Kata
pengantar
Segala
puja dan puji syukur kepada Allah SWT, atas segala nikmat yang telah diberikan
sehingga pada kesempatan ini penyusun dapat menyelesaikan laporan praktikum
acara “litostratigrafi dan litodemik” dapat terselesaikan sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.
Sholawat
serta salam kepada nabi besar Muhammad SAW sebagai rahmat tanlil ‘alamin, serta
menjadi petunjuk terbaik dalam menjalani kehidupan dunia dan akhirat.
Ucapan
terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu, baik pikiran, materi
maupun semangat, utamanya do’a dari orang tua, bimbingan dari bapak/ibu dosen,
arahan dari asisten dan bantuan semangat dari teman-teman.
Akhir
kata, laporan ini bukanlah sesuatu yang sejatinya dapat dijadikan sebagai
referensi namun sekiranya dapat dijadikan sebagai bahan pelajaran dari
kebenaran yang ada didalamnya dan sebagai bahan kritikan atas segala kekurangan
dan kesalahan yang ada didalamnya.
Oktober, 2012
Penyusun
Daftar
Isi
A. Halaman
Sampul…………………………………………………..
B. Kata
pengantar…………………………………………………….
I. Latar
Belakang…………………………………………………….
II. Maksud
dan Tujuan………………………………………………..
III. Teori
Ringkas………………………………………………………
IV. Prosedur
Kerja…………………………………………………..
V. Pembahasan
………………………………………………………..
VI. Sejarah Geologi……………………………………………………..
VII.
Penutup………………………………………………..
VIII.
Daftar Pustaka……………………………………………...
IX. Lampiran
1. Peta
Geologi…………………………………………………….
2. Kolom
Stratigrafi……………………………………………….
3. Kolom
Litogenik………………………………………………..
4. Perhitungan
Ketebalan Lapisan…………………………………
I.
Latar
Belakang
Semakin
meningkatnya kebutuhan masyarakat akan semberdaya mineral dan batuan maka
sangatlah dibutuhkan begitu banyak penelitian-penelitian yang sekiranya dapat
dijadikan sebagai alat dalam mengeksplorasi dan eksploitasi terhadap area atau
daerah yang dianggap memiliki potensi yang dapat dikembangkan, sehingga dalam
hal ini dibutuhkan begitu banyak analisis lapangan dan laboratorium agar dapat
diperoleh data yang dapat mendukung.
Dalam
penyusunan peta geologi seorang geologist haruslah melakukan pengamatan
pengamatan lapangan untuk mendapatkan data-data primer mengenai jenis litologi
yangb dijumpai pada suatu area penelitian. Tentunya pada daerah pemetaan yang
sangat luas seorang geologis tidak akan mengamati meter demi meter dari daerah
tersebut, melainkan akan menentukan stasiun-stasiun pengamatan tertentu pada
daerah tersebut yang dianggap mewakili keseluruhan daerah yang akan dipetakan.
Sebelum melangkah lebih jauh mengenai pencatatan lapangan dari suatu litologi
yang didapatkan maka sangat penting untuk kemudian kita mengetahui dan mengerti
tentang hakikat dari Litostratigrafi dan Litodemik.
II.
Maksud
dan Tujuan
Maksud
diadakannya praktikum acara litostratigraf dan litodemiki ini adalah untuk
membuat kolom stratigrafi disuatu daerah penelitia serta untuk menggolongkan
batuan beku, metamorf, sedimen dan batuan yang lainnya yang terubah kuat
berdasarkan pembagian satuan litodemik dari batuan yang didapatkan dilapangan.
Sedangkan tujuan diadakannya praktikum ini adalah sebagai berikut :
A. Untuk
mendapatkan dan mempelajari hubungan stratigrafi antar suatu batuan dan
urutan-urutan stratigrafi berdasarkan arah vertikal secara detail untuk
menafsirkan lingkungan pengendapan.
B. Mendapatken
nilai ketebalan yang didapatkan dari hasil analisis pada setiap satuan
stratigrafi.
C. Mendapatkan
data litologi secara terperinci dari urutan-urutan perlapisan suatu satuan
stratigrafi
D. Menentukan
batas-batas satuan litodemik berdasarkan jenis-jenis batuan yang telah
diperoleh yang tercantum dalam peta.
III.
Teori
ringkas
PRINSIP
STRATIGRAFI
Ada beberapa prinsip dasar yang
berlaku didalam pembahasan mengenai stratigrafi, yaitu:
1.
Hukum atau prinsip yang dikemukakan oleh Steno (1669), terdiri dari:
v Prinsip
Superposisi (Superposition Of Strata)
Didalam suatu urutan perlapisan batuan
maka lapisan paling bawah relatif lebih tua umurnya daripada lapisan yang
berada diatasnya selama belum mengalami deformasi. Konsep ini berlaku untuk
perlapisan berurutan.
v Prinsip
Kesinambungan Lateral (Lateral Continuity)
Lapisan yang diendapkan oleh air
terbentuk terus-menerus secara lateral dan hanya membaji pada tepian
pengendapan pada masa cekungan itu terbentuk.
v Prinsip
Akumulasi Vertikal (Original Horizontality)
Lapisan sedimen pada mulanya
diendapkan dalam keadaan mendatar (horizontal), sedangkan akumulasi
pengendapannya terjadi secara vertikal (principle of vertical accumulation).
2. Hukum yang
dikemukakan oleh James Hutton (1785)
Hukum
atau prinsip ini lebih dikenal dengan azasnya yaitu uniformitarisme
yaitu proses-proses yang terjadi pada
masa lampau mengikuti hukum yang berlaku pada proses-proses yang terjadi
sekarang, atau dengan kata lain “masa kini merupakan kunci dari masa lampau”
(“the present is the key to the past”). Maksudnya adalah bahwa proses-proses
geologi alam yang terlihat sekarang ini dipergunakan sebagai dasar pembahasan
proses geologi masa lampau.
3. Hukum
Intrusi/Penerobosan (Cross Cutting Relationship) oleh AWR Potter dan H.
Robinson.
Suatu intrusi (penerobosan) adalah
lebih muda daripada batuan yang diterobosnya
4. Hukum Urutan
Fauna (Law of Fauna Succession) oleh De Soulovie (1777)
Dalam urut-urutan batuan sedimen
sekelompok lapisan dapat mengandung kumpulan fosil tertentu dengan sekelompok
lapisan di atas maupun di bawahnya.
5. Prinsip
William Smith (1816)
Urutan lapisan sedimen dapat dilacak
(secara lateral) dengan mengenali kumpulan fosilnya yang didiagnostik jika
kriteria litologinya tidak menentu.
6.
Prinsip Kepunahan Organik oleh George Cuvier (1769-1832)
Dalam suatu urutan stratigrafi,
lapisan batuan yang lebih muda mengandung fosil yang mirip dengan makhluk yang
hidup sekarang dibandingkan dengan lapisan batuan yang umurnya lebih tua.
Didalam
penyelidikan stratigrafi ada dua unsur penting pembentuk stratigrafi yang perlu
di ketahui, yaitu:
1. Unsur batuan
Suatu hal yang penting didalam
unsur batuan adalah pengenalan dan pemerian litologi. Seperti diketahui bahwa
volume bumi diisi oleh batuan sedimen 5% dan batuan non-sedimen 95%. Tetapi
dalam penyebaran batuan, batuan sedimen mencapai 75% dan batuan non-sedimen
25%. Unsur batuan terpenting pembentuk stratigrafi yaitu sedimen dimana sifat
batuan sedimen yang berlapis-lapis memberi arti kronologis dari lapisan yang
ada tentang urut-urutan perlapisan ditinjau dari kejadian dan waktu
pengendapannya maupun umur setiap lapisan.
Dengan adanya ciri batuan yang menyusun
lapisan batuan sedimen, maka dapat dipermudah pemeriannya, pengaturannya,
hubungan lapisan batuan yang satu dengan yang lainnya, yang dibatasi oleh
penyebaran ciri satuan stratigrafi yang saling berhimpit, bahkan dapat berpotongan
dengan yang lainnya.
2. Unsur perlapisan
Unsur perlapisan merupakan sifat
utama dari batuan sedimen yang memperlihatkan bidang-bidang sejajar yang
diakibatkan oleh proses-proses sedimetasi. Mengingat bahwa perlapisan batuan
sedimen dibentuk oleh suatu proses pengendapan pada suatu lingkungan
pengendapan tertentu, maka Weimer berpendapat bahwa prinsip penyebaran batuan
sedimen tergantung pada proses pertumbuhaan lateral yang didasarkan pada
kenyataan, yaitu bahwa:
§ Akumulasi
batuan pada umumnya searah dengan aliran media transport, sehingga kemiringan
endapan mengakibatkan terjadinya perlapisan selang tindih (overlap) yang
dibentuk karena tidak seragamnya massa yang diendapkannya.
§ Endapan
di atas suatu sedimen pada umumnya cenderung membentuk sudut terhadap lapisan
sedimentasi di bawahnya.
PERKEMBANGAN
KLASIFIKASI STRATIGRAFI
International
Stratigraphic Guides, 1994 dan International Subcommission for Stratigraphic
Classification. (R.P.Koesoemadinata)
1.
Perkembangan klasifikasi stratigrafi dalam dunia internasional memperlihatkan
kecenderungan untuk memisahkan kategori
klasifikasi deskriptif dan interpretatif. Stratigrafi didasarkan padafakta yang
terlihat di lapangan dan tidak secara interpretatif.
2.
Penamaan satuan yang bersifat interpretatif sebaiknya dihindari, satuan
tersebut dinyatakan sebagai satuan tidak resmi (contoh: Seismik Stratigrafi,
Sikuen Stratigrafi).
3.
Kategori deskriptif dibatasi pada kriteria litologi dan kandungan fosilnya,
sedangkan criteria sifat-sifat fisik, kimia cenderung hanya dibatasi pada sifat
yang dapat menentukan waktu atau umur , seperti paleomagnetic polarity. Satuan
berdasarkan karakteristik log, penampang seismik tidak dapat dinyatakan sebagai
satuan resmi, walaupun diakui keberadaannya
4.
Kategori yang bersifat interpretatif : penafsirannya dibatasi pada hal-hal yang
menyangkut waktu/ umur. Kategori satuan stratigrafi yang bersifat
interpretative seperti lithogenetic units, satuan lingkungan pengendapan,
cyclothems tidak dapat diterima sebagai satuan stratigrafi resmi
5.
Keberadaan satuan tidak resmi dapat diakui walaupun sangat tidak dianjurkan.
Satuan
litostratigrafi merupakan tubuh batuan sedimen, beku, metasedimen atau
metammorf yang dibedakan berdasarkan karakteristik litologi. Satuan
litostratigrafi ini dapat dikenal berdasarkan karakteristik batuan yang dapat
diteliti. Batas antar setiap satuan yang berbeda dapat diidentifikasi secara
jelas dengan adanya kontak atau dapat dideskripsikan secara arbitrer karena
bersifat gradasional. Pembedaan satuan stratigrafi ini didasarkan oleh
stratotipe (tipe satuan yang ditentukan), dapat terdiri dari batuan yang ada,
lokasi penemuan singkapan, penggalian, daerah tambang, yang mana semuanya
mengacu pada kriteria batuan.
Pada
saat dilapangan, satuan stratigrafi yang terdiri dari hanya satu litologi saja
jarang ditemukan. Umumnya satuan-satuan tersebut terdiri dari beberapa litologi
yang saling berhubungan dan berbatasan. Hal yang penting adalah membedakan dan
memahami kontak antar litologi tersebut secara vertikal dan lateral.
Satuan
litostratigrafi yang paling mendasar diantaranya :
Ø Formasi,
merupakan suatu stratigrafi yang secara litologi dapat dibedakan dengan jelas
dan dengan skala yang cukup luas cakupannya untuk dipetakan dipermukaan atau
ditelusuri dibawah permukaan. Formasi dapat terdiri dari satu litologi atau
beberapa litologi yang berbeda.
Ø Anggota,
merupan bagian dari formasi (formasi dapat terbagi menjadi beberapa satuan
stratigrafi yang lebih kecil yang disebut anggota).
Ø Perlapisan,
merupakan bagian dari anggota (anggota dapat terbagi menjadi beberapa satuan
stratigrafi yang lebih kecil yang disebut perlapisan).
Ø Kelompok/Grup,
kombinasi dari beberapa formasi.
Ø Supergrup,
kombinasi dari beberapa kelompok.
IV.
Prosedur
kerja
Prosedur kerja
dalam praktikum
Lithostratigrafi dan litodemik ini adalah:
a)
Menarik batas litologi pada peta (p. Set
1 & 2) berdasarkan kedudukan batuan;
b)
Mewarnai peta geologi sesuai dengan
jenis litologi dan simbolnya;
c)
Menarik garis sayatan yang tegak lurus
dengan jurus perlapisan dan mewakili semua litologi yang ada;
d)
Membuat penampang geologi dari garis
sayatan penampang;
e)
Menghitung ketebalan tiap litologi;
f)
Membuat kolom litostratigrafi &
kolom litodemik;
g)
Membuat sejarah geologi daerah
penelitian;
h) Membuat
laporan sesuai format yang ada.
V.
Pembahasan
V.1
Lithostratigrafi
V.1.1
Stratigrafi Regional
Secara regional daerah
penelitian termasuk dalam Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat, oleh
Rab Sukamto (1982). Satuan batuan tertua yang telah diketahui umurnya adalah
batuan sedimen flysch Kapur Atas yang dipetakan sebagai Formasi Marada (Km)
yang terdiri dari batuan sedimen flysch yaitu peselingan antara batupasir,
batulanau dan serpih serta batuan terobosan yang bersifat trakit-andesit.
Berdasarkan fosil Globotruncana yang
terdapat pada batupasir gampingan, menunjukkan umur Kapur Atas dan di endapkan
pada lingkungan laut dalam (Van Leeuwen, dalam Sukamto, 1982). Batuan Malihan
(S) belum diketahui umurnya, apakah lebih tua atau lebih muda daripada Formasi
Marada, yang jelas diterobos oleh Granodiorit yang diduga
berumur Miosen. Hubungan Formasi Marada
dengan satuan batuan yang lebih muda, yaitu formasi Salo Kalupang dan batuan
Gunungapi terpropilitkan tidak begitu jelas, kemungkinan tidakselaras (Sukamto & Supriatna,1982).
Formasi Mallawa
(Tem), tersusun oleh batupasir arkosik, batulanau, batulempung, napal, dan
konglomerat yang diinterkalasi oleh layer-layer atau lensa-lensa batubara dan
batugamping. Formasi ini terdapat di bagian barat Sulawesi Selatan, yang
melapis – bawahisecara tak-selaras Formasi Balangbaru dan setempat Formasi
Langi (Sukamto, 1982). Umur Paleogen pada formasi ini diduga dari
palinomorfisnya (Khan & Tschudy, dalam Sukamto, 1982), sementara fosil
ostrakoda menunjukkan umur Eosen (Hazel, dalam Sukamto, 1982). Formasi Mallawa
ini diduga terendapkan pada lingkungan terrestrial/marginal marine yang menerus
ke atas secara transgersif sampai ke lingkungan laut dangkal (Wilson, 1995).
Formasi
Salo Kalupang (Teos)
yang diperkirakan berumur Eosen Awal-Oligosen Akhir berfasies sedimen laut, dan
diperkirakan setara dengan umur bagian bawah Formasi Tonasa (Temt). Formasi Salo Kalupangterjadi di sebelah Timur Lembah Walanae
dan Formasi Tonasa terjadi disebelah Baratnya. Formasi Salo Kalupang, terdiri dari
batupasir, serpih dan batu lempung berselingan dengan konglomerat gunungapi,
breksi dan tufa serta bersisipan dengan lava dan batu gamping sertan apal.
Formasi Batugamping Tonasa
(Temt), melapis-bawahi secara tak-selaras Formasi Mallawa dan Volkanik Langi.
Dari bawah ke atas, formasi ini tersusun oleh anggota-anggota A (kalkarenit
berlapis baik), B (batugamping berlapis tebal sampai batugamping masif ), C
(sekuens batugamping detritus tebal dengan limpahan foraminifera), dan D
(limpahan material volkanik dan olistolit batugamping dari berbagai umur ) (van
Leeuwen, 1981; Sukamto, 1982). Formasi ini berumur Eosen sampai Miosen Tengah
(van Leeuwen, 1981; Sukamto, 1982; Wilson, 1995). Margin bagian selatan dari
Formasi Tonasa diduga merupakan margin bertipe landai, dan Platform Karbonat
Tonasa disusun terutama oleh fasies laut dangkal, sedangkan margin bagian utara
didominasi oleh fasies redeposited (Wilson, 1995). Formasi Mallawa dan Tonasa
tersebar luas di bagian barat Sulawesi Selatan (Wilson, 1995).
Batuan Gunungapi Kalamiseng (Tmkv)
terdiri atas lava dan breksi dengan sisipan tufa, batupasir, batulempung dan
napal kebanyakan bersusunan basal dan andesitik, kelabu tua hingga kehijauan,
umumnya kasat mata, kebanyakan terubah, amigdaloidal dengan mineral sekunder
karbonat dan silikat; sebagian lavanya menunjukan struktur bantal. Satuan
batuan ini tersingkap di sepanjang
pegunungan timur lembah Walanae, terpisahkan oleh jalur sesar dari batuan
sedimen dan karbonat yang berumur Eosen di bagian Baratnya, satuan ini berumur
Miosen Bawah.
Satuan
batuan yang berumur Miosen Tengah sampai Pliosen menyusun Formasi Camba (Tmc) yang
tebalnya 4250 meter dan menindih tidak selaras batuan-batuan yang lebih tua.
Formasi ini disusun oleh batuan sedimen
laut berselingan dengan klastika gunungapi, yang menyamping beralih
menjadi dominan batuan gunungapi (Tmcv). Batuan sedimen laut berasosiasi dengan
karbonat mulai diendapkan sejak Miosen Akhir sampai Pliosen di cekungan
Walanae, daerah Timur, dan menyusun Formasi Walanae (Tmpw) dan anggota Selayar
(Tmps).
Anggota bagian bawah Formasi Camba terdiri atas batupasir tufaan yang
ber-interbedded dengan tufa, batupasir, batulempung, konglomerat volkanik dan
breksi volkanik, napal, batugamping, dan batubara (Sukamto, 1982; Sukamto &
Supriatna, 1982).
Anggota
Batuan Gunungapi Formasi Camba (Tmcv) berumur Miosen Tengah
sampai Miosen Akhir dengan ketebalan sekitar 2.500 m. Formasi Camba (Tmcv) ini
disusun oleh batuan gunungapi, lava, konglomerat dan tufa berbutir halus hingga
lapili, bersisipan dengan batuan sedimen laut berupa batupasir tufaan,
batupasir gampingan dan batulempung yang mengandung banyak sisa- sisa tumbuhan.
Bagian bawahnya lebih banyak mengandung breksi gunungapi dan lava
yang berkomposisi andesit dan basal, konglomerat juga berkomponen andesit dan
basal dengan ukuran 3 – 50 cm, tufa kristal
dan tufa vitrik. Bagian atasnya mengandung ignimbrit bersifat trakit dan
tefritleusit, ignimbrit berstruktur kekar meniang, berwarna kelabu kecoklatan
dan coklat tua, tefrit leusit berstruktur aliran dengan permukaan berkerakroti,
berwarna hitam. Satuan Tmcv ini termasuk sebagai Batuan Gunungapi Sopo, Batuan Gunungapi
Lemo. Breksi gunung api yang tersingkap di Pulau Selayar mungkin termasuk formasi
ini. Breksinya sangat kompak, sebagian gampingan, berkomponen basal amphibol,
basal piroksin dan andesit (0,5 – 30 cm), bermassa dasar tufa yang mengandung biotit
dan piroksin. Satuan ini merupakan fasies gunungapi dari Formasi Camba yang
berkembang baik di daerah sebelah Utaranya (Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian
Barat), lapisannya kebanyakan terlipat lemah dengan kemiringan rata- rata 20o,
menindih takselaras batugamping FormasiTonasa (Temt) dan batuan yang lebihtua. Fosil
formasi ini yang dikenali yaitu Globigerina
venezuelana (HEDBERG), Globorotalia mayeri CHUSMAN & ELLISOR, Gl. menardii
(D’ORBIGNY), Gl. siakensis (LEROY), Gl. acostaensis BLOW, Globigerinoides
extermus BOLLI, Gd. immaturus LEROY, Gd. Obliqus BOLLI, Gd. Rubber (D’ORBIGNY),
Gd. Sacculifer (BRADY), Gd. Trilobus (REUSS).
Sedimen
termuda lainnya adalah Endapan Aluvium, Rawa dan Pantai (Qac);
kerikil, pasir, lempung, lumpur dan batugamping koral. Terbentuk dalam
lingkungan Sungai, rawa, pantai dan delta.
V.1.2
Stratigrafi
Daerah Penelitian
Berdasarkan
pemahaman tersebut diatas, maka satuan batuan yang terdapat pada daerah
penelitian dapat dibagi menjadi 5 (lima) satuan litostratigrafi. Berikut akan diuraikan secara berurutan dari termuda ke
yang tertua adalah sebagai berikut :
-
Satuan Tufa
-
Satuan Batugamping
-
Satuan Batulempung
-
Satuan Peridotit
-
Satuan Sekis
Uraian
dari tiap-tiap satuan yang terdapat di daerah penelitian akan dimulai dari
satuan tertua sampai yang termuda.
V.1.2.1
Satuan Sekis
Pembahasan tentang Satuan
Sekis pada daerah penelitian meliputi uraian mengenai penyebaran dan ketebalan,
ciri litologi, lingkungan pembentukan dan umur satuan batuan serta hubungan
stratigrafi dengan satuan batuan pada daerah penelitian.
V.1.2.1.1
Penyebaran dan Ketebalan
SatuanSekisini menempati sekitar±15% dari luas keseluruhan daerah
penelitian. Satuan batuan ini penyebarannya menempati bagian Barat Laut daerah
penelitian. Berdasarkan perhitungan ketebalan SatuanSekispada penampang sayatan geologi A – B, maka tebal satuan
ini adalah ± 900 meter.
V.1.2.1.2
Ciri Litologi
Kenampakan
lapangan dari litologi ini dalam keadaan segar memperlihatkan warna abu-abu,
lapuk warna coklat, tekstur lepidoblastik, struktur berfoliasi (schistose)
dengan jurus foliasi N 350o E, dan kemiringan foliasi 37o,
komposisi mineral muskovit, nama
batuan Sekis muskovit (Travis, 1955).
V.1.2.1.3
Penentuan Lingkungan Pembentukan dan Umur
Penentuan
lingkungan Pembentukan dari satuan sekis muskovit ini ditentukan berdasarkan
kesebandingan dengan stratigrafi regional daerah penelitian yakni sebagai basement complecksyang terbentuk pada lingkungan
zona subduksi. Sedang umur satuan ini juga berdasarkan kesebandingan dengan
stratigrafi regional daerah penelitian yakni Kapur bawah.
V.1.2.1.4
Hubungan Stratigrafi
Hubungan
stratigrafi antara satuan sekis muskovit dengan satuan batuan yang ada
diatasnya adalah kontak struktur, yaitu satuan peridotit yang sama-sama berumur
Kapur akhir.
V.1.2.2
Satuan Peridotit
V.1.2.2.1
Penyebaran dan Ketebalan
Satuan Peridotitini
menempati sekitar±30% dari luas keseluruhan daerah penelitian. Satuan batuan
ini penyebarannya menempati bagian Barat Daya daerah penelitian.
V.1.2.2.2
Ciri Litologi
Kenampakan
lapangan dari litologi ini dalam keadaan segar memperlihatkan warna abu-abu
kehijauan, lapuk warna coklat, tekstur kristalinitas Hipokristalin,
granularitas Porfiritik, struktur masif,
komposisi mineral olivin, piroksin,
nama batuan Peridotit (Travis, 1955).
V.1.2.2.3
Penentuan Lingkungan Pembentukan dan Umur
Penentuan
lingkungan Pembentukan dari satuan Peridotit ini ditentukan berdasarkan
kesebandingan dengan stratigrafi regional daerah penelitian yakni sebagai basement complecksyang terbentuk pada lingkungan
zona subduksi. Sedang umur satuan ini juga berdasarkan kesebandingan dengan
stratigrafi regional daerah penelitian yakni Kapur Bawah.
V.1.2.2.4
Hubungan Stratigrafi
Hubungan
stratigrafi antara satuan Peridotit dengan satuan batuan yang ada di atasnya
adalah kontak tidak selaras, yaitu satuan Batulempung, sedangkan dengan satuan
Sekis Muskovit adalah kontak struktur.
V.1.2.3
Satuan Batulempung
V.1.2.3.1
Penyebaran dan Ketebalan
Satuan
Batulempung
ini menempati sekitar ±30% dari luas keseluruhan daerah penelitian. Satuan
batuan ini penyebarannya dari Utara ke Selatan daerah penelitian.
V.1.2.3.2
Ciri Litologi
Kenampakan
lapangan dari litologi ini dalam keadaan segar memperlihatkan warna abu-abukecoklatan,
lapuk warna coklat, tekstur klastik, struktur
masif, komposisi material kuarsa,
biotit, Feldspar dan Amphibol, nama batuan Batulempung.
V.1.2.3.3
Penentuan Lingkungan Pembentukan dan Umur
Penentuan
lingkungan Pembentukan dari satuan Peridotit ini ditentukan berdasarkan
kesebandingan dengan stratigrafi regional daerah penelitian yakni pada Formasi
Balangbaruyang tertindih tidak selaras batuan Formasi Mallawa dan menindih tak
selaras komplek tektonik Bantimala. Sedang umur satuan ini juga berdasarkan
kesebandingan dengan stratigrafi regional daerah penelitian yakni Kapur akhir.
V.1.2.3.4
Hubungan Stratigrafi
Hubungan
stratigrafi antara satuan Batulempung dengan satuan batuan yang ada di atasnya
adalah kontak tidak selaras, yaitu satuan Batugamping, sedangkan dengan satuan
Sekis Peridotit adalah kontak struktur.
V.1.2.4.2 Satuan Batugamping
V.1.2.2.1
Penyebaran dan Ketebalan
Satuan
Batu
lempung ini menempati sekitar ±10% dari luas keseluruhan daerah penelitian.
Satuan batuan ini penyebarannya dari Utara ke Selatan daerah penelitian.
V.1.2.4.2
Ciri Litologi
Kenampakan
lapangan dari litologi ini dalam keadaan segar memperlihatkan warna kelabu muda,
lapuk warna coklat, tekstur klastik, struktur
berlapis,komposisi material kalsit, fosil Foraminifera makro dan mikro,
nama batuan Batugamping.
V.1.2.4.3
Penentuan Lingkungan Pembentukan dan Umur
Penentuan
lingkungan Pembentukan dari satuan Peridotit ini ditentukan berdasarkan
kesebandingan dengan stratigrafi regional daerah penelitian yakni pada Formasi Tonasayang
menindih selaras batuan Formasi Mallawa dan menindih tak selaras batuan Formasi
Camba. Sedang umur satuan ini juga berdasarkan kesebandingan dengan stratigrafi
regional daerah penelitian yakni Eosen bawah sampai Miosen tengah.
V.1.2.4.4
Hubungan Stratigrafi
Hubungan
stratigrafi antara satuan Batugamping dengan satuan batuan yang ada di atasnya
adalah kontak selaras, yaitu satuan Tufa, sedangkan dengan satuan Batulempungadalah
kontak tak selaras.
V.1.2.5
Satuan Tufa
V.1.2.5.1
Penyebaran dan Ketebalan
Satuan
Batulempung ini menempati sekitar ±15% dari luas keseluruhan daerah penelitian.
Satuan batuan ini menempati bagian Timur dan penyebarannya dari Utara ke
Selatan daerah penelitian.
V.1.2.5.2
Ciri Litologi
Kenampakan
lapangan dari litologi ini dalam keadaan segar memperlihatkan warna kelabu muda,
lapuk warna coklat, tekstur klastik, struktur
berlapis,komposisi material kalsit, fosil Foraminifera makro dan mikro,
nama batuan Batugamping.
V.2
Litodemik
V.2.1
Satuan Basal Porfiri
Pembahasan tentang
satuan Basal Porfiri pada daerah penelitian meliputi uraian mengenai penyebaran
dan ketebalan, ciri litologi, lingkungan pembentukan dan umur satuan batuan
serta hubungan stratigrafi dengan satuan batuan pada daerah penelitian.
Penyebaran satuan ini
menempati ± 15 % dari luas keseluruhan daerah penelitian. Penyebaran
satuan Basal porfiri ini menempati bagian Timur Laut lokasi penelitian.
Kenampakan megaskopis
dari Basal porfiri ini dalam keadaan segar berwarna abu-abu kehitaman dan dalam
keadaan lapuk berwarna coklat kehitaman, tekstur kristalinitas hipokristalin,
granularitasnya porfiritik, bentuk subhedral hingga anhedral dan relasi
inequigranular, struktur masif, komposisi mineral terdiri dari mineral
piroksin, plagioklas, klorit dan massa dasar kristal, nama batuan Basal Porfiri.
Berdasarkan data yang
ada maka umur satuan Basal Porfiri pada daerah penelitian adalah Oligosen.
Hubungan stratigrafi
antara satuan Basal Porfiri ini dengan satuan yang lebih muda yaitu satuan Andesit
Porfiri adalah kontak Intrusi.
V.2.2
Satuan Granit
Pembahasan tentang
satuan Granit pada daerah penelitian meliputi uraian mengenai penyebaran dan
ketebalan, ciri litologi, lingkungan pembentukan dan umur satuan batuan serta
hubungan stratigrafi dengan satuan batuan pada daerah penelitian.
Penyebaran satuan ini
menempati ± 45 % dari luas keseluruhan daerah penelitian. Penyebaran
satuan Granit ini menempati bagian Barat lokasi penelitian tersebar dari Utara
ke Selatan.
Kenampakan megaskopis
dari Granit ini dalam keadaan segar berwarna putih keabu-abuan, warna
lapuk coklat, tekstur kristalinitas holokristalin, granularitas faneritik,
fabrik dengan bentuk euhedral-subhedral, dan relasinya equigranular, tersusun
atas mineral, Kuarsa, Orthoklas, Plagioklas, Piroksin, biotit, strukturnya
massif, nama batuan Granit.
Berdasarkan data yang
ada maka umur satuan Granit pada daerah penelitian adalah Miosen Tengah.
Hubungan stratigrafi
antara satuan Granit ini dengan satuan yang yaitu satuan andesit porfiri adalah
kontak Intrusiselaras.
V.2.3
Satuan Andesit Porfiri
Pembahasan tentang
satuan andesit porfiri pada daerah penelitian meliputi uraian mengenai
penyebaran dan ketebalan, ciri litologi, lingkungan pembentukan dan umur satuan
batuan serta hubungan stratigrafi dengan satuan batuan pada daerah penelitian.
Penyebaran satuan ini
menempati ± 40 % dari luas keseluruhan daerah penelitian. Penyebaran
satuan Andesit Porfiri ini menempati tersebar dari Utara ke Selatan lokasi
penelitian.
Kenampakan megaskopis
dari andesit porfiri ini dalam keadaan segar berwarna abu–abu kehitaman dan
dalam keadaan lapuk berwarna coklat kehitaman hingga coklat kemerahan,
kristalinitas hipokristalin, granularitasnya porfiritik, bentuk subhedral
hingga anhedral dan relasi inequigranular, struktur masif, komposisi mineral
piroksin, plagioklas, massa dasar. Mineral piroksin dijumpai sebagai fenokris,
nama batuan Andesit Porfiri.
Satuan Andesit Porfiri
pada daerah penelitian disusun oleh litologi andesit porfiri yang berwarna abu
– abu kehitaman dengan kompoisi mineral piroksin dan plagioklas. Berdasarkan
penyebaran geografisnya, batuan gunungapi ini tersebar memanjang dari Utara
hingga Selatan daerah penelitian. Berdasarkan data yang ada maka umur satuan
andesit porfiri pada daerah penelitian adalah Miosen Tengah.
Hubungan stratigrafi
antara satuan andesit porfiri ini dengan satuan yang lebih tua yaitu satuan Basal
Porfiri adalah kontak Intrusi, serta selaras dengan satuan Granit.
VI.
Sejarah Geologi
VI.
Sejarah Geologi
VI.
1 Sejarah Geologi (Lithostratigrafi)
Berdasarkan analisis dan pengamatan yang telah
dilakukan, diperoleh bahwa Sejarah Geologi daerah penelitian dimulai pada kala Kapur
bawah di mana daerah penelitian merupakan zona subduksi yang mengubah
mineral-mineral berupa Muskovit membentuk batuan metamorf berupa Sekis Muskovit
akibat pengaruh dari tekanan dan suhu yang tinggi. Proses ini diikuti oleh
pembentukan batuan beku ultrabasa yang membentuk satuan Peridotit. Akibat
proses tektonik menyebabkan satuan Sekis Muskovit dan satuan Peridotit
mengalami pengangkatan oleh sesar naik. Memasuki kala Kapur atas, masih pada
lingkungan laut dalam, mengendapkan material-material berukuran lempung
membentuk satuan Batulempung. Proses ini terus berlangsung dan pada tubuh
lapisan disisipi material pasir seiring dengan penurunan muka air laut
membentuk daratan hingga akhir kala Kapur Atas.
Memasuki Kala Eosen
Atas terjadi proses transgresi, naiknya muka air laut pada daerah penelitian
hingga membentuk lingkungan laut dangkal dan mengendapkan material karbonat
membentuk Batugamping. Proses ini berlangsung hingga Miosen Bawah. Memasuki
kala Miosen Tengah terjadi proses vulkanisme yang mengendapkan material
vulkanik berupa tufa dan membentuk satuan Tufa. Proses tersebut berlangsung
hingga Miosen Atas.
VI.2
Sejarah Geologi
(Litodem)
Berdasarkan analisis dan pengamatan yang telah
dilakukan, diperoleh bahwa Sejarah Geologi daerah Tilamuta Kecamatan Tilamuta,
Kabupaten Boalemo, Prov. Gorontalo dimulai pada kala Oligosen di mana terjadi pembekuan
magma yang membentuk Satuan Basal Porfiri.
Memasuki kala
Miosen Tengah terbentuk satuan Andesit Porfiri yang kemudian diintrusi oleh
satuan Batuan Granit. Akibat proses
tektonisme, satuan Granit mengalami pengangkatan oleh sesar,
sehingga muncul kepermukaan dalam bentuk lelehan.
VII.
Penutup
VII.1 Kesimpulan
1.
Untuk problem set
1, tepatnya pada analisa kolom litostratigrafi, jumlah Formasi yang didapatkan
berdasarkan hasil analisis adalah 3 Formasi batuan, diantaranya : Formasi Camba
yang mengandung batuan Satuan Tufa,
Formasi tonasa yang mengandung Satuan Batu
Gamping dan Formasi Balangbaru mengandung Satuan Batu Lempung. Serta disusun pula atas 2 satuan batuan yaitu Peridotit dan Sekis.
2.
Untuk problem set
2, tepatnya pada analisa kolom litodemik, jumlah satuan batuan yang didapatkan
ada 3 satuan, yaitu : Satuan Basalt
Porfiri, Satuan Diorit Porfiri
dan Satuan Granit.
VII.2 Saran
1.
Sebaiknya dalam
hal praktikum, asisten lebih mengutamakan profesionalisme dalam mengarahkan
praktikan agar dapat dihasilkan keluaran yang lebih baik khususnya geologi
Unhas.
2.
Keterbatasan
waktu memang menjadi kendala namun sebaiknya juga didukung oleh kuantitas serta
kualitas dari asisten yang mengarahkan.
VII.
Lampiran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar