Senin, 05 November 2012

contoh laporan prinsip stratifrafi


Kata pengantar
Segala puja dan puji syukur kepada Allah SWT, atas segala nikmat yang telah diberikan sehingga pada kesempatan ini penyusun dapat menyelesaikan laporan praktikum acara “litostratigrafi dan litodemik” dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Sholawat serta salam kepada nabi besar Muhammad SAW sebagai rahmat tanlil ‘alamin, serta menjadi petunjuk terbaik dalam menjalani kehidupan dunia dan akhirat.
Ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu, baik pikiran, materi maupun semangat, utamanya do’a dari orang tua, bimbingan dari bapak/ibu dosen, arahan dari asisten dan bantuan semangat dari teman-teman.
Akhir kata, laporan ini bukanlah sesuatu yang sejatinya dapat dijadikan sebagai referensi namun sekiranya dapat dijadikan sebagai bahan pelajaran dari kebenaran yang ada didalamnya dan sebagai bahan kritikan atas segala kekurangan dan kesalahan yang ada didalamnya.
Oktober, 2012

                                                                                                                                                     Penyusun
Daftar Isi
A.    Halaman Sampul…………………………………………………..
            B.     Kata pengantar…………………………………………………….
I.       Latar Belakang…………………………………………………….
II.    Maksud dan Tujuan………………………………………………..
III. Teori Ringkas………………………………………………………
IV. Prosedur Kerja…………………………………………………..
V.    Pembahasan ………………………………………………………..
VI.  Sejarah Geologi……………………………………………………..
VII.             Penutup………………………………………………..
VIII.          Daftar Pustaka……………………………………………...
IX. Lampiran
1.      Peta Geologi…………………………………………………….
2.      Kolom Stratigrafi……………………………………………….
3.      Kolom Litogenik………………………………………………..
4.      Perhitungan Ketebalan Lapisan…………………………………
I.          Latar Belakang
Semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan semberdaya mineral dan batuan maka sangatlah dibutuhkan begitu banyak penelitian-penelitian yang sekiranya dapat dijadikan sebagai alat dalam mengeksplorasi dan eksploitasi terhadap area atau daerah yang dianggap memiliki potensi yang dapat dikembangkan, sehingga dalam hal ini dibutuhkan begitu banyak analisis lapangan dan laboratorium agar dapat diperoleh data yang dapat mendukung.
Dalam penyusunan peta geologi seorang geologist haruslah melakukan pengamatan pengamatan lapangan untuk mendapatkan data-data primer mengenai jenis litologi yangb dijumpai pada suatu area penelitian. Tentunya pada daerah pemetaan yang sangat luas seorang geologis tidak akan mengamati meter demi meter dari daerah tersebut, melainkan akan menentukan stasiun-stasiun pengamatan tertentu pada daerah tersebut yang dianggap mewakili keseluruhan daerah yang akan dipetakan. Sebelum melangkah lebih jauh mengenai pencatatan lapangan dari suatu litologi yang didapatkan maka sangat penting untuk kemudian kita mengetahui dan mengerti tentang hakikat dari Litostratigrafi dan Litodemik.
II.       Maksud dan Tujuan
Maksud diadakannya praktikum acara litostratigraf dan litodemiki ini adalah untuk membuat kolom stratigrafi disuatu daerah penelitia serta untuk menggolongkan batuan beku, metamorf, sedimen dan batuan yang lainnya yang terubah kuat berdasarkan pembagian satuan litodemik dari batuan yang didapatkan dilapangan. Sedangkan tujuan diadakannya praktikum ini adalah sebagai berikut :
A.    Untuk mendapatkan dan mempelajari hubungan stratigrafi antar suatu batuan dan urutan-urutan stratigrafi berdasarkan arah vertikal secara detail untuk menafsirkan lingkungan pengendapan.
B.     Mendapatken nilai ketebalan yang didapatkan dari hasil analisis pada setiap satuan stratigrafi.
C.     Mendapatkan data litologi secara terperinci dari urutan-urutan perlapisan suatu satuan stratigrafi
D.    Menentukan batas-batas satuan litodemik berdasarkan jenis-jenis batuan yang telah diperoleh yang tercantum dalam peta.
III.              Teori ringkas
PRINSIP STRATIGRAFI
            Ada beberapa prinsip dasar yang berlaku didalam pembahasan mengenai stratigrafi, yaitu:
 1. Hukum atau prinsip yang dikemukakan oleh Steno (1669), terdiri dari:
v  Prinsip Superposisi (Superposition Of Strata)
         Didalam suatu urutan perlapisan batuan maka lapisan paling bawah relatif lebih tua umurnya daripada lapisan yang berada diatasnya selama belum mengalami deformasi. Konsep ini berlaku untuk perlapisan berurutan.
v  Prinsip Kesinambungan Lateral (Lateral Continuity)
         Lapisan yang diendapkan oleh air terbentuk terus-menerus secara lateral dan hanya membaji pada tepian pengendapan pada masa cekungan itu terbentuk.
v  Prinsip Akumulasi Vertikal (Original Horizontality) 
         Lapisan sedimen pada mulanya diendapkan dalam keadaan mendatar (horizontal), sedangkan akumulasi pengendapannya terjadi secara vertikal (principle of vertical accumulation).
2. Hukum yang dikemukakan oleh James Hutton (1785)
Hukum atau prinsip ini lebih dikenal dengan azasnya yaitu uniformitarisme
          yaitu proses-proses yang terjadi pada masa lampau mengikuti hukum yang berlaku pada proses-proses yang terjadi sekarang, atau dengan kata lain “masa kini merupakan kunci dari masa lampau” (“the present is the key to the past”). Maksudnya adalah bahwa proses-proses geologi alam yang terlihat sekarang ini dipergunakan sebagai dasar pembahasan proses geologi masa lampau.
3. Hukum Intrusi/Penerobosan (Cross Cutting Relationship) oleh AWR Potter dan H. Robinson.
        Suatu intrusi (penerobosan) adalah lebih muda daripada batuan yang diterobosnya
4. Hukum Urutan Fauna (Law of Fauna Succession) oleh De Soulovie (1777)
          Dalam urut-urutan batuan sedimen sekelompok lapisan dapat mengandung kumpulan fosil tertentu dengan sekelompok lapisan di atas maupun di bawahnya.
5. Prinsip William Smith (1816)
          Urutan lapisan sedimen dapat dilacak (secara lateral) dengan mengenali kumpulan fosilnya yang didiagnostik jika kriteria litologinya tidak menentu.
6. Prinsip Kepunahan Organik oleh George Cuvier (1769-1832)
            Dalam suatu urutan stratigrafi, lapisan batuan yang lebih muda mengandung fosil yang mirip dengan makhluk yang hidup sekarang dibandingkan dengan lapisan batuan yang umurnya lebih tua.
Didalam penyelidikan stratigrafi ada dua unsur penting pembentuk stratigrafi yang perlu di ketahui, yaitu:
 1. Unsur batuan
            Suatu hal yang penting didalam unsur batuan adalah pengenalan dan pemerian litologi. Seperti diketahui bahwa volume bumi diisi oleh batuan sedimen 5% dan batuan non-sedimen 95%. Tetapi dalam penyebaran batuan, batuan sedimen mencapai 75% dan batuan non-sedimen 25%. Unsur batuan terpenting pembentuk stratigrafi yaitu sedimen dimana sifat batuan sedimen yang berlapis-lapis memberi arti kronologis dari lapisan yang ada tentang urut-urutan perlapisan ditinjau dari kejadian dan waktu pengendapannya maupun umur setiap lapisan.
 Dengan adanya ciri batuan yang menyusun lapisan batuan sedimen, maka dapat dipermudah pemeriannya, pengaturannya, hubungan lapisan batuan yang satu dengan yang lainnya, yang dibatasi oleh penyebaran ciri satuan stratigrafi yang saling berhimpit, bahkan dapat berpotongan dengan yang lainnya.
 2. Unsur perlapisan
           Unsur perlapisan merupakan sifat utama dari batuan sedimen yang memperlihatkan bidang-bidang sejajar yang diakibatkan oleh proses-proses sedimetasi. Mengingat bahwa perlapisan batuan sedimen dibentuk oleh suatu proses pengendapan pada suatu lingkungan pengendapan tertentu, maka Weimer berpendapat bahwa prinsip penyebaran batuan sedimen tergantung pada proses pertumbuhaan lateral yang didasarkan pada kenyataan, yaitu bahwa:
§  Akumulasi batuan pada umumnya searah dengan aliran media transport, sehingga kemiringan endapan mengakibatkan terjadinya perlapisan selang tindih (overlap) yang dibentuk karena tidak seragamnya massa yang diendapkannya.
§  Endapan di atas suatu sedimen pada umumnya cenderung membentuk sudut terhadap lapisan sedimentasi di bawahnya.
PERKEMBANGAN KLASIFIKASI STRATIGRAFI
International Stratigraphic Guides, 1994 dan International Subcommission for Stratigraphic Classification. (R.P.Koesoemadinata)
1. Perkembangan klasifikasi stratigrafi dalam dunia internasional memperlihatkan kecenderungan untuk  memisahkan kategori klasifikasi deskriptif dan interpretatif. Stratigrafi didasarkan padafakta yang terlihat di lapangan dan tidak secara interpretatif.
2. Penamaan satuan yang bersifat interpretatif sebaiknya dihindari, satuan tersebut dinyatakan sebagai satuan tidak resmi (contoh: Seismik Stratigrafi, Sikuen Stratigrafi).
3. Kategori deskriptif dibatasi pada kriteria litologi dan kandungan fosilnya, sedangkan criteria sifat-sifat fisik, kimia cenderung hanya dibatasi pada sifat yang dapat menentukan waktu atau umur , seperti paleomagnetic polarity. Satuan berdasarkan karakteristik log, penampang seismik tidak dapat dinyatakan sebagai satuan resmi, walaupun diakui keberadaannya
4. Kategori yang bersifat interpretatif : penafsirannya dibatasi pada hal-hal yang menyangkut waktu/ umur. Kategori satuan stratigrafi yang bersifat interpretative seperti lithogenetic units, satuan lingkungan pengendapan, cyclothems tidak dapat diterima sebagai satuan stratigrafi resmi
5. Keberadaan satuan tidak resmi dapat diakui walaupun sangat tidak dianjurkan.
Satuan litostratigrafi merupakan tubuh batuan sedimen, beku, metasedimen atau metammorf yang dibedakan berdasarkan karakteristik litologi. Satuan litostratigrafi ini dapat dikenal berdasarkan karakteristik batuan yang dapat diteliti. Batas antar setiap satuan yang berbeda dapat diidentifikasi secara jelas dengan adanya kontak atau dapat dideskripsikan secara arbitrer karena bersifat gradasional. Pembedaan satuan stratigrafi ini didasarkan oleh stratotipe (tipe satuan yang ditentukan), dapat terdiri dari batuan yang ada, lokasi penemuan singkapan, penggalian, daerah tambang, yang mana semuanya mengacu pada kriteria batuan.
Pada saat dilapangan, satuan stratigrafi yang terdiri dari hanya satu litologi saja jarang ditemukan. Umumnya satuan-satuan tersebut terdiri dari beberapa litologi yang saling berhubungan dan berbatasan. Hal yang penting adalah membedakan dan memahami kontak antar litologi tersebut secara vertikal dan lateral.
Satuan litostratigrafi yang paling mendasar diantaranya :
Ø  Formasi, merupakan suatu stratigrafi yang secara litologi dapat dibedakan dengan jelas dan dengan skala yang cukup luas cakupannya untuk dipetakan dipermukaan atau ditelusuri dibawah permukaan. Formasi dapat terdiri dari satu litologi atau beberapa litologi yang berbeda.
Ø  Anggota, merupan bagian dari formasi (formasi dapat terbagi menjadi beberapa satuan stratigrafi yang lebih kecil yang disebut anggota).
Ø  Perlapisan, merupakan bagian dari anggota (anggota dapat terbagi menjadi beberapa satuan stratigrafi yang lebih kecil yang disebut perlapisan).
Ø  Kelompok/Grup, kombinasi dari beberapa formasi.
Ø  Supergrup, kombinasi dari beberapa kelompok.
IV.             Prosedur kerja
Prosedur kerja dalam praktikum Lithostratigrafi dan litodemik ini adalah:
a)      Menarik batas litologi pada peta (p. Set 1 & 2) berdasarkan kedudukan batuan;
b)      Mewarnai peta geologi sesuai dengan jenis litologi dan simbolnya;
c)      Menarik garis sayatan yang tegak lurus dengan jurus perlapisan dan mewakili semua litologi yang ada;
d)     Membuat penampang geologi dari garis sayatan penampang;
e)      Menghitung ketebalan tiap litologi;
f)       Membuat kolom litostratigrafi & kolom litodemik;
g)      Membuat sejarah geologi daerah penelitian;
h)      Membuat laporan sesuai format yang ada.

V.                Pembahasan
V.1 Lithostratigrafi
V.1.1 Stratigrafi  Regional
Secara regional daerah penelitian termasuk dalam Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat, oleh Rab Sukamto  (1982). Satuan batuan tertua yang telah diketahui umurnya adalah batuan sedimen flysch Kapur Atas yang dipetakan sebagai Formasi Marada (Km) yang terdiri dari batuan sedimen flysch yaitu peselingan antara batupasir, batulanau dan serpih serta batuan terobosan yang bersifat trakit-andesit. Berdasarkan fosil Globotruncana yang terdapat pada batupasir gampingan, menunjukkan umur Kapur Atas dan di endapkan pada lingkungan laut dalam (Van Leeuwen, dalam Sukamto, 1982). Batuan Malihan (S) belum diketahui umurnya, apakah lebih tua atau lebih muda daripada Formasi Marada, yang jelas diterobos oleh Granodiorit yang diduga berumur Miosen. Hubungan  Formasi Marada dengan satuan batuan yang lebih muda, yaitu formasi Salo Kalupang dan batuan Gunungapi terpropilitkan tidak begitu jelas, kemungkinan tidakselaras (Sukamto & Supriatna,1982).
Formasi Mallawa (Tem), tersusun oleh batupasir arkosik, batulanau, batulempung, napal, dan konglomerat yang diinterkalasi oleh layer-layer atau lensa-lensa batubara dan batugamping. Formasi ini terdapat di bagian barat Sulawesi Selatan, yang melapis – bawahisecara tak-selaras Formasi Balangbaru dan setempat Formasi Langi (Sukamto, 1982). Umur Paleogen pada formasi ini diduga dari palinomorfisnya (Khan & Tschudy, dalam Sukamto, 1982), sementara fosil ostrakoda menunjukkan umur Eosen (Hazel, dalam Sukamto, 1982). Formasi Mallawa ini diduga terendapkan pada lingkungan terrestrial/marginal marine yang menerus ke atas secara transgersif sampai ke lingkungan laut dangkal (Wilson, 1995).
Formasi Salo Kalupang (Teos) yang diperkirakan berumur Eosen Awal-Oligosen Akhir berfasies sedimen laut, dan diperkirakan  setara dengan umur  bagian bawah Formasi Tonasa (Temt). Formasi Salo Kalupangterjadi di sebelah Timur Lembah Walanae dan Formasi Tonasa terjadi disebelah Baratnya. Formasi Salo Kalupang, terdiri dari batupasir, serpih dan batu lempung berselingan dengan konglomerat gunungapi, breksi dan tufa serta bersisipan dengan lava dan  batu gamping sertan apal.
Formasi Batugamping Tonasa (Temt), melapis-bawahi secara tak-selaras Formasi Mallawa dan Volkanik Langi. Dari bawah ke atas, formasi ini tersusun oleh anggota-anggota A (kalkarenit berlapis baik), B (batugamping berlapis tebal sampai batugamping masif ), C (sekuens batugamping detritus tebal dengan limpahan foraminifera), dan D (limpahan material volkanik dan olistolit batugamping dari berbagai umur ) (van Leeuwen, 1981; Sukamto, 1982). Formasi ini berumur Eosen sampai Miosen Tengah (van Leeuwen, 1981; Sukamto, 1982; Wilson, 1995). Margin bagian selatan dari Formasi Tonasa diduga merupakan margin bertipe landai, dan Platform Karbonat Tonasa disusun terutama oleh fasies laut dangkal, sedangkan margin bagian utara didominasi oleh fasies redeposited (Wilson, 1995). Formasi Mallawa dan Tonasa tersebar luas di bagian barat Sulawesi Selatan (Wilson, 1995).
Batuan Gunungapi Kalamiseng (Tmkv) terdiri atas lava dan breksi dengan sisipan tufa, batupasir, batulempung dan napal kebanyakan bersusunan basal dan andesitik, kelabu tua hingga kehijauan, umumnya kasat mata, kebanyakan terubah, amigdaloidal dengan mineral sekunder karbonat dan silikat; sebagian lavanya menunjukan struktur bantal. Satuan batuan ini tersingkap  di sepanjang pegunungan timur lembah Walanae, terpisahkan oleh jalur sesar dari batuan sedimen dan karbonat yang berumur Eosen di bagian Baratnya, satuan ini berumur Miosen Bawah.
Satuan batuan yang berumur Miosen Tengah sampai Pliosen menyusun Formasi Camba (Tmc) yang tebalnya 4250 meter dan menindih tidak selaras batuan-batuan yang lebih tua. Formasi ini disusun oleh batuan sedimen  laut berselingan dengan klastika gunungapi, yang menyamping beralih menjadi dominan batuan gunungapi (Tmcv). Batuan sedimen laut berasosiasi dengan karbonat mulai diendapkan sejak Miosen Akhir sampai Pliosen di cekungan Walanae, daerah Timur, dan menyusun Formasi Walanae (Tmpw) dan anggota Selayar (Tmps). Anggota bagian bawah Formasi Camba terdiri atas batupasir tufaan yang ber-interbedded dengan tufa, batupasir, batulempung, konglomerat volkanik dan breksi volkanik, napal, batugamping, dan batubara (Sukamto, 1982; Sukamto & Supriatna, 1982).
Anggota Batuan Gunungapi Formasi Camba (Tmcv) berumur Miosen Tengah sampai Miosen Akhir dengan ketebalan sekitar 2.500 m. Formasi Camba (Tmcv) ini disusun oleh batuan gunungapi, lava, konglomerat dan tufa berbutir halus hingga lapili, bersisipan dengan batuan sedimen laut berupa batupasir tufaan, batupasir gampingan dan batulempung yang mengandung banyak sisa- sisa tumbuhan. Bagian bawahnya lebih  banyak mengandung breksi gunungapi dan lava yang berkomposisi andesit dan basal, konglomerat juga berkomponen andesit dan basal dengan ukuran   3 – 50 cm, tufa kristal dan tufa vitrik. Bagian atasnya mengandung ignimbrit bersifat trakit dan tefritleusit, ignimbrit berstruktur kekar meniang, berwarna kelabu kecoklatan dan coklat tua, tefrit leusit berstruktur aliran dengan permukaan berkerakroti, berwarna hitam. Satuan Tmcv ini termasuk sebagai Batuan Gunungapi Sopo, Batuan Gunungapi Lemo. Breksi gunung api yang tersingkap di Pulau Selayar mungkin termasuk formasi ini. Breksinya sangat kompak, sebagian gampingan, berkomponen basal amphibol, basal piroksin dan andesit (0,5 – 30 cm), bermassa dasar tufa yang mengandung biotit dan piroksin. Satuan ini merupakan fasies gunungapi dari Formasi Camba yang berkembang baik di daerah sebelah Utaranya (Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat), lapisannya kebanyakan terlipat lemah dengan kemiringan rata- rata 20o, menindih takselaras batugamping FormasiTonasa (Temt) dan batuan yang lebihtua. Fosil formasi ini yang dikenali yaitu Globigerina venezuelana (HEDBERG), Globorotalia mayeri CHUSMAN & ELLISOR, Gl. menardii (D’ORBIGNY), Gl. siakensis (LEROY), Gl. acostaensis BLOW, Globigerinoides extermus BOLLI, Gd. immaturus LEROY, Gd. Obliqus BOLLI, Gd. Rubber (D’ORBIGNY), Gd. Sacculifer (BRADY), Gd. Trilobus (REUSS).
Sedimen termuda lainnya adalah Endapan Aluvium, Rawa dan Pantai (Qac); kerikil, pasir, lempung, lumpur dan batugamping koral. Terbentuk dalam lingkungan Sungai, rawa, pantai dan delta.
V.1.2 Stratigrafi Daerah Penelitian
Berdasarkan pemahaman tersebut diatas, maka satuan batuan yang terdapat pada daerah penelitian dapat dibagi menjadi 5 (lima) satuan litostratigrafi. Berikut akan diuraikan secara berurutan dari termuda ke yang tertua adalah sebagai berikut :
-          Satuan Tufa
-          Satuan Batugamping
-          Satuan Batulempung
-          Satuan Peridotit
-          Satuan Sekis
Uraian dari tiap-tiap satuan yang terdapat di daerah penelitian akan dimulai dari satuan tertua sampai yang termuda.
V.1.2.1 Satuan Sekis
Pembahasan tentang Satuan Sekis pada daerah penelitian meliputi uraian mengenai penyebaran dan ketebalan, ciri litologi, lingkungan pembentukan dan umur satuan batuan serta hubungan stratigrafi dengan satuan batuan pada daerah penelitian.
V.1.2.1.1 Penyebaran dan Ketebalan
SatuanSekisini menempati sekitar±15% dari luas keseluruhan daerah penelitian. Satuan batuan ini penyebarannya menempati bagian Barat Laut daerah penelitian. Berdasarkan perhitungan ketebalan SatuanSekispada penampang sayatan geologi A – B, maka tebal satuan ini adalah  ±  900 meter.
V.1.2.1.2 Ciri Litologi
Kenampakan lapangan dari litologi ini dalam keadaan segar memperlihatkan warna abu-abu, lapuk warna coklat, tekstur lepidoblastik, struktur berfoliasi (schistose) dengan jurus foliasi N 350o E, dan kemiringan foliasi 37o,  komposisi mineral muskovit, nama batuan Sekis muskovit (Travis, 1955).
V.1.2.1.3 Penentuan Lingkungan Pembentukan dan Umur
Penentuan lingkungan Pembentukan dari satuan sekis muskovit ini ditentukan berdasarkan kesebandingan dengan stratigrafi regional daerah penelitian yakni sebagai basement complecksyang terbentuk pada lingkungan zona subduksi. Sedang umur satuan ini juga berdasarkan kesebandingan dengan stratigrafi regional daerah penelitian yakni Kapur bawah.
V.1.2.1.4 Hubungan Stratigrafi
Hubungan stratigrafi antara satuan sekis muskovit dengan satuan batuan yang ada diatasnya adalah kontak struktur, yaitu satuan peridotit yang sama-sama berumur Kapur akhir.
V.1.2.2 Satuan Peridotit
V.1.2.2.1 Penyebaran dan Ketebalan
Satuan Peridotitini menempati sekitar±30% dari luas keseluruhan daerah penelitian. Satuan batuan ini penyebarannya menempati bagian Barat Daya daerah penelitian.

V.1.2.2.2 Ciri Litologi
Kenampakan lapangan dari litologi ini dalam keadaan segar memperlihatkan warna abu-abu kehijauan, lapuk warna coklat, tekstur kristalinitas Hipokristalin, granularitas Porfiritik, struktur masif,  komposisi mineral olivin, piroksin, nama batuan Peridotit (Travis, 1955).
V.1.2.2.3 Penentuan Lingkungan Pembentukan dan Umur
Penentuan lingkungan Pembentukan dari satuan Peridotit ini ditentukan berdasarkan kesebandingan dengan stratigrafi regional daerah penelitian yakni sebagai basement complecksyang terbentuk pada lingkungan zona subduksi. Sedang umur satuan ini juga berdasarkan kesebandingan dengan stratigrafi regional daerah penelitian yakni Kapur Bawah.
V.1.2.2.4 Hubungan Stratigrafi
Hubungan stratigrafi antara satuan Peridotit dengan satuan batuan yang ada di atasnya adalah kontak tidak selaras, yaitu satuan Batulempung, sedangkan dengan satuan Sekis Muskovit adalah kontak struktur.
V.1.2.3 Satuan Batulempung
V.1.2.3.1 Penyebaran dan Ketebalan
Satuan Batulempung ini menempati sekitar ±30% dari luas keseluruhan daerah penelitian. Satuan batuan ini penyebarannya dari Utara ke Selatan daerah penelitian.
V.1.2.3.2 Ciri Litologi
Kenampakan lapangan dari litologi ini dalam keadaan segar memperlihatkan warna abu-abukecoklatan, lapuk warna coklat, tekstur klastik, struktur masif,  komposisi material kuarsa, biotit, Feldspar dan Amphibol, nama batuan Batulempung.
V.1.2.3.3 Penentuan Lingkungan Pembentukan dan Umur
Penentuan lingkungan Pembentukan dari satuan Peridotit ini ditentukan berdasarkan kesebandingan dengan stratigrafi regional daerah penelitian yakni pada Formasi Balangbaruyang tertindih tidak selaras batuan Formasi Mallawa dan menindih tak selaras komplek tektonik Bantimala. Sedang umur satuan ini juga berdasarkan kesebandingan dengan stratigrafi regional daerah penelitian yakni Kapur akhir.
V.1.2.3.4 Hubungan Stratigrafi
Hubungan stratigrafi antara satuan Batulempung dengan satuan batuan yang ada di atasnya adalah kontak tidak selaras, yaitu satuan Batugamping, sedangkan dengan satuan Sekis Peridotit adalah kontak struktur.
V.1.2.4.2  Satuan Batugamping
V.1.2.2.1 Penyebaran dan Ketebalan
Satuan Batu lempung ini menempati sekitar ±10% dari luas keseluruhan daerah penelitian. Satuan batuan ini penyebarannya dari Utara ke Selatan daerah penelitian.
V.1.2.4.2 Ciri Litologi
Kenampakan lapangan dari litologi ini dalam keadaan segar memperlihatkan warna kelabu muda, lapuk warna coklat, tekstur klastik, struktur berlapis,komposisi material kalsit, fosil Foraminifera makro dan mikro, nama batuan Batugamping.
V.1.2.4.3 Penentuan Lingkungan Pembentukan dan Umur
Penentuan lingkungan Pembentukan dari satuan Peridotit ini ditentukan berdasarkan kesebandingan dengan stratigrafi regional daerah penelitian yakni pada Formasi Tonasayang menindih selaras batuan Formasi Mallawa dan menindih tak selaras batuan Formasi Camba. Sedang umur satuan ini juga berdasarkan kesebandingan dengan stratigrafi regional daerah penelitian yakni Eosen bawah sampai Miosen tengah.
V.1.2.4.4 Hubungan Stratigrafi
Hubungan stratigrafi antara satuan Batugamping dengan satuan batuan yang ada di atasnya adalah kontak selaras, yaitu satuan Tufa, sedangkan dengan satuan Batulempungadalah kontak tak selaras.
V.1.2.5 Satuan Tufa
V.1.2.5.1 Penyebaran dan Ketebalan
Satuan Batulempung ini menempati sekitar ±15% dari luas keseluruhan daerah penelitian. Satuan batuan ini menempati bagian Timur dan penyebarannya dari Utara ke Selatan daerah penelitian.
V.1.2.5.2 Ciri Litologi
Kenampakan lapangan dari litologi ini dalam keadaan segar memperlihatkan warna kelabu muda, lapuk warna coklat, tekstur klastik, struktur berlapis,komposisi material kalsit, fosil Foraminifera makro dan mikro, nama batuan Batugamping.

V.2 Litodemik
V.2.1 Satuan Basal Porfiri
Pembahasan tentang satuan Basal Porfiri pada daerah penelitian meliputi uraian mengenai penyebaran dan ketebalan, ciri litologi, lingkungan pembentukan dan umur satuan batuan serta hubungan stratigrafi dengan satuan batuan pada daerah penelitian.
Penyebaran satuan ini menempati ± 15 % dari luas keseluruhan daerah penelitian. Penyebaran satuan Basal porfiri ini menempati bagian Timur Laut lokasi penelitian.
Kenampakan megaskopis dari Basal porfiri ini dalam keadaan segar berwarna abu-abu kehitaman dan dalam keadaan lapuk berwarna coklat kehitaman, tekstur kristalinitas hipokristalin, granularitasnya porfiritik, bentuk subhedral hingga anhedral dan relasi inequigranular, struktur masif, komposisi mineral terdiri dari mineral piroksin, plagioklas, klorit dan massa dasar kristal, nama batuan Basal Porfiri.
Berdasarkan data yang ada maka umur satuan Basal Porfiri pada daerah penelitian adalah Oligosen.
Hubungan stratigrafi antara satuan Basal Porfiri ini dengan satuan yang lebih muda yaitu satuan Andesit Porfiri adalah kontak Intrusi.
V.2.2 Satuan Granit
Pembahasan tentang satuan Granit pada daerah penelitian meliputi uraian mengenai penyebaran dan ketebalan, ciri litologi, lingkungan pembentukan dan umur satuan batuan serta hubungan stratigrafi dengan satuan batuan pada daerah penelitian.
Penyebaran satuan ini menempati ± 45 % dari luas keseluruhan daerah penelitian. Penyebaran satuan Granit ini menempati bagian Barat lokasi penelitian tersebar dari Utara ke Selatan.
Kenampakan megaskopis dari Granit ini dalam keadaan segar berwarna putih keabu-abuan, warna lapuk coklat, tekstur kristalinitas holokristalin, granularitas faneritik, fabrik dengan bentuk euhedral-subhedral, dan relasinya equigranular, tersusun atas mineral, Kuarsa, Orthoklas, Plagioklas, Piroksin, biotit, strukturnya massif, nama batuan Granit.
Berdasarkan data yang ada maka umur satuan Granit pada daerah penelitian adalah Miosen Tengah.
Hubungan stratigrafi antara satuan Granit ini dengan satuan yang yaitu satuan andesit porfiri adalah kontak Intrusiselaras.
V.2.3 Satuan Andesit Porfiri
Pembahasan tentang satuan andesit porfiri pada daerah penelitian meliputi uraian mengenai penyebaran dan ketebalan, ciri litologi, lingkungan pembentukan dan umur satuan batuan serta hubungan stratigrafi dengan satuan batuan pada daerah penelitian.
Penyebaran satuan ini menempati ± 40 % dari luas keseluruhan daerah penelitian. Penyebaran satuan Andesit Porfiri ini menempati tersebar dari Utara ke Selatan lokasi penelitian.
Kenampakan megaskopis dari andesit porfiri ini dalam keadaan segar berwarna abu–abu kehitaman dan dalam keadaan lapuk berwarna coklat kehitaman hingga coklat kemerahan, kristalinitas hipokristalin, granularitasnya porfiritik, bentuk subhedral hingga anhedral dan relasi inequigranular, struktur masif, komposisi mineral piroksin, plagioklas, massa dasar. Mineral piroksin dijumpai sebagai fenokris, nama batuan Andesit Porfiri.
Satuan Andesit Porfiri pada daerah penelitian disusun oleh litologi andesit porfiri yang berwarna abu – abu kehitaman dengan kompoisi mineral piroksin dan plagioklas. Berdasarkan penyebaran geografisnya, batuan gunungapi ini tersebar memanjang dari Utara hingga Selatan daerah penelitian. Berdasarkan data yang ada maka umur satuan andesit porfiri pada daerah penelitian adalah Miosen Tengah.
Hubungan stratigrafi antara satuan andesit porfiri ini dengan satuan yang lebih tua yaitu satuan Basal Porfiri adalah kontak Intrusi, serta selaras dengan satuan Granit.
VI.             Sejarah Geologi
VI. Sejarah Geologi
VI.   1 Sejarah Geologi (Lithostratigrafi)
Berdasarkan analisis dan pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh bahwa Sejarah Geologi daerah penelitian dimulai pada kala Kapur bawah di mana daerah penelitian merupakan zona subduksi yang mengubah mineral-mineral berupa Muskovit membentuk batuan metamorf berupa Sekis Muskovit akibat pengaruh dari tekanan dan suhu yang tinggi. Proses ini diikuti oleh pembentukan batuan beku ultrabasa yang membentuk satuan Peridotit. Akibat proses tektonik menyebabkan satuan Sekis Muskovit dan satuan Peridotit mengalami pengangkatan oleh sesar naik. Memasuki kala Kapur atas, masih pada lingkungan laut dalam, mengendapkan material-material berukuran lempung membentuk satuan Batulempung. Proses ini terus berlangsung dan pada tubuh lapisan disisipi material pasir seiring dengan penurunan muka air laut membentuk daratan hingga akhir kala Kapur Atas.
Memasuki Kala Eosen Atas terjadi proses transgresi, naiknya muka air laut pada daerah penelitian hingga membentuk lingkungan laut dangkal dan mengendapkan material karbonat membentuk Batugamping. Proses ini berlangsung hingga Miosen Bawah. Memasuki kala Miosen Tengah terjadi proses vulkanisme yang mengendapkan material vulkanik berupa tufa dan membentuk satuan Tufa. Proses tersebut berlangsung hingga Miosen Atas.
VI.2 Sejarah Geologi (Litodem)
Berdasarkan analisis dan pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh bahwa Sejarah Geologi daerah Tilamuta Kecamatan Tilamuta, Kabupaten Boalemo, Prov. Gorontalo dimulai pada kala Oligosen di mana terjadi pembekuan magma yang membentuk Satuan Basal Porfiri.
Memasuki kala Miosen Tengah terbentuk satuan Andesit Porfiri yang kemudian diintrusi oleh satuan Batuan Granit. Akibat proses tektonisme, satuan Granit mengalami pengangkatan oleh sesar, sehingga muncul kepermukaan dalam bentuk lelehan.
VII.          Penutup  
VII.1 Kesimpulan
1.      Untuk problem set 1, tepatnya pada analisa kolom litostratigrafi, jumlah Formasi yang didapatkan berdasarkan hasil analisis adalah 3 Formasi batuan, diantaranya : Formasi Camba yang mengandung batuan Satuan Tufa, Formasi tonasa yang mengandung Satuan Batu Gamping dan Formasi Balangbaru mengandung Satuan Batu Lempung. Serta disusun pula atas 2 satuan batuan yaitu Peridotit dan Sekis.
2.      Untuk problem set 2, tepatnya pada analisa kolom litodemik, jumlah satuan batuan yang didapatkan ada 3 satuan, yaitu : Satuan Basalt Porfiri, Satuan Diorit Porfiri dan Satuan Granit.
VII.2 Saran
1.      Sebaiknya dalam hal praktikum, asisten lebih mengutamakan profesionalisme dalam mengarahkan praktikan agar dapat dihasilkan keluaran yang lebih baik khususnya geologi Unhas.
2.      Keterbatasan waktu memang menjadi kendala namun sebaiknya juga didukung oleh kuantitas serta kualitas dari asisten yang mengarahkan.
        VII.          Lampiran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar