbu Optik
Satu (Uniaxial). Sedangkan pada mineral-mineral yang bersistim kristal
orthorombik, nonoklin dan triklin terdapat tiga macam sumbu indikatrik, yaitu
sumbu indikatrik sinar X (paling cepat), sinar Y (intermediet) dan sinar Z
(palinglambat). pada mineral-mineral ini, ada dua kemungkinan arah sayatan,
dimana sinar yang terbias bergetar ke segala arah dengan kecepatan sama. Oleh
karena itu mineral-mineral yang bersistem kristal demikian mempunyai Sumbu
Optik Dua (Biaxial).
2. Tanda Optik
Ø
Tanda Optik Mineral Sumbu Satu
Kecepatan sinar ordiner dan
ekstra ordiner pada kristal sumbu satu (uniaxial) adalah tidak sama. Pada
mineral tertentu sinar ekstra ordiner lebih cepat dari sinar ordiner, tetapi
pada mineral lain sinar ordiner bisa lebih cepat dari sinar ekstra ordiner.
Untuk mempermudah pembahasan dari keragaman tersebut dibuat kesepakatan bahwa
mineral uniaxial yang mempunyai sinar ekstra ordiner lebih cepat dari sinar
ordiner diberi Tanda Optik Negatif. Sebaliknya untuk mineral uniaxial yang
mempunyai sinar ordiner lebih cepat dari sinar ekstra ordiner diberi Tanda
Optik Posltif.
Ø
Tanda Optik Mineral Sumbu Dua
Pada mineral sumbu dua,
kecepatan sinar X,sinar Y dan sinar Z adalah tertentu, artinya pada setiap
mineral sinar X merupakan sinar yang paling cepat, sinar Y merupakan sinar
intermediet dan sinar Z merupakan sinar paling lambat. Yang membedakan antara
mineral satu dengan lainnya adalah kedudukkan/posisi dari sumbu indikatrik
sinar-sinar tersebut dikaitkan dengan Garis Bagi Sudut Sumbu Optik. Mineral
sumbu dua dikatakan nempunyai Tanda Optik Positif, jika sumbu indikatrik sinar
Z berimpit dengan Garis Bagi Sudut Lancip (BSl) atau Centred Acute Bisectrix
(Bxa) dan sumbu indikatrik sinar X berimpit dengan Garis Bagi Sudut Tumpul
(BSt) atau Centred Obtuse Bisectrix (Bxo). Sebaliknya jika sumbu indikatrik
sinar Z berimpit dengan Garis Bagi Sudut Tumpul (BSt) dan sumbu indikatrik
sinar X berimpit dengan Garis Bagi sudut Lancip (BSl), maka mineral tersebut
mempunyai Tanda Optik Negatif.
3.
Sudut Sumbu Optik (2V)
Sudut Sumbu Optik (2V) adalah sudut yang dibentuk oleh dua sumbu
optik. oleh karena itu sudut sumbu optik hanya didapatkan pada mineral sumbu
dua. pada sayatan tertentu, dengan memperhatikan gambar lnterferensinya, dapat
dihitung besarnya sudut sumbu optik.
4.
Gambar Interferensi Kristal Sumbu Satu (Uniaxial) dan Penentuan Tanda Optiknya.
Ada beberapa kenampakkan gambar
interferensi pada kristal sumbu satu. Kenampakkannya ini sangat bergantung pada
arah sayatan terhadap sumbu optik.
v
Gambar Interferensi Terpusat
v Terdapat pada sayatan yang dipotong tegak lurus sumbu optiknya (sayatan
isotropik).
v Memperlihatkan isogire dengan empat lengan, serta melatop persis di
tengah.
v Memperilhatkan gelang-gelang warna (isofase), banyaknya gelang-gelang
ini sangat bergantung pada harga bias rangkap masing-masing mineral. Makin
besar harga bias rangkapnya, makin banyak gelang-gelang warnanya.
v Bila meja obyek diputar 360°, gambar interferensi tidak berubah sama sekali
Cara Penentuan Tanda
Optik Gambar Interferensi Terpusat
a.
Komponen sinar luar biasa selalu
bergetar di dalam bidang yang memotong bidang pandangan sebagai jari-jari.
b.
Untuk mengetahui apakah sinar luar
biasa merupakan sinar lambat atau cepat, maka dipergunakan komparator.
c. Jika kwadran l dan 3 menunjukan gejala adisi (warna biru), sedang
kwadran 2 dan 4 menunjukkan gejala substraksi (warna kuning-orange)berarti
sinar luar biasa merupakan sinar lambat, maka kristal mempunyai tanda optik
positip. Sebaliknya jika kwadran l dan 3 menunjukkan gejala substraksi, kwadran
2 dan 4 menunjukkan gejala adisi, mineral mempunyai tanda optik negatif.
5. Gambar Interferensi
Tak Terpusat .
Terdapat pada sayatan
Kristal yang dipotong miring terhadap sumbu optik.
Melatop dapat kelihatan
dapat tidak (tetapi tidak ditengah-tengah).
Penentuan tanda optik sama dengan gambar interferensi terpusat,
tetapi harus terlebih dahulu menentukan posisi setiap kwadrannya.
6.
Gambar Interferensi Sumbu Optik
·
Terdapat pada sayatan yang
dipotong tegak lurus sb optik .
·
Tanya nampak satu lengan isogir .
·
Tergerakkan isogir berlawanan
dengan pergerakan meja objek.
·
Gambar interferensi ini paling
baik untuk menentukan sudut sumbu optik ( 2V ).
Penentuan Tanda Optik
Gambar Interferensi Sumbu Optik
Ø Pada mineral sumbu dua berlaku ketentuan bahwa tanda optik positif jika
sinar yang berimpit dengan Bsl adalah sinar Z, dan tanda optic negatif jika
sinar yang berimpit dengan Bsl adalah sinar X (Bst berimpit dengan sinar Z).
Ø
Arah getar sinar Y selalu tegak
lurus dengan bidang sumbu optik (Bso). Maka pada gambar interferensi sumbu
optik arah getar sinar Y merupakan garis singgung dari isogir.
Ø Sinar yang bergetar adalah sinar Y dan sinar yang berimpit dengan Bst (
karena pada sayatan ini Bst membentuk sudut kurang dari 45° terhadap sayatan
putar meja obyek sehingga kedudukan isogir diagonal
Ø Masukkan komparator dan amati perubahan warna interferensi pada sisi
cembung isogir.
Ø Jika terjadi gejala adisi maka sinar Y adalah sinar yang lebih cepat,
berarti sinar lain yang bergetar tegak lurus terhadapnya adalah sinar yang
lebih lambat yaitu sinar Z
Ø Dengan demikian sinar Z berimpit dengan Bst, maka tanda optiknya adalah
negatif.
Ø
Sebaliknya jika terjadi gejala
subtraksi, maka tanda optiknya positif
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari
hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Pada pengamata ini, dilakukan 3 macam pengamatan yaitu:
a.
Pengamatan nikol sejajar yang
sifat-sifat optik yang diamati yaitu pleokroisme, intensitas, indeks bias,
belahan, pecahan, bentuk, relief, dan inklusi.
b.
Pengamatan nikol silang yang
sifat-sifat optik yang diamati yaitu warna interferensi maksimum, bias rangkap,
kembaran, sudut gelapan, dan jenis gelapan.
c.
Pengamatan konoskopik yang
sifat-sifat optik yang diamati yaitu sumbu optik, tanda optik, dan gambar
interferensi yang meliputi isogir, gelang warna, dan sudut 2V.
2. pada pengamatan
mineral ini diketahui bahwa nama mineral yang menjadi objek pengamatan adalah
mineral Quarsa dan Leucit
3.
Perbedaan antara pengamatan nikol sejajar, nikol silang dan pengamatan konoskop
yaitu pada pengamatan nikol sejajar tidak mengginakan anslisator dan pada
pengamatan konoskop menggunakan analisator sedangkan pada pengamatan konoskop
menggunakan pinhole dan lesa amici betrand yang pada pengamatan nikol sejajar
dan nikol silang tidak digunakan.
4.
Perbedaan antara mineral inosilikat dan nesosilikat yaitu:
a.
Pada mineral inosilikat memiliki
belahan 1 arah, pecahan uneven, sedangkan pada mineral nesosilikat tidak
memiliki belahan dan pecahan.
b.
Pada mineral inosilikat sudut
gelapan lebih kecil dibandingkan pada mineral nesosilikat.
c. Gelang warna pada mineral inosilikat yaitu bias ganda lemah sedangkan
pada mineral nesosilikat gelang warnanya bias ganda kuat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar